Ada Rindu Di Kue Apem
Merdu suara adzan mengalun , menyibak segala kesunyian . Tangan-tangan langit mulai bekerja melukis warna dihamparan kanvas sang pencipta . Seorang wanita paruh baya bangkit dari bunga tidurnya . Gemericik air terdengar mengalir dari keran air di kamar mandi. Lembut telapak tangan wanita itu menyambut aliran air , membasahi setiap bagian tercantik di wajahnya dengan air wudhu .
Ibu , begitu caraku memanggilnya . Wanita hebat yang telah melahirkanku dua belas tahun yang lalu . Senyum diwajah ibu tak pernah surut meski keadaan kami tak se-indah senyumanya . Ibu hanya seorang penjual kue apem di pasar .
Selepas subuh , Ibu menyiapkan segala keperluannya untuk berjualan . Aku membantu ibu membakar kayu untuk memasak adonan kue apem .
Cetakan dari tanah liat mulai memanas . Ibu menuangkan satu persatu adonan kedalam cetakan yang memanas itu . Setiap pagi pemandangan ini selalu kulihat , ibu dan kue apemnya .
***