i
Besoknya, tiada disangka, aku datang jauh lebih siang dari biasanya. Setengah delapan. Bukan sengaja, supaya aku bertemu si pengirim surat berinisial RT, tapi karena kondisi jalan sedang perbaikan, sehingga macet cukup lama. Jadi, bukan sengaja!
Aku ingat, saat itu satpam dan guru piket tidak mengomel seperti sebelumnya. Mereka hanya menatapku tajam dengan wajah jengkel, dan itu jauh lebih membuatku tidak nyaman.
Selanjutnya aku mendapat hukuman yang sangat menyebalkan. Mengambil absen semua kelas X sampai kelas XII.
Berhubung kelas XII IPA berada di lantai dua—di atas ruang guru, jadi aku tidak perlu mengambilnya. Dan, tujuanku saat itu pertama kali langsung menuju ruang kelas XI IPA.
Kenapa?
Sudah pasti karena kelas IPA terkenal dengan siswa paling tenang, sehening kuburan barang kali. Namun, memang, meminta absen kepada kakak kelas tetap harus menyiapkan mental yang besar.
Sekitar pukul delapan kurang seperempat aku baru saja keluar dari ruang kelas XI IPA-2. Mendadak ada sesuatu yang menekan pundakku dari arah belakang.
Agak takut dan terkejut, aku memberanikan diri untuk membalik badan. Dan, tampak di depanku berdiri seorang pria yang juga mengenakan seragam pramuka lengkap lengan panjang dengan hasduk yang ujung hingga sepertiga bagiannya dislempangkan di pundak kiri. Dia juga memegang bolpoin. Mungkin itu benda yang dia gunakan untuk menekanku.
"Absen," katanya.
Aku heran, bingung. Berpikir barang kali dia orang yang kukenal. Namun hasilnya nihil.
"Absen," ujarnya lagi dengan menjulurkan tangan.
"Apa maksudmu?"
"Guru piket nyuruh kamu masuk."
"Jangan ngawur! Aku diminta ambil absen seluruh kelas." jawabku dan berlalu.
Namun lagi-lagi pundak kiriku ditekan dengan benda keras itu. Memaksaku kembali menghadapnya.
"Absen,"
"Kamu ngeselin banget sih?"
Tak ada kalimat yang keluar dari mulutnya, jawaban yang kudapat justru pria itu dengan sigap meraih buku absen dari tanganku dan berlalu begitu saja menuju kelas XI IPA-1.
"Hey, tunggu!" Aku berseru.
Seketika guru di kelas XI IPA-2 keluar dengan ekspresi marah. "Kamu ngapain di situ?! Sana masuk!"
Tersentak sekaligus takut. Aku hanya mengangguk dan menuruti perintahnya.
Sungguh, saat ini, ketika mengingat kejadian itu, membuatku jengkel sekaligus senyum-senyum sendiri. Selain kedatangannya yang tiba-tiba, nada datar dan raut wajah tanpa ekspresinya membuatku terpesona saat ini. Tapi tidak di mataku yang dulu.
Saat itu, aku hanya menganggapnya pengganggu yang sangat menyebalkan. Karena terus mengulang hal yang sama hingga satu minggu kedepan.
🌹🌹🌹
ii
Selama satu minggu sebenarnya aku merasa ada hal aneh, yakni: setiap aku masuk kelas, si Raja Tidur selalu tidak ada. Bukan aku mencarinya, tapi sebelum pria itu datang meminta absen padaku, dia—yang duduk di sisiku—pasti sudah tertidur pulas di kelas.
Tapi kini, Raja Tidur masuk kelas, pasti, dan selalu sepuluh hingga lima belas menit setelah aku duduk di kursiku. Dan jika kuingat-ingat, wajah keduanya sama.
Waktu itu, hari Kamis, selepas menyerahkan absen kepada pria menjengkelkan aku masuk kelas dan meminta maaf kepada guru, lalu duduk di kursiku. Kemudian berbisik kepada siswi yang duduk di depanku.
"Gyan.... Gyan,"
Dia menoleh sedikit ke sisi kanan sambil mengawasi guru yang sedang mengajar. "Iya, apa?"
"Cowok yang duduk di sebelahku, sih, ke mana?"
"Emangnya kenapa?"
"Ya, aku cuma pengin tau."
"Kamu sih, telat terus."
"Iya, maaf."
"Ya udah lupain. Pokoknya, dia pasti izin pas tengah delapan. Dan, S-E-L-A-L-U."
"Gitu yah, makasih." kataku menutup pembicaraan setelah merasa guru mengetahui kami saling berbisik dengan batuk yang bagiku terdengar sangat dibuat-buat.
Melirik ke kursi pria itu. "Sepertinya kau memang orang aneh." Menghembus napas. Aku makin tidak bisa menahan rasa penasaranku tentang dirinya. Jadi aku merogoh laci miliknya dan meraih sesuatu.
Meletakan di depanku. Tampak buku tulis yang telah diberi lembar cokelat dan plastik sebagai pelindungnya. Aku sempat tertawa ketika membaca keterangannya.
Nama : Tanya sendiri :-p
Alamat : Jangan kepo!
Kelas : Di SMAN Purwokerto
Mapel : Mata Pelajaran
Sekolah : SMA
Cukup mengejutkan untuk buku milik seorang pria SMA jika ditimbang dari segi kerapian. Kupikir dia sama seperti pria lain yang suka menggunakan satu buku untuk semua pelajaran. Terlebih karena kebiasaannya tidur di kelas, Jadi terkesan sangat pemalas. Tapi dugaanku keliru.
Membuka buku di depanku. Aku kembali terkejut setelah melihat kalimat di sana. Selain tulisan itu sama persis dengan surat yang kuterima, kata-kata yang ditulis juga membuatku syok sekaligus merasa tidak enak hati.
"Raja Tidur, itulah caramu memanggilku pertama kali. Kalau disingkat jadi RT. Lucu juga, aku berterima-kasih padamu, Lutfi idolaku."
Jadi, pria nyebelin itu si Raja Tidur, dan dia juga yang ngirim surat ke aku. Terlebih, aku tidak menyangka, kenapa dia diam-diam mengidolakanku? Maksudku, bukannya aku tidak suka diidolakan, hanya saja aku tak mengerti alasannya.
Soalnya, dia kan selalu tidur di kelas. Jadi kupikir, dia tidak tahu sesuatu tentangku. Lagi pula, aku juga tidak melakukan sesuatu yang mencolok seperti siswa lain. Aduh! Aku makin pusing dibuatnya.
Beberapa saat, otak, pikiran, dan khayalan terus larut dalam kedilemaan tentang si dia. Namun mendadak aku mengingat kalimat di surat sebelumnya, kalau RT akan menemuiku jika aku datang terlambat. Dan benar, dia memang melakukannya.
Untuk apa?
Aku masih belum tahu. Jadi, saat itu juga aku memutuskan untuk mencari tahu alasannya besok dengan sengaja terlambat. Iya, sengaja, kok!
🌹🌹🌹
iii
Hari Jumat di depan UKS, aku memejam, memantapkan diri sebelum menuju ke kelas XI Bahasa. Beberapa hari lalu, dia selalu datang sebelum aku selesai mengambil absen di kelas XI IPA, tapi saat itu dia tidak juga muncul.
Ketika akhirnya aku membuka mata dan hendak melangkah, tiba-tiba dia berdiri di depanku sembari berkata: "Dasar Ratu Absen, mau telat sampai kapan?"
Terkejut sekaligus lega, meski agak jengkel mendengar pertanyaannya. Maksudku, kenapa dia memanggilku Ratu Absen?
Yah, memang benar kalau aku teramat sering telat, tapi apa tidak ada sebutan lain yang lebih halus, seperti misalnya.... lupakan itu! Pokoknya, aku tidak suka disebut-sebut dengan nama lain. Aku ini sudah punya nama, Lutfi Nurtika.
Batinku hanya bersontak sendiri tanpa berani menyampaikan keluhanku. Dan saat itu, aku hanya bertanya: "Maaf?"
Tak ada tanggapan, dia hanya terus memandangku.
"Sebenarnya, kamu siapa, sih?"
Tampak wajahnya sedikit bingung. "Siapa? Kan, kita satu meja."
Aku terkejut. Jadi siswa di depanku benar/benar pria yang sama seperti dugaanku. Dia pria aneh yang terus menggangguku ketika meminta absen, dan dia yang selalu duduk di sisiku dengan selalu tertidur setiap waktu, dia juga si pengirim surat berinisial RT.
Agak lega rasanya setelah tahu seperti apa orangnya. Meski saat itu aku masih belum tahu namanya.
"Absen." katanya sembari menjulurkan tangan seperti biasa, memaksaku keluar dari khayalanku.
Hari itu, aku menyerahkannya cuma-cuma lalu melangkah pergi. Aku sangat yakin kalau dulu, dia pasti kaget.
Setelah berjalan cukup jauh darinya aku meng-umpet dari balik batang pohon yang berada di jalan dekat lapangan berlantai semen, sembari mengamati pria itu. Tampak dia tidak curiga. Pria itu melangkah menuju kelas XI Bahasa, kemudian keluar masuk berdasarkan urutan dari 1 hingga 4. Lalu menuju ke tangga.
Saat itu juga aku sadar, yang dilakukannya adalah menggantikan hukumanku. Tapi, aku masih belum mengerti alasan dia bertindak demikian. Padahal, aku sudah cukup kasar dengan mengatainya Raja Tidur.
Aku melangkah menuju ruang kelasku dengan rasa sesak di dada. "Mungkin aku harus bilang makasih sebelum rasa ga enak ini makin ganggu aku."
🌹🌹🌹
iv
Di ruang kelas X-11, sewaktu istirahat. Aku masih duduk di kursiku dan melambaikan tangan kepada Gyan yang baru saja beranjak dari duduknya untuk menuju kantin. Sebenarnya aku juga ingin pergi ke sana untuk membeli makanan ringan, tapi sebelum itu, aku merasa ada hal yang harus kuselesaikan saat itu juga.
Kupandang ke sisi kiri, tampak dia masih tertidur atau semacamya. Entahlah, aku tidak bisa melihat wajahnya.
Jantungku berdegup kencang, entah kenapa. Sebelumnya, tidak pernah kurasakan canggung seperti saat itu. Cukup lama, tapi akhirnya aku berkata: "Makasih."
"Hmmm.... buat apa?"
Mendengar responsnya yang cepat membuatku terkejut sekaligus memunculkan berbagai pertanyaan dalam benakku. Yah, kenapa dia menjawab? Apa dia pura-pura tidur atau memang sudah bangun? Apa mungkin dia memang cepat tanggap?
"Soalnya kamu selalu gantiin tugasku ambil absen."
Greg!!!
Meja bergerak tiba-tiba hingga membuatku tersentak. Saat itu, aku sangat yakin kalau dia terkejut karena aku tahu perbuatannya itu.
Lama kutunggu. Semenit, lima menit bahkan hampir tujuh menit masih tak kudengar suara apapun darinya.
Merasa kesal, aku kembali berkata: "Jangan pura-pura tidur!"
Dia menjawabannya dengan dengkuran lirih, membuatku ilfil.
Segera aku bangkit dari tempat dudukku, kemudian melangkah pergi dengan rasa jengkel. "Dasar Raja Tidur."