Chereads / Revenge (dendam Agni) / Chapter 2 - Bab 2

Chapter 2 - Bab 2

Tak pernah di sangka, tak pernah di duga. Agni harus bertemu Rama di sini. Kecanggungan jelas terjadi namun di pihak Agni lebih di liputi perasaan benci. Apalagi kini Rama menggendong putrinya, anaknya dengan perempuan lain.

Agni mencoba tabah, menerima takdirnya namun tetap saja hatinya merasa tak terima. Anaknya harusnya hidup, menerima kasih sayang dari Rama juga. Hidup tak sesuai apa yang Agni mau. Nyatanya takdir bahagia tak berpihak padanya, malah bahagia berada di sisi si jahat.

"Eh Agni, Rama!!" panggilan Dera membuat keduanya menengok secara bersamaan. "Kalian dah ketemu? Pasti kalian banyak ngobrol, ngobrolin soal kalian dulu?"

Keduanya tak menjawab, hawa tak enak menyelimuti keadaan sekitar. Agni ingin segera pergi dari sini namun acaranya baru saja di mulai. "Kita gak punya apapun untuk di kenang."

"Ni, jangan ketus gituh ah! Rama baru pindah di tugaskan di kota ini. Dena temenan sama Aurel, anak Rama." Dera tak pernah tahu, bahkan semua orang tak tahu siapa dulu yang menyebabkan Agni jadi hancur. Mereka mendesak namun Agni memilih diam berharap Rama mengakui perbuatannya. Tapi si pengecut ini menengoknya saja tidak padahal mereka sama-sama berbuat dosa. Kenapa hanya Agni  yang di hukum?

Keketusan Agni mendatangkan tanda tanya bagi Dera namun kakak perempuan Agni itu sadar. Agni memang ketus semenjak di desak untuk segera menikah. "Ni, ikut kakak yuk! Kamu di tanyain saudara-saudara kita."

Tak berpikir dua kali lagi. Agni beranjak pergi mengikuti langkah Dera. Lebih baik ia menghindar  bertemu dengan saudara mungkin berakhir buruk namun lebih buruk jika ia tetap bersama orang yang menghancurkannya.

Benar saja dugaan Agni, salah satu saudaranya menyakan kapan dia akan menikah? Pertanyaan basi namun bisa membuat Agni tersulut emosi dan seperti biasa Agni hanya tersenyum sambil mengatakan kalau jodohnya belum ketemu.

"Ni, tante punya kenalan. Laki-laki mapan, ganteng, kerjaannya kontaktor gede walau yah dia duda tapi tenang aja anaknya di bawa istrinya. Niatnya tante sih mau jodohin sama kamu, kali aja kamu mau!!" Agni diam tak segera menolak ataupun mengiyakan, namun Dera yang sedikit geram.

"Agni masih gadis, masak mau di jodohin sama duda? Punya anak lagi, dia gak akan mau." Dera tak terima jika Agni dijodohkan dengan laki-laki duda yang gagal berumah tangga.

"Gadis kan status doang, kita kan tahu Agni udah pernah...."

"Cukup tante!!" Dera marah jika masa lalu Agni di ungkit. Setiap manusia pernah membuat kesalahan, begitupun Agni. Tak ada yang boleh mengatainya, mengorek kebobrokan Agni di masa lampau atau menghakimi adiknya. Namun Dera merasakan lengannya di tarik lembut. Agni di sampingnya menggeleng lemah, Dera paham mengungkit kesalahan Agni sama saja menggores hati adiknya yang mungkin sudah sembuh total.

"Maaf tante, saya tak berniat menikah dalam waktu dekat ini. Terima kasih udah perhatian sama Agni."

Agni tahu ujung-ujungnya selalu seperti ini. Dirinya di jodoh-jodohkan, Agni seperti tak laku saja.

"Udah kak, mereka kan udah biasa gituh!!" Dera memukul pembatas tangga merasa tak terima. Selalu saja mereka mengungkit serta menjodohkan Agni. Adiknya bisa mencari jodohnya sendiri. Tak perlu juga mrendahkan seolah-olah Agni itu perempuan cacat mental atau fisik.

"Kamu gak bisa terus diem aja. Lawan mereka, jangan jadikan masa lalu kamu sebagai sebuah kelemahan!!"

"Kenyataannya masa laluku adalah sebuah kelemahan, kekurangan juga. Aku membiaskan diri Kak dengan cibiran mereka."

"Hentikan pemikiran itu, kamu perempuan baik dengan pekerjaan yang mapan. Kamu berharga untuk kakak, ibu dan juga ayah." Pandangan Agni menerawang jauh ke masa lalu. Orang yang paling ia kecewakan saat mengetahui dirinya melakukan aborsi adalah kedua orang tuanya.

"Gimana kabar mereka Kak?" Agni mengalihkan perhatian, dengan membahas topik lain.

"Kenapa gak kamu temui mereka langsung? Kamu udah lama gak pulang!!" Pulang? Selalu menyisakan apa yang di sebut kenangan, pulang di tempat ia menanam lumuran dosanya. Agni tak siap jika melihat dosanya itu tumbuh menjadi pohon besar, yang akarnya menyesakkan. Seperti merangkak menyentuh kaki, memohon untuk di beri kesempatan  hidup.

Percakapan serius mereka harus terhenti ketika mendengar suara gaduh di dalam pesta. Dera sebagai tuan rumah lebih panik ketika pesta yang harusnya berkesan malah ricuh.

"Ada apa ini?"

"Ada salah satu anak kecil yang mengalami ashma." Agni dan Dera langsung berlari mendekati pusat kerumunan. Sebagai seorang dokter, Agni lebih siap siaga dengan keadaan genting seperti ini.

Agni menyentuh anak yang mulai tersengal-sengal itu, nafasnya mulai berat dan ada ruam ruam merah di sekitar leher. "Apa tadi dia makan sesuatu?"

"Anak saya hanya makan coklat." jawab seorang wanita cantik berambut ikal yang sedang membopong tubuh anak kecil itu. Di lihat sekilas, orang pasti tahu kalau wanita ini adalah ibu si anak.

"Anak ini harus segera di bawa ke rumah sakit." Agni menyimpulkan kalau anak kecil ini alergi terhadap coklat . Memang ada beberapa kasus kalau ada anak yang alergi coklat bahkan ada yang sampai mengalami kematian.

🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿

Mencoba hal baru, melakukan di luar batas. Aku yang bodoh atau kamu yang terlalu pintar.

Agni selalu begitu membawa tasnya dan setumpuk buku untuk mengunjungi Rama. Meminta bantuan pemuda itu  mengajarinya matematika. Rama memang badung namun ia termasuk siswa yang pintar di banding dengan Dera.

Tok... tok... tok

Agni mengetuk pintu namun setelah beberapa menit. Pintunya enggan terbuka. Apa penghuni rumah pada pergi semua? Namun ketika Agni berbalik hendak pulang, Rama yang membukakan pintu sambil tersenyum lebar. Rambutnya acak-acakan, ciri khas orang yang baru saja bangun tidur.

"Kakak masih ngantuk? Kalau gituh Agni pulang aja. Biar kakak lanjut tidurnya." Rama menahan lengan Agni agar tak beranjak pergi.

"Gak kok, kamu mau minta kakak ajarin apa?"

"Matematika."

Kemudian yang terjadi Rama sudah menyeret lengan Agni untuk masuk ke dalam rumah. Agni juga bingung ketika Rama mengajaknya ke kamar pribadi. Biasanya mereka akan belajar di ruang tamu.

"Duduk sini." perintah Rama lalu mengarahkannya duduk di karpet bermotif Inter Milan, tim sepak bola favoritnya.

"Tante kemana?" Agni bertanya karena tak mendapatkan siapapun di dalam rumah ini kecuali Rama.

"Mamah ada urusan ke tempat temennya. Agni mau minum nggak?" Agni mengangguk, Rama yang sangat sayang pada Agni turun ke bawah mengambilkan  putih dingin.

Mereka belajar dengan tenang tanpa gangguan siapapun. Sesekali Agni menanyakan pertanyaan yang menurutnya susah. Entah kenapa Agni merasa jarak dirinya dan Rama begitu dekat, beberapa kali hidung mereka hampir bertubrukan.

Sedang Rama hampir 1 jam lebih menahan sakit di tubuh bagian bawahnya. Sial memang, ia harus menahan mati-matian rasa nyeri. Ini semua karena video porno yang hanya setengah jalan di tontonnya karena Agni yang terlanjur datang. Kapan sih Agni akan pergi. Kecantikan dan tubuh Agni membuat tubuh bagian bawah Rama semakin menggila. Apa ia manfaatkan saja keberadaan Agni di sini?.

"Ni, kamu udah selesai?"

"Sebentar lagi."

"Emmpt..." Agni terkejut saat tiba-tiba saja Rama melumat bibirnya. Salah sendiri, bibir Agni yang mungil itu begitu menggoda dirinya.

"Kenapa kakak cium Agni?" tanya gadis itu sambil menghapus ciuman Rama dengan punggung tangan.

"Karena kakak suka sama kamu. Tubuh kakak yang bawah sakit, kamu bisa nggak bantu kakak buat nyembuhinnya?" Agni melihat Rama tanpa curiga, benar sih ia beberapa kali melihat Rama meringis dann juga mata teman kakaknya semakin menggelap.

"Gimana cara Agni bisa bantu kak Rama?" Agni terkejut ketika tangannya di arahkan Rama tepat di depan selangkangan milik pemuda itu. Rama melepas kancing celana jeans, menurunkan resleting lalu mengeluarkan apa yang di sebut alat kelamin. Agni terkejut, ingin mundur namun tangannya di cekal erat oleh Rama.

"Ni, bantu kakak." Tangan Agni di arahkan ke kejantanan Rama. Di suruh untuk mengelusnya lembut. "Urut ini naik turun, pelan-pelan tapi pas kakak bilang cepat kamu mesti urut cepet."

Agni masih mematung karena takut, dia ragu melakukannya. "Tenang ni, kakak cuma minta kamu urut bukan lebih, jangan takut. Itu gak akan buat kamu hamil."

Otak Agni jadi bodoh, dia menuruti permintaan Rama yang bisa di anggap menjijikan itu. Agni menghirup nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Pelan-pelan ia menggenggam 'senjata' milik Rama, mengelusnya naik turun sesuai instruksi pemiliknya. 'Senjata' begitu besar dan berurat. Semakin di elus, semakin keras.

Rama menggigit bibirnya, melenguh keenakan. Tangan Agni yang mungil nan lembut benar-benar membuat Rama merasakan nikmat. Rama mencoba meraih tengkuk Agni, mencium bibirnya dalam-dalam. Tangan Agni masih bekerja memuaskan pusaka Rama, naik turun.

"Ni, cepet dikit." Agni mempercepat gerakan tangannya. Ia kaget ketika Rama berteriak lumayan kencang memuntahkan lahar panas bewarna putih kental dan baunya tak begitu enak, mirip pemutih pakaian.

Dengan sigap Rama mengambil tisu untuk mengelap tangan Agni yang penuh dengan cairan 'semennya'.

"Makasih ya, Ni."

Agni tersenyum canggung namun ia suka saat Rama mencium bibirnya. Ada percikan aneh menggelora di hatinya, sengatannya kecil menjalar sampai jantung, menghangat di dalam sanubari.

"Ni, kamu mau kan jadi pacar kak Rama?"

Agni ambigu, ia menyukai Rama. Siapa sih yang tak menyukai pemuda tampan. Dia jadi idola semua gadis di seluruh gang komplek. Agni akan bangga sekali jika jadi pacar Rama.

"Tapi kata kak Dera, kakak udah punya pacar?"

"Omongan Dera kamu percaya, dia kan ngiri sama kamu. Kamu lebih cantik dari Dera." Pipi Agni bersemu merah mendapat pujian seperti itu. "Pipi kamu gemesin banget sih, pingin cium!!"

"Kakak!"

"Gimana mau nggak jadi pacar kak Rama?"

"Agni mau tapi kita pacarannya diem-diem ya? Agni takut mamah marah, kak Dera juga."

"Okey deh."

Rama tersenyum sebelum mendekap tubuh Agni ke dalam pelukannya. Akhirnya Rama bisa mendapatkan gadis cantik ini jadi kekasihnya. Tak apa-apa lah mereka backstreet toh Agni juga masih duduk di bangku SMP.

Tangan Agni bergetar sangat hebat. Ia tak mau menerima jabatan tangan  Rama, Ia diingatkan perbuatan nistanya dulu. Setuju menjadi kekasih Rama, setuju untuk jadi boneka hidup yang di manfaatkan kepolosannya bahkan Agni dahulu terlalu terbuai dengan hal salah yang mereka lakukan. Perintah Rama bagai suatu titah yang harus di laksanakan.

"Agni, terima kasih sudah menyelamatkan nyawa anakku." Tangan Rama terpaksa ia turunkan. Agni masih mematung di luar ruangan Aurel. Pikirannya berkecamuk.

Agni melangkah pergi dari sana. Apa yang ia sesalkan? Ia telah menyelamatkan putri Rama karena alerginya terhadap coklat, bukannya itu tugasnya sebagai dokter. Setelah tahu kalau perempuan cantik yang anaknya terserang sesak nafas adalah istri Rama. Agni merasa hatinya hancur, Rama mendapatkan keluarga yang bahagia, istri sempurna dan seorang putri yang cantik.

Harusnya tadi Agni biarkan saja putri Rama meregang nyawa seperti dia yang kehilangan anaknya 12 tahun lalu. Namun hati kecilnya melarangnya. Agni jelas marah entah pada siapa? Tuhan kah? Kenapa hidup Agni seperti tak adil, apa dia yang terlalu sensitif mengenang dosa masa lalunya? Berusaha untuk ikhlas nyatanya hal yang sulit. Ia memupuk yang namanya sakit hati, berharap suatu hari nanti dapat melihat Rama menderita seperti juga dirinya.

Rama tak bisa Agni biarkan bebas tersenyum, berbahagia dengan keluarganya. Anggap saja ia jahat tapi yang di lakukan Rama dulu lebih jahat. Kalau tangan Tuhan saja tak sampai menggapai dosa Rama dan melibaskan hukuman maka Agni yang akan melakukannya. Ia adalah tinta hitam di kehidupan Rama kini. Ia pelan-pelan merambat, membuat kehidupan Rama yang baik-baik saja jadi gelap gulita.

🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏