Chereads / Revenge (dendam Agni) / Chapter 3 - Bab 3

Chapter 3 - Bab 3

Kita telah melampaui batas, bukannya berhenti kita malah terhanyut hingga sampai ke lautan masalah yang kita ciptakan sendiri.

Setelah kata jadian, pacaran yang telah Agni dan Rama sepakati. Agni lebih sering di antar jemput Rama. Tak ada yang curiga, bukannya sudah biasa. Karena para orang tua mewajari sikap Rama yang terlalu baik itu. Mereka menganggap kalau perlakuan Rama wajar sebab dia tak punya adik hingga menganggap Agni sebagai saudaranya.

Siang ini seperti biasa, Agni menunggu Rama yang akan datang menjemputnya. Dia menunggu di bawah pintu gerbang sekolahnya sambil membeli siomay untuk mengganjal perut.

"Siang Agni". Sapa Zul teman sekelas Agni di susul Ihsan di belakangnya. Mereka tersenyum lebar saat melihat Agni.

"Siang!!".

"Lagi nunggu jemputan ya? Kakaknya lama jemputnya?".

Agni balas tersenyum namun ia memilih makan dari pada menanggapi dua teman laki-lakinya itu.

"Ih senyummu itu loh ni sama cilok gurih senyum kamu". Agni menggerutu dalam hati, dasar gombalan receh.

"Agni cantik sekarang sombong, gak mau nyahut kalau di tanya Aa Zul". Kenapa Agni jadi dongkol di katai sombong. "Besok Aa, boleh ya malam minggu ngapel ke rumah kamu?".

"Gak boleh!!". Bentak Rama galak yang tiba-tiba sudah muncul di antara mereka bertiga. "Agni udah punya pacar".

"Kok tega Agni sama Aa? Punya pacar gak bilang-bilang!! Dulu waktu Aa Zul nembak, Agni nolak katanya mau konsentrasi belajar dulu. Nyatanya Agni nerima cinta laki-laki lain". Agni tersenyum, ia hampir saja tertawa kalau saja Rama tak mempelototinya.

"Diem loe anak kecil, jangan ngarepin Agni lagi!!". Semprot Rama galak. "Ni, ayo pulang". Tangan Agni di seret oleh Rama untuk pergi dari hadapan dua pemuda itu. Jelas saja Rama tak suka ada yang terang-terangan menggoda kekasihnya.

"Kalau ada yang goda kamu jangan di tanggepin".

"Aku diem aja".

"Tapi kamu tadi deket-deket sama mereka!!".

"Aku nunggu kakak di depan, mereka yang nyamperin duluan".

"Yah sama aja". Dengan kasar Rama menyerahkan helm bewarna pink bermotif hello Kitty ke Agni. Dia mendudukkan Agni di jok belakang motor maticnya.

"Kita mau kemana kak? Gak langsung pulang". Jujur Agni takut, Rama mengendarai motor dengan ugal-ugalan. Ia sampai memegang pinggang Rama dengan kencang. Kekasihnya ini juga kenapa, bawa motor ngebut nanti kalau mereka kecelakaan bagaimana?.

"Nggak, ke warnet dulu. Temenin kakak cari bahan tugas".

Mereka sampai ke sebuah warnet yang penuh dengan anak berseragam SMA. Rama memilih tempat favoritnya, di pojokan jauh dari pintu masuk. Untung tempat itu tak ada yang mengisi.

"Kakak sering ke sini? Di sini tempatnya mahal loh". Ucap Agni smbil duduk bersimpuh di atas sebuah karpet.

"Heem, di sini aman. Ada biliknya. Kita mau ngapa-ngapain gak ada yang tahu".

"Oh...".

Agni hanya diam sepanjang Rama mengumpulkan bahan tugasnya. Sesekali dirinya menguap ngantuk. Ia lelah, ini hampir 1 jam lebih dan mata Rama tak lepas dari layar komputer.

Agni tersentak ketika Rama menarik lengannya dan memasangkan headseat. "Lihat film bareng yuk".

"Film apaan kak?".

"Blue film". Mata Agni yang bening membola kaget, seumur hidup ia tak pernah nonton film porno. Tentu ia malu jika menonton dua orang yang tengah beradegan seks. "Biar kita sama-sama belajar".

"Kakak gak bakal kan gituan ama Agni".

"Nggak sayang, mana kakak berani".

Mereka menonton dalam diam. Sesekali Agni mengernyit, memundurkan kepala lalu menggelengkan kepala ketika melihat dua orang beradegan dewasa, sedang Rama beberapa kali meneguk ludah, menggigit bibir lalu menatap layar dengan sorot mata tajam yang mulai menggelap. Tubuh bagian bawahnya mengerang kesakitan namun mati-matian ditahannya.

"Ni...". Panggilnya pelan namun Agni masih terlalu fokus menatap layar. Tangan Rama mulai aktif, merayap pada paha Agni yang tertutup rok bewarna biru tua. Pelan-pelan paha Agni di elus naik turun.

"Kak..". Pekiknya kaget saat tangan Rama berhasil masuk ke lipatan vaginanya. Ia mencoba mengeluarkan tangan Rama yang bergerilya nakal itu.

"Ni, mau aku bikin enak?". Agni yang masih setia memegangi tangan Rama, mengerutkan dahi. Ia bingung, yang di sebut enak jelas bukan makanan namun Agni sulit mencerna maksud terselubung yang Rama utarakan. Apalagi kini laki-laki itu sudah tersenyum penuh arti.

Agni belum menjawab ataupun setuju tapi tangan Rama sudah bergerak cepat, ia mendekat, mengurung tubuh Agni yang masih kecil. Di ciumnya bibir Agni dengan penuh nafsu, tangannya dengan lincah melucuti kancing seragam Agni. Meremas payudara Agni yang masih berbalut kaus dalam.

"Eng... Kak!!". Agni mendesis tatkala Rama menggigit serta menjilat putingnya. Agni merasakan gelegar aneh namun ia tak bisa memungkiri apa yang Rama lakukan menggugah hasrat mudanya untuk melakukan hal baru. Tubuh Agni merasa di baringkan, roknya di naikkan ke atas. Nampaklah celana dalam berenda Agni yang bewarna biru muda.

"Kak!!".

"Ssst... Jangan berisik, nanti kita ketahuan. Bilik ini nggak kedap suara". Agni mengangguk paham. Ia berusaha menutup mulutnya rapat-rapat.

Rama dengan berani menurunkan celana dalamnya. Dengan malu Agni berusaha menutupi alat kelaminnya dengan telapak tangan.

"Jangan di tutupi!!". Rama menyingkirkan tangan Agni. Ia nekat mendekatkan wajahnya, menjilati vagina Agni.

"Kak!!". Agni mencoba untuk tak menjerit, perlahan-lahan ia menikmati perlakuan Rama. Rama tak berhenti melakukan perbuatan terlarang, ia menjilati vagina Agni, mengobrak-abrik setiap inchinya memberi kenikmatan yang tak pernah Agni rasakan. Ia akhirnya meledak menjadi puing-puing dengan nafas terengah-engah.

"Enak?". Tanya Rama yang kini sudah berada di atas tubuh Agni. Agni tak menjawab, wajahnya bersemu merah.

Rama memandangnya dengan penuh hasrat dan minat, namun untuk meminta lebih ia tak berani.

"Sekarang Agni yang bikin enak kak Rama ya?".

Agni mengangguk paham, ia biasanya akan mengurut kejantanan Rama sampai cairannya keluar. Namun ketika tangan Agni ingin meraih kejantanan Rama, Rama mencegahnya.

"Aku gak pingin di urut pakai tangan tapi pakai mulut kamu!!".

Agni terbelalak kaget, Pakai mulut? bagaimana bisa itu kan tempat kotor, tempat pipis. Jujur Agni jijik

"Tapi kan?".

"Aku gak jijik ketika menjilat vagina kamu". Rama sepertinya bisa membaca pikiran Agni. Dengan terpaksa Agni mengabulkan permintaan Rama.

"Baiklah, aku mau!!".

Agni menunduk mendekatkan mulutnya pada kejantanan Rama. Ia meneguk ludahnya kasa ketika aroma kejantanan Rama mulai tercium. Tentu bukan bau yang menyenangkan.

Pelan-pelan ia memasukkan benda berurat itu. Rasanya tak seperti menelan lolipop, ini lebih menyesakkan dan menyiksa. Agni hampir saja mutah setiap benda keramat itu menyentuh tenggorokannya sedang Rama malah dengan teganya memegang erat kepala Agni agar tak menjauh.

Agni tak tahu dia jago atau tidak mengulum penis namun beberapa menit setelah kegiatan yang mereka lakukan. Rama berteriak lalu mengeluarkan cairannya pada mulut Agni.

"Hoek.... hoek.... hoek...". Agni memutahkan semua makan paginya ketika teringat perbuatan bodohnya dulu. Dengan kasar dan cepat ia menggosok gigi agar bayangan menjijikan itu terlempar dari ingatannya.

Namun pada akhirnya ia kalah, tubuh Agni merosot. Ia menangis meraung-raung, andai ia dulu tak terlalu polos dan bodoh maka ia tak akan mengalami luka hati selama bertahun-tahun. Ia akan baik-baik saja mungkin malah Agni sekarang bahagia dengan anak dan suaminya.

Tak mau terlalu larut dalam penyesalan, Agni bangkit membasuh wajahnya dengan air. Ia akan membalas perbuatan Rama, iya Rama tak boleh tersenyum bahagia.

🍰🍰🍰🍰🍰🍰🍰🍰🍰🍰🍰🍰🍱🍱

"Keadaan Aurel sudah baik, bintik-bintiknya sudah menghilang". Ucap Agni pada Shita setelah memeriksa keadaan Aurel.

"Terima kasih bu dokter, jadi kapan Aurel bisa pulang dan sekolah lagi". Tanya Aurel antusias. Ternyata Aurel punya sikap tak sabaran seperti ayahnya. Agni membatin dalam hati.

"Besok Aurel sudah bisa pulang". Agni tersenyum palsu. Ia sebenarnya muak berada di tengah-tengah keluarga yang penuh dengan kebahagiaan ini. Sepertinya niatnya untuk menghancurkan Rama semakin bulat saja.

Perlahan-lahan ia menjauhkan diri dari keluarga Rama. Ia memilih pergi untuk menentramkan perasaannya.

"Agni, bisa kita bicara sebentar?". Bajingan ini kenapa bisa menghadang langkah Agni. Namun sepertinya Tuhan membantu jalannya untuk menghancurkan Rama.

"Tentu, apa yang akan kamu bicarakan?".

"Ini tentang kita dulu". Sorot mata Agni berubah jadi tak bersahabat namun ia bisa tahan dengan tersenyum munafik.

"Aku tahun kesalahan aku dulu tak termaafkan". Memang

"Aku minta maaf padamu karena tak bertanggung jawab". Kamu bukan hanya tak bertanggung jawab namun juga bajingan brengsek yang membiarkan aku terkapar sendirian, menanggung dosa sendirian.

"Mungkin semua sudah terlambat, tapi aku benar-benar minta maaf".

Maaf tak akan bisa mengembalikan waktu, maaf Rama tak bisa mengembalikan Agni. Namun untuk dekat dengan musuh, bukankah lebih baik kita mengulurkan pertemanan.

Tangan Agni menyentuh bahu Rama, menekannya sedikit. "Kak, itu sudah lalu. Sudah 12 tahun, aku bukan pendendam. Aku sudah memaafkan kamu jauh sebelum ini. Anggap saja kekhilafan kita dulu hanya kebodohan masa remaja".

Senyum Rama terbit, kelegaan menyelimutinya. Ia kira Agni menyimpan dendam. "Syukurlah, aku benar-benar terkejut ketika melihat kamu kemarin". Rama meraih tangan Agni lalu menggenggamnya erat. Dalam hati Agni ingin sekali menarik tangannya lalu memukuli wajah Rama.

"Aku juga, oh iya putrimu sangat cantik".

"Iya Aurel cantik dan juga cerdas". Mendengar ucapan Rama, hati Agni mendadak nyeri. Anaknya Rama bunuh sedang Aurel mendapatkan kasih sayang Rama, penuh.

Dengki itu semakin menggerogoti hati. Agni harus membalas apa yang Rama perbuat pada dirinya. Ia sering memimpikan anaknya menangis, kedinginan sendirian. Agni berjanji dalam hati akan mengesampingkan rasa sakitnya agar bisa dekat dengan Rama, menyembunyikan belati di belakang punggung namun tertawa bersama Rama.

"Keadaan Aurel sudah membaik, besok dia sudah boleh pulang".

"Mainlah ke tempat kami Agni kapan-kapan, rumah kami selalu terbuka untukmu". Tawaran yang menarik, tentu Agni akan sering-sering ke sana.

"Tentu saja, aku akan menyempatkan waktu untuk berkunjung ke sana!!".

Agni menyambut umpan Rama. Ia akan dekat dengan keluarga Rama lalu pelan-pelan ia akan menghancurkan mereka. Agni yakin Rama tak akan semudah itu membuang kenangan mereka. Agni akan memorakporandakan hidup bahagia yang telah Rama susun.