Chapter 38 - Bertemu di Pengadilan

Hari yang ditunggu - tunggu telah tiba, Lisa beserta Ibunya sudah siap pergi ke pengadilan. Kali ini Bella memutuskan untuk tidak ikut karena ia enggan berurusan dengan ayahnya. Bella lebih memilih untuk bersantai di rumah sembari menunggu sidang selesai.

Lisa mengenakan setelan blazer hitam andalannya dengan celana kain berwarna senada. Rambut panjang hitamnya diikat ke belakang, dijepit dengan jepit berhias berlian imitasi. Hari ini Lisa tampak sopan dan menawan. Kumala meskipun tidak terlihat se menawan Lisa, tetap tampil rapi dan sopan dengan gaun kasual berwarna krem dan rambut yang diikat ke belakang. Sekilas kedua wanita ini nampak mirip sekali.

Lisa tidak mengenakan riasan yang berlebihan, terlebih ia tidak menggunakan gincu merah menyalanya. Hari ini adalah hari paling penting bagi Lisa dan Ibunya. Lisa harus tampil sesederhana mungkin agar tidak terlalu menarik perhatian.

Jam telah menunjukkan pukul delapan pagi. Di hari yang paling penting sepanjang sejarah hidupnya ini, Oscar berjanji akan menjemput Lisa beserta dengan Ibunya serta mengantar mereka ke pengadilan. Oscar juga akan hadir sebagai pendamping Lisa, dengan harapan kehadirannya di pengadilan mampu menekan rasa cemas Kumala dan Lisa.

Beberapa menit kemudian, mobil Alphard hitam terparkir di depan pintu pagar rumah Lisa. Seorang pria bertubuh tinggi semampai turun dari mobil itu. Ia mengenakan jas beludru hitam yang nampak mewah serta kacamata hitam rayban bertengger di hidung mancungnya.

Ketika melihat siapa yang sudah berdiri di depan pintu, Lisa mempersilahkannya masuk. Kumala berdiri di ambang pintu dengan wajah terkagum – kagum. Tidak ia sangka, calon menantunya adalah seorang bule!

Kumala menatap pria yang tinggi itu dengan senyuman ramah di wajahnya. Ia benar – benar terkejut melihat sosok pria itu. Kumala agak ragu untuk mengajaknya bicara karena ia tidak terlalu pandai berbahasa Inggris, kemudian Lisa mengenalkan pria itu kepada Kumala.

"Bu, ini Oscar calon suamiku. Oscar ini Kumala, ibuku. Tenang saja bu, Oscar lancar berbahasa Indonesia!" jelas Lisa.

Oscar menundukkan kepala serta memberi Kumala salam sapa. Pria itu tersenyum ramah kepada Kumala. "Senang bertemu dengan anda Ibu Kumala, mari, akan saya antar ke pengadilan."

Tidak hanya tampan, pria ini ternyata sopan! Kumala langsung jatuh hati kepada Oscar pada pertemuan pertama.

Di dalam mobil, Kumala berbisik kepada Lisa. "Lis, kamu kok nggak bilang kalau dia bule? Ganteng pula. Ya Tuhan, untung saja bukan pria lokal norak seperti ayahmu itu!"

Lisa menepuk bahu ibunya. "Bu! Jangan keras – keras! Oscar bisa dengar!"

Hampir satu jam lamanya di perjalanan, mereka semua telah tiba di kantor pengadilan. Di sana Kumala dan Lisa menunggu di lobby sambil Oscar menelepon Thomas. Pagi itu kantor pengadilan tidak terlalu ramai, jadi masih ada waktu sejenak untuk menunggu yang lain datang.

Setelah Oscar selesai menggunakan ponselnya, Kumala berjalan ke arahnya dan berkata, "Oscar, terima kasih banyak sudah membantu kami mencari pengacara untuk menyelesaikan kasus perceraian saya. Sungguh, saya sangat berterima kasih kepadamu nak."

"Ibu tidak perlu khawatir, pengacara saya adalah yang terbaik. Dia sudah menjadi pengacara andalan keluarga saya selama dua puluh tahun lamanya!" jawab Oscar mantap meyakinkan.

"Oscar, jika kamu harus bekerja hari ini. Tinggal saja kami berdua, tidak masalah. Kami berdua bisa mengatasi pengadilan ini!" pinta Kumala, sungkan.

"Tidak apa – apa bu, saya memang sengaja menemani anda dan Lisa supaya tidak grogi. Saya hanya bisa bantu secara mental saja," jawab Oscar sopan. Ia sedikit menundukkan badannya agar setara dengan tinggi badan Kumala.

"Ayolah nak tidak perlu merendah diri begitu! Kalau bukan karena kamu, bagaimana saya dapat mencari pengacara?" jawab Kumala tersipu malu.

Tidak lama kemudian, yang ditunggu – tunggu akhirnya tiba. Tanpa perasaan malu atau bersalah, Veronica dan keluarganya melangkah ke dalam gedung dengan angkuh.

Lisa menatap mereka dengan tajam dan sengit. Veronica dan Karina tidak jauh berbeda! Pagi itu Veronica datang dengan mengenakan gaun berwarna merah menyala dan mengekspos bagian dadanya. Sepatu hak tingginya, berwarna emas dan berlapis berlian. Karina juga tidak kalah mencolok, ia mengenakan atasan bermotif harimau dan celana kulit bermotif ular senada dengan sepatu hak tinggi yang dikenakannya. Keduanya benar – benar ibu dan anak bak iblis dengan riasan super tebal mengerikan.

Ini pengadilan, bukan konser dangdut pikir Lisa.

Kemudian di belakang Veronica dan Karina, sosok pria kurus kering dan lusuh mengikuti. Itu ayah Lisa, Gatot Soewandi. Apabila dilihat dari kejauhan, Veronica dan Gatot tampak seperti seorang majikan dengan pelayannya. Entah apa yang merasuki Veronica sehingga ia mau menikah dengan pria rendahan seperti Gatot.

Ketika Karina melewati Lisa dan Kumala yang tengah duduk menunggu di lobby. Ia berhenti dan menatap tajam Lisa dengan tatapan penuh kebencian.

"Jika bukan karena pacarmu itu, kami tidak akan datang ke pengadilan! Tapi lihat saja nanti, keluargamu pasti tidak akan memenangkan pengadilan ini!" ejek Karina sambil berkacak pinggang. Gesturnya terlihat angkuh, Lisa sampai jengkel melihatnya!

Thomas Manurung datang dengan tergesa – gesa, ia hampir saja terlambat tetapi terselamatkan! Majelis hakim belum datang, sehingga ia masih punya waktu beberapa menit untuk berbicara dengan Oscar dan Kumala.

"Hari ini sidangnya bakal sengit! Pihak tergugat menghadirkan pengacara yang tidak kalah handal dengan saya!" pria itu menggenggam map berisikan berkas dan bukti – bukti untuk digunakannya saat sidang. "Jadi ibu Kumala, memang betul ini kan bukti bahwa suami anda sama sekali belum menandatangani surat cerai anda?"

Kumala mengangguk mengiyakan. Wanita itu berharap pihaknya memenangkan pengadilan ini!

Jam telah menunjukkan pukul 10, majelis hakim telah tiba, waktunya sidang dimulai! Lisa dan Kumala masuk ke ruang sidang bersama dengan Thomas Manurung diikuti oleh beberapa saksi dan juga Oscar yang duduk di kursi paling belakang.

Di seberang kursi tempat penggugat duduk, tampak Karina, Veronica dan Gatot duduk berjajar. Tatapan Veronica dan putri semata wayangnya itu sangat angkuh, seakan mereka akan memenangkan pengadilan ini dengan mudah.

Lisa mencodongkan tubuhnya dan bertanya kepada Thomas, "Pak Thomas, anda yakin kan kalau pihak kami akan menang? Sudah jelas ayah saya bersalah tidak menandatangani surat cerai ibu saya!"

"Kau tenang saja Lisa, semua barang bukti ini akan menunjang kemenangan kita!" jelas Thomas meyakinkan.

***

Hampir satu jam lamanya persidangan itu berlangsung. Veronica dan keluarganya keluar dari ruang sidang dengan wajah lesu dan kesal. Di belakangnya, Gatot yang paling terlihat menyedihkan diantara ketiganya.

"Ibu kita menang! Syukurlah Ibu sekarang resmi bercerai! Sudah tidak ada lagi bayang – bayang ayah di kehidupanmu bu!" Lisa memeluk ibunya dengan erat. Air mata kebahagiaan mengalir dari balik matanya yang indah.

"Tanpa bantuan Oscar, surat perceraian ibu tidak akan mungkin selesai nak! Oscar!" wanita paruh baya itu memanggil pria berambut pirang itu. "Terima kasih banyak nak!"

Oscar hanya tersenyum sopan merespon ucapan terima kasih Kumala. Ia masih berdiri dekat pintu keluar. Kepalanya menoleh ke segala penjuru, mencari sosok Gatot si pengecut.

Pria berambut pirang itu mendatangi pria tua yang tampak menyedihkan itu. Menahannya dari ambang pintu. "Hei bapak tua, dengarkan aku!" suaranya sangat dalam dan menakutkan. Gatot berdiri diam, ketakutan.

"Kalau sampai saya mendengar atau melihat kamu menganggu Kumala dan keluarganya lagi, maka kau akan berurusan dengan saya!" Oscar mengacungkan telunjuknya ke dagu Gatot.

Karina dan Veronica nampaknya masih tidak terima dengan kekalahannya. Menerima kekalahan berarti menelan pil paling pahit yang pernah mereka tenggak!

"Hey jalang! Kau boleh menang hari ini, tetapi ingat! Suatu hari nanti kau akan hancur Lisa!" teriak Karina dari kejauhan. Veronica mengabaikan keberadaan Lisa dan Kumala. Sang ibu dan anak iblis itu sama – sama membenci Lisa dan Kumala. Riasan tebal mereka bahkan tidak bisa menutupi kebencian mereka yang terpancar dari wajah mereka!

Mereka semua kembali ke hunian masing – masing. Hari ini benar – benar hari yang paling bahagia dalam sejarah hidup Lisa dan Kumala.