Chapter 42 - Cincin Berlian

"Mau ke mana kita?" tanya Lisa yang melihat dari balik jendela mobil dengan keheranan ketika Dani tidak berbelok ke tikungan setelah pom bensin seperti biasanya.

"Kita akan ke toko perhiasan!" sela Oscar tajam. Pandangannya tetap lurus ke depan dengan kaki yang disilangkan.

"Apa maksudmu kita ke toko perhiasan?" Lisa bertanya lagi, kali ini mengalihkan pandangannya ke wajah Oscar. Pria itu benar – benar sangat tampan jika dilihat dari sisi manapun pikirnya.

Oscar menelengkan kepala untuk menatap istrinya. Tangannya menggenggam tangan Lisa dan menyisir jari jemarinya yang lentik. "Kau pikir aku tidak melihat benda ini?" Pria itu menggosok cincin berlian imitasi yang dikenakan Lisa.

"Ada yang salah kah dengan cincinku?" Wanita itu bergeser sedikit dari tempat duduknya ketika Oscar mendekatkan wajahnya sambil menyisiri jemarinya. Lisa berusaha untuk menjaga agar suasana di antara keduanya itu tidak canggung. Tetapi ia malah salah tingkah, dan semakin membuat suasana semakin canggung.

Baru saja mereka menikah sekitar dua jam lalu, tetapi tidak ada tanda –tanda gelora seorang pasutri yang baru saja menikah. Aura di antara keduanya terasa amat sangat canggung, bahkan tidak ada bedanya ketika mereka di kantor. Mungkin lebih parah!

"Jelas masalah lah sayang! Lihatlah, kau pikir aku tidak tahu ini cincin apa?" Kali ini nada bicara Oscar semakin tajam. Lisa mengalihkan pandangannya ke arah jendela, berusaha tidak menatap sepasang mata biru yang menatapnya lekat – lekat itu.

"Aku tidak mau istriku menggunakan barang – barang yang biasa dipakai orang – orang yang tinggal di kampung!" tambah Oscar, wajahnya semakin dekat dengan Lisa. Hidung mancungnya menempel di hidung Lisa yang mungil.

Lisa terdiam. Berhadapan dengan presdir Petersson Communication yang kini resmi menjadi suaminya sangat menegangkan. Lisa tidak tahu reaksi apa yang akan diberikan kepada Oscar bila ia merespon. Salah bicara saja, bisa – bisa Pria itu tersinggung dan memberinya sebuah hukuman.

Lisa menelan ludah dengan berat, ia memberanikan diri untuk menjelaskan kepada suaminya . "Maaf, tetapi aku tidak mampu membeli cincin berlian yang asli Oscar. Sebelum kita menikah kemarin, aku sudah mengenakannya."

"Buang cincin itu dari mobil ini!" perintah Oscar dingin.

"Tapi Oscar… Aku…"

"Buang! Sekarang!" nadanya sedikit meninggi. Lisa bergidik ngeri mendengar suaminya yang semakin terdengar galak dan dingin itu. Dibukanya jendela otomatis mobil itu dan melempar cincin berlian palsu yang pernah ia beli sewaktu ia belanja di pasar beberapa tahun yang lalu.

Setengah jam kemudian. Mobil Alphard hitam itu berhenti di sebuah toko perhiasan bergengsi di ibu kota. Dani turun dari kursi pengemudinya dan membukakan pintu untuk Oscar dan Lisa.

Lisa menatap poster yang terpampang di depan pintu toko perhiasan itu, ia tertegun. Yang benar saja apa yang dilihatnya saat ini adalah poster iklan perhiasan Heaven & Co. Sebuah merk perhiasan yang konon katanya legendaris. Bahkan para artis – artis dan selebriti terkenal di ibu kota mengenakan perhiasan itu!

Perhiasan buatan Heaven & Co terkenal karena desainnya yang mewah dan sangat ekslusif. Mereka hanya menjual satu desain perhiasan untuk satu orang pembeli saja! Dengan kata lain, cincin berlian yang akan dibeli Lisa hanya dimiliki oleh Lisa!

Lisa masih takjub melihat poster iklan itu. Entah apa yang sedang merasuki Oscar saat itu sehingga ia membawa Lisa ke toko perhiasan legendaris di tengah kota. Lisa agak terheran – heran, apakah orang kaya alergi menggunakan barang – barang murah? Apakah itu alasan Oscar membawanya kemari?

"Bagaimana, masih bimbang untuk masuk ke dalam?" Oscar menarik pergelangan tangan Lisa yang ramping dan mengajaknya masuk.

Lisa benar – benar takjub melihat kemewahan yang ditawarkan oleh toko perhiasan itu. Bahkan perabot dan bangunan toko itu tak kalah mewah dengan perhiasan yang mereka jual! Jika saat ini Lisa baru saja lulus dari sekolah menengah atas, betapa Lisa tidak ingin pulang dengan cepat melihat kemewahan yang terhampar di hadapannya ini!

"Oscar, apakah kamu benar – benar ingin membeli cincin berlian di toko ini?" tanya Lisa masih tidak percaya.

"Apakah kau pikir seorang presdir perusahaan telekomunikasi internasional dan terkenal sudi membawamu ke pasar untuk membeli perhiasan imitasi?" jawab Oscar dengan sarkastik.

Lisa hanya menggeleng. Wanita itu tidak mengerti. Imitasi atau bukan, sebuah perhiasan baginya tidak terlalu penting. Selama perhiasan yang dikenakan terlihat cocok dan indah, itu sudah cukup! Tetapi Lisa lupa, Oscar bukan orang biasa seperti dirinya. Pasti ia punya alasan khusus yang Lisa tidak pahami mengapa suaminya itu memaksanya untuk membeli cincin berlian asli.

Oscar menarik lembut Lisa untuk berdiri di depan salah satu konter. Seorang pegawai menyapanya dengan sopan dan hangat. Lisa yang berdiri di samping Oscar melihat – lihat ke segala penjuru konter. Ia memandang jajaran cincin berlian yang ditata rapi di balik kotak kaca.

"Good afternoon sir, how can I help you?" Tanya seorang pegawai ketika melihat sosok tinggi semampai itu berdiri di depan konter. Oscar menunduk menatap wajah pegawai itu dengan ekspresi datar.

"Aku mencari cincin berlian yang cocok untuk istri saya ini, tolong bisa bantu istri saya mencari?" jawabnya dengan bahasa Indonesia.

Pegawai itu terkejut melihat pria keturunan Eropa itu bisa berbahasa Indonesia. Pegawai itu langsung mempersilahkan Lisa melihat – lihat sambil memilih. Kemudian, mata Lisa tertuju kepada salah satu cincin berlian yang dipajang.

"Wah kakak ini punya selera yang bagus ya! Cincin yang ada di depan kakak ini adalah salah satu dari 3 cincin yang dipakai artis Syahrani dan istri pengacara Hotman Berlin! Cuma dibuat 3 aja loh kak, berlian yang digunakan adalah berlian langka kak!" jelas pegawai toko dengan antusias. Caranya ia bicara cukup meyakinkan. "Harganya hanya 100 juta rupiah saja kak!"

Lisa terkejut mendengar harganya. Sebenarnya Lisa tidak peduli dengan sejarah dari balik cincin berlian yang ia lihat. Lisa menyukai cincin berlian yang konon hanya ada 3 buah di Indonesia itu karena memang ia menyukai desainnya! Berlian soliter dengan cincin perak. Belum pernah Lisa melihat yang seperti ini, Lisa sangat menginginkan cincin tersebut!

Lama Lisa menatap cincin yang ada di depannya itu, ia kembali menimbang – nimbang. Lisa paham, harta kekayaan Oscar tidak akan habis tujuh turunan. Tetapi Lisa tidak ingin menghamburkan uang sebanyak itu hanya untuk sebuah cincin berlian!

"Kakak mau mencoba?" tanya si pegawai ramah.

"Oh tidak perlu, terima kasih!" Lisa menolak, kemudian Oscar menyuruhnya untuk mencoba cincin berlian yang dimaksud.

"Aku membawamu kemari bukan untuk membuang – buang waktuku yang berharga!" Oscar menatap Lisa tajam.

"Eh, baiklah. Mbak, saya mau coba yang itu!"

Pegawai itu langsung mengambil cincin yang dimaksud, menyerahkannya kepada Lisa. Luar biasa, cincin berlian itu tampak lebih cantik ketika Lisa mengenakannya.

"Wah kakak cocok sekali dengan cincin eksklusif itu!" puji si pegawai, mencoba meyakinkan Lisa untuk membeli cincin tersebut.

"Oscar apa kau yakin dengan cincin ini?" tanya Lisa.

Pria itu mengangguk. "Kamu boleh ambil perhiasan yang lain juga jika kau mau!"

Mata Lisa berbinar – binar. Ia kembali mencari – cari perhiasan apa yang akan ia bawa pulang bersama dengan cincin berliannya itu.

"Aku mau anting berlian ini tolong, oh dan kalung ini juga!" Pegawai itu langsung mengambilkan Lisa anting dan kalung berlian yang senada dengan cincin berliannya.

Pegawai tadi mempersilakan Lisa dan Oscar untuk membayar di kasir depan. Tanpa banyak bicara, Oscar langsung mengeluarkan kartu kreditnya. Mata Lisa terbelalak melihat Oscar menyerahkan kartu kreditnya dengan begitu saja. Pria itu membelikannya perhiasan mewah seperti Lisa membeli sayur lobak di pasar pikirnya.

Pegawai itu menggesekkan kartunya dan menyerahkan bungkusan perhiasan yang barusan Lisa pilih.

Oscar menyerahkan bingkisan itu kepada Lisa. "Jangan lupa dipakai nanti!" Mata pria itu tertuju pada leher mulus Lisa. Pria itu ingin sekali menggigit leher istrinya itu.

Usai dari toko perhiasan, mereka kembali ke mobil dan membawa mereka ke suatu tempat. Lisa, memandangi bingkisan yang ia genggam, perasaannya sore itu sangat bahagia.

"Terima kasih banyak Oscar untuk perhiasannya," ucap Lisa lembut.

"Tidak perlu, yang penting kamu bahagia. Kau suka dengan perhiasan itu kan?" tanya Oscar datar.

Lisa mengangguk, bahagia. Dikenakannya cincin, anting, dan kalungnya itu di hadapan Oscar yang meliriknya. Ya Tuhan, wanita ini sangat cantik pikir Oscar.

"Lisa, aku masih punya satu kejutan lagi untukku." Pria itu membelai tangan istrinya dengan lembut. Matanya menatap Lisa dengan gelora yang membara.

"Kita tidak langsung kembali ke rumah?"

"Tidak sayang, aku ingin membawamu ke suatu tempat. Hanya kita berdua." Pria itu mengecup telapak tangan istrinya. Mendekatkan Lisa ke tubuhnya yang hangat dan merangkulnya.

"Tenang saja sayang, aku membawakanmu baju ganti di bagasi!"