Chapter 46 - Perjalanan

Seminggu kemudian, seluruh karyawan dan karyawati Petersson Communication telah bersiap – siap untuk hari yang sangat ditunggu – tunggu: acara perayaan hari jadi perusahaan!

Mereka semua akan menginap di sebuah resor ternama di luar kota, Parahyangan Resort. Letaknya tidak terlampau jauh dari ibu kota, hanya dua jam perjalanan menggunakan bus. Selaku presdir, Oscar sengaja memilih tempat di luar kota agar para karyawan dan karyawatinya tidak jenuh dengan kehidupan metropolitan yang serba sibuk dan membosankan.

Parahyangan Resort terletak di pegunungan dengan pemandangan yang sangat indah dan asri. Tidak hanya itu, tempat tersebut menyediakan segala fasilitas untuk bersenang – senang dan memanjakan diri seperti kolam renang, spa, restoran mewah, bahkan diskotik!

Betapa bahagianya para pekerja Petersson Communication ketika mereka dapat melepaskan penat di luar kota. Tidak hanya itu, mereka juga berpartisipasi dalam serangkaian kegitan yang sudah dirancang oleh event organizer demi mendapatkan hadiah! Belum lagi acara ini tidak dipungut biaya, jadi mereka tidak harus menghabiskan sebagian gaji bulanan mereka untuk berpartisipasi dalam acara tersebut!

Beberapa buah bus telah datang dan bersiap – siap di lapangan parkir gedung kantor Petersson Communication. Satu per satu para karyawan dan karyawati mulai membawa barang – barang mereka dan memasukkannya ke dalam bagasi bus. Andien membawa kopernya dan dengan cemas menunggu sahabatnya yang tidak kunjung datang. Semoga saja Lisa boleh ikut meskipun tengah hamil.

Sesaat kemudian Lisa datang dari pintu depan! Ia tengah menarik kopernya dan melambaikan tangan ke arah Andien.

"Lisa! Gue kira lo bakal nggak ikutan soalnya lo lagi 'itu'" ujar Andien seraya memasukkan kopernya ke dalam bagasi bus dan membantu Lisa dengan kopernya.

"Enggak lah! Gue kan baru dua bulan 'itu' jadi nggak masalah lah ikutan!"

"Haha, gue kira lo bakal tinggal di Jakarta sendirian sambil ngerengek ngeliat dari nistastory gue kalo kita semua liburan di luar kota!" goda Andien.

"Elah sialan lo Ndien!" Lisa mendorong sahabatnya itu dengan bercanda.

"Oh iya Lis, si 'itu' bakal dateng nggak?"

"Ya iyalah! Kan dia presdir!"

"Maksud gue Lis, dia bakal ikut berpartisipasi dalam acara nggak seperti kita – kita ini?"

"Kemarin gue tanyain sih katanya iya Ndien. Tapi nggak tau lagi ya, gue berangkat dia udah nggak di rumah."

"Ciye – ciye, yang jadi istrinya orang penting nih!"

Di belakang Lisa dan Andien, segerombolan karyawati pemuja ketampanan Oscar tengah berkumpul menunggu kedatangan sang presdir. Mereka sangat ingin melihat ketampanan Oscar dari dekat!

Andien memukul bahu Lisa dengan bercanda. "Egila ya lo bisa aja nikah sama bule kayak dia. Banyak yang ngantri tuh buat jadi bini-nya!"

"Banyak bacot lo Ndien, gue nggak bakal nikah ma doi kalo gue nggak 'itu'!"

"Bercanda lho Lis, ah lo semenjak jadi sekretaris jadi susah bercanda deh ya?"

Tak berapa lama kemudian, mobil Alphard hitam datang dan menepi di dekat barisan bus. Dani membukakan pintu dan Oscar turun dari mobil dengan kacamata hitam keren yang bertengger di hidung mancungnya. Dani membawakan koper Oscar menuju bus yang kebetulan dinaiki Lisa. Betapa kesalnya jajaran karyawati yang sangat mengharapkan Oscar untuk duduk di bus mereka!

"Pak Presdir kenapa nggak di bus nomor 5 saja!?"

"Loh pak kok di bus nomor 1 sih???"

"Pak ayolah duduk bersama kami di bus nomor 7!"

Oscar mengabaikan kericuhan dari segerombolan karyawati yang memujanya. Ia melangkahkan kakinya dan masuk ke dalam bus nomor 1. Andien dan Lisa masih berada di luar bus sambil menunggu antrian bagasi.

Lisa agak tidak nyaman harus satu bus dengan Oscar. Pasalnya, tidak ada yang tahu soal pernikahan mereka berdua kecuali Dani dan Andien. Itupun karena Lisa cerita kepada Andien. Lisa hanya berharap tidak ada karyawan maupun karyawati yang mencoba ingin tahu soal kehidupan pribadinya!

Tak jauh dari tempat Lisa berdiri, ia melihat sosok Karina yang tengah membawa tas kecil dan mencoba mendekati Oscar. Apa yang ingin dilakukan oleh jalang itu pikir Lisa.

Ketika Oscar masuk ke dalam bus nomor 1, semua karyawati yang ada di dalam langsung terkesima. Luar biasa, seorang presdir perusahaan terkenal lebih memilih duduk bersama karyawan kelas bawah seperti mereka daripada naik mobil pribadi!

Semua karyawan utamanya karyawati yang ada di bus nomor 1 menatap Oscar. Jejeran karyawati pemuja Oscar benar – benar terdiam membisu melihat pesona dan ketampanan presdir mereka. Ternyata Oscar terlihat sangat tampan bila dilihat dari dekat!

"Pak Oscar duduk di bus kita!" teriak seorang karyawati yang kegirangan melihat sosok pria berdarah Eropa itu.

"Tuh kan bener kata gue! Dia pasti ikutan dateng di acara ini!" sahut karyawati lain.

"Ya jelas aja lah orang dia yang punya Petersson Communication!" timpal karyawati yang lain.

Pria itu masih berdiri di dekat pintu masuk bus, sedang berbincang dengan sopir yang akan membawa mereka ke Parahyangan resort. Karina yang dari tadi belum memilih tempat duduk berlari ke arah Oscar dan berkata, "Pak Oscar, duduk di sebelah saya saja. Saya sudah siapkan bantal untuk anda agar anda dapat tidur pulas selama perjalanan!" suaranya sangat halus dan sopan. Lisa melihat Karina dari kejauhan dengan kesal.

Karina sangat yakin Oscar mau duduk di sebelahnya. Ia sengaja menjilat hati Oscar agar Oscar tidak menghiraukan Lisa dan menjadikan Karina sebagai karyawan terbaik di Petersson Communication.

Oscar tidak menggubris penawaran Karina. Ia tetap berjalan ke belakang bus dan memutuskan untuk duduk di samping Lisa. Jantung Lisa langsung berdebar – debar. Lisa sebenarnya tidak berharap Oscar akan duduk di sampingnya. Jangan sampai ia salah tingkah supaya tidak menimbulkan kecurigaan di mata karyawan dan karyawati lain!

Karina mendengus ketika melihat Oscar duduk di samping Lisa. Menurutnya, apa istimewanya seorang Lisa sehingga Oscar menolak permintaannya untuk duduk di sampingnya?

Karina kemudian duduk di kursi paling depan yang sudah ia siapkan dengan susah payah agar Oscar mau duduk bersamanya. Ia memandang Oscar dan Lisa di belakang dengan tatapan tajam dan sengit.

Setengah jam setelah seluruh karyawan Petersson Communication berkumpul, satu per satu jajaran bus itu berangkat. Andien sengaja duduk di seberang Lisa karena ia tahu Oscar pasti akan duduk di sebelah Lisa.

Lisa menatap sahabatnya itu dengan tatapan sengit. Ia mengetik sebuah pesan di ponselnya kepada Andien. "Awas aja lo ya Ndien, jadi temen kok nggak ngedukung gue sama sekali!"

"Yee, justru gue ngedukung lo Lis! Selamat bermesraan dengan pask presdir ciyee." Balas Andien lewat ponselnya.

Beberapa saat terhitung dari keberangkatan bus. Karina tiba – tiba beranjak dari tempat duduknya, membawa sebuah nampan kecil berisikan buah - buahan dan memberikannya kepada Oscar.

"Pak Oscar, anda lapar? Saya bawa buah – buahan segar!"

Oscar tidak tertarik dengan sanjungan palsu. Pria itu menolak tawaran Karina dengan mentah – mentah di hadapan koleganya.

"Saya tidak lapar!"

Karina bergeming, malu.

"Oh sakit banget itu pasti!" sahut salah satu karyawan iseng di bus.

"Parah njir parah hahaha!" timpal teman karyawan iseng tadi.

Malu karena gagal mengambil hati si presdir. Karina kembali ke tempat duduknya dengan kesal. Alisnya bertaut, wajahnya menjadi sangat masam.

Oscar mengambil ponselnya dari saku jasnya. Ia mengetik sebuah pesan untuk Lisa.

"Maaf aku tahu kamu tidak nyaman jika aku duduk di sampingmu. Tetapi aku tidak mau Karina duduk di sampingku! Lagipula aku tahu kamu pasti akan jengkel sepanjang hari jika Karina benar – benar duduk di sampingku."

Lisa membaca pesan itu dan tersenyum. "Terima kasih pak sudah menyelamatkan saya!" balasnya lewat pesan dari ponsel.