Setelah seorang dokter melakukan pemeriksaan terhadap Lisa, ia tampak tenang dan berkata kepada Oscar, "Pak, Nona Lisa tidak apa – apa. Dia hanya terlalu lelah saja, dia perlu beristirahat malam ini and minum banyak air."
Oscar menjadi tenang dan lega ketika mendengar diagnosa dari si dokter. Ia membukakan pintu seraya si dokter izin pamit untuk pergi.
Lisa sedang terbaring di tempat tidur. Wajah mungilnya terlihat sangat pucat, bibirnya tidak merah merekah seperti biasanya, rambut hitam legamnya terurai berantakan di atas bantal. Keadaan Lisa saat ini benar – benar terlihat menyedihkan.
Oscar duduk di samping tempat tidur, sepasang mata biru bening itu menatap wajah Lisa yang kuyu dengan tatapan memelas. Hatinya terasa disayat melihat istrinya terbaring lesu.
Pria itu menyentuh dahi pucat Lisa dengan tangannya. Suhu badan Lisa lumayan tinggi, ia dapat merasakan suhu dingin tangannya berpindah ke dahi Lisa. Ia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Oscar menggenggam telapak tangan Lisa yang mungil itu sekali lagi dan membelainya dengan lembut.
Tak lama kemudian, Lisa terbangun. Matanya redup, berusaha menatap langit – langit kamar itu dan sekitarnya. Di sampingnya, ia bertatap pandang dengan wajah tampan Oscar. Ia merasakan telapak tangannya digenggam oleh pria itu.
"Demi Tuhan kamu sudah siuman sayang!" Suara lembut Oscar terdengar sangat jernih di telinga Lisa. Ia pun tersenyum kecil.
Lisa masih belum sepenuhnya sadar. Pandangannya masih agak kabur dan kepalanya masih terasa sedikit pening.
Oscar menuangkan air hangat dan menyerahkannya kepada Lisa, "Sayang minum ini, dokter menyuruhmu untuk istirahat dan banyak minum air hangat!"
Pria itu membantu Lisa bersandar di dipan tempat tidur yang beralaskan bantal lembut. Lisa mengambil gelas dan meneguknya dengan cepat. Tenggorokannya terasa segar dan ia menghela napas lega.
Lisa menatap sosok pria berambut pirang yang duduk di sebelahnya itu. Sambil ia meletakkan gelas itu di nakas ia bertanya, "Sudah berapa lama aku tidur? Aku baik – baik saja kan?"
Beberapa saat setelah ia bertanya, Lisa terperanjat dari tempat tidurnya. "Sebentar! Anakku! Dia nggak apa – apa kan?" Lisa memegangi perutnya dengan cemas.
"Lisa sayang tenang saja. Dokter yang memeriksamu tadi bilang kamu hanya kecapekan saja!" jawab suaminya, kedua tangan pria itu tersilang.
Setelah mendengar kalimat Oscar, hati Lisa menjadi tenang. Ia lega kalau bayi yang ada di dalam kandungannya tidak mengalami cedera atau apa – apa.
"Kenapa kamu tadi ke ruang pertemuan? Untuk apa kamu meniup balon sendirian menggunakan mulut pula!?" Nada bicara Oscar sedikit meninggi. Ekspresi wajahnya terlihat tidak senang melihat Lisa.
Lisa heran mendengar perkataan Oscar. "Loh kok aku yang dimarahi!? Tadi itu aku diseret Karina karena kamu yang nyuruh aku buat turun dan bantuin tim dekorasi!" jawab Lisa dengan lantang.
Oscar mengerjap kemudian menghela napas panjang. "Benar – benar wanita iblis!"
"Apa maksudmu wanita iblis!? Aku wanita iblis!? Kamu itu yang iblis asal kamu tau aja!" bentak Lisa ketika mendengar kalimat terakhir Oscar.
"Bukan kamu tapi Karina! Wanita iblis itu sengaja menipumu agar kamu jatuh sakit dan tidak mengikuti perlombaan besok pagi!"
Lisa terkejut. Ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Jemari lentiknya menarik lembut selimut yang tersingkap dari tubuhnya. Ia mengerjap, hatinya terasa dikoyak - koyak, tangannya terkepal, alisnya bertaut. "Dasar bajingan! Ingin kugorok lehernya sekarang!"
Lisa bangkit dari tempat tidur itu bersiap untuk mendobrak pintu keluar dan berurusan dengan Karina.
"Lisa tolong jangan gegabah! Istirahatlah agar besok kau dapat ikut berpartisipasi!" Oscar menghadang istrinya yang hendak keluar dari kamar.
"Untuk apa jalang itu sengaja membuatku sakit agar aku tidak ikut perlombaan? Maksudku, seberapa pentingkah perlombaan besok!? Apa yang ia incar dari sebuah perlombaan tahunan!?" omel Lisa kesal. Ia kembali merebahkan dirinya di atas kasur.
"Saya menduga Karina sangat mengincar hadiah utama yang sudah saya siapkan. Kamu masih ingat yang waktu itu kamu tanyakan di telepon? Baiklah akan saya beritahu Lisa. Salah satu hadiahnya adalah laptop terbaru Cell. Tampaknya Karina sangat menginginkannya!" jelas Oscar.
"Ya ampun si jalang murahan banget cuma pingin dapet laptop aja pake ngerugiin rekan kerja sendiri!"
Sesaat Lisa teringat akan permintaan Andien seminggu lalu. Ia meminta Lisa untuk menanyakan hadiah yang akan diberikan oleh presdir kepada karyawan yang berpartisipasi dalam acara peringatan ulang tahun perusahaan. Ternyata semua orang sedang mengincar laptop yang dimaksud Andien! Lisa tidak habis pikir apa istimewanya laptop itu sehingga banyak yang mengincarnya.
"Sudahlah kau tidak usah memikirkan itu. Tidak perlu ikut lomba pun kamu tetap aku beri apapun yang kamu minta sayang. Kamu istirahat saja hari ini." Oscar membelai lembut bahu Lisa.
Beberapa saat kemudian Lisa baru menyadari bahwa dirinya tidak sedang berada di kamar hotelnya.
Ruangan itu tampak sangat luas dan diterangi cahaya lampu kristal yang berpendar di tengah – tengah ruangan. Dekorasinya pun sangat mewah dan berbeda dari kamarnya. Lantainya dilapisi karpet berwarna merah hati tidak seperti kamarnya yang berwarna krem pucat.
Tempat tidurnya pun sangat lembut nyaman dan jauh lebih besar dibanding tempat tidur di kamarnya. Dari tempat tidurnya, ia dapat melihat sebuah balkon yang luas.
Lisa melirik Oscar dengan tatapan curiga. "Oscar, kenapa aku ada di kamarmu?"
Oscar tidak berkata apapun selain mendorongnya kembali ke tempat tidur. Lisa memberontak dan melepaskan diri dari cengkeraman pria berambut pirang itu.
"Apa yang ingin kau lakukan Oscar! Aku sudah siuman, aku harus kembali ke kamarku!" ucap Lisa, pria itu menindihnya. Ia tidak dapat pergi kemana mana.
"Kau harus tinggal di sini hingga besok!"
"Tidak Oscar! Jika semua orang tahu aku ada di kamarmu, semua akan mengira aku adalah pelacur yang sengaja menjilat presdir agar gajiku dinaikkan!" ucapnya sambil berusaha kabur dari tindihan Oscar. "Lebih parah lagi, semua orang bakal curiga kita sudah menikah!"
Pria itu bergeming sesaat. Waktu yang tepat bagi Lisa untuk melarikan diri. Dengan mantap Lisa menendang Oscar yang sedang lengah tepat di kemaluannya. Pria itu berlutut dan menjerit kesakitan. Lisa langsung menyelinap dan berlari ke pintu keluar.
"Jangan pergi kau Lisa! Kau seharusnya istirahat!" teriak Oscar dari tempatnya berlutut.
"Aku mau tidur di kamarku sendiri!" Terima kasih sudah memberiku tumpangan sementara!"
Lisa tidak menunggu Oscar menjawab kalimatnya, ia menyambar pintu kamar Oscar dan berlari di koridor menghindari Oscar. Dengan terengah – engah ia menoleh ke belakang sesekali, memastikan agar Oscar tidak membuntutinya.
"Bagus, si bule nggak ngikutin gue!" ucapnya dalam hati sambil bergegas ke pintu lift dan menekan tombol turun.
Sesampainya di kamarnya, Lisa menutup pintu dan menguncinya erat – erat. Berharap agar Oscar tidak masuk ke kamarnya dan mengganggunya. Dengan tubuh yang masih lemas, Lisa menjatuhkan tubuhnya di atas kasur.
"Akhirnya gue bisa tidur dengan tenang."