Chapter 44 - Bukan Malam Pertama

Lepas santap malam di restoran Perancis dekat kolam renang. Oscar langsung membawa Lisa kembali ke kamar hotel. Pria itu menggotong Lisa dan merebahkannya di atas tempat tidur mewah itu dengan kasar. Lisa terperanjat, matanya terlihat ketakutan.

"Kamu bilang tadi mau membalas budi bukan? Sekaranglah waktumu untuk membalasnya!"

Lisa tidak bisa bergerak. Interaksi di restoran Perancis yang tadinya hanya percakapan santai kini berubah menjadi mengkhawatirkan. Detak jantung Lisa menjadi sangat cepat ketika tubuhnya ditindihi oleh Oscar. Memang bukan kali pertama mereka berdua bercinta. Tetapi malam ini terasa berbeda. Pria itu benar – benar sulit ditebak!

"Kamu adalah istriku, cara untuk membalas budi dalah memuaskan hasratku. Sebagai gantinya, kamu akan kuberi segala kemewahan yang tidak pernah kau rasakan sebelumnya!" Ada sedikit rasa ingin mendominasi dari balik kilatan mata bening Oscar. Pupil matanya melebar, dan sebuah sudut bibirnya membentuk senyuman nakal menantang.

Sekejap, pria itu sudah menguasai bibir Lisa dengan keganasan yang tidak menyisakan ruang bagi Lisa untuk berkata – kata. Lisa mengira suaminya itu hanya membawanya untuk makan malam saja. Tubuh Lisa semakin melemas dibuatnya, napasnya mulai tersengal.

Mata Lisa terbelalak, wanita itu menggeliat dan melekat di tubuh Oscar hingga mengelinjang. Oscar menempatkan telapak tangannya di dekat dada yang menyembul dari gaun merah hati Lisa. Rok gaun itu berantakan, menyingkap paha Lisa terbuka. Dengan kulit sehalus satin, diangkatnya salah satu kaki Lisa oleh Oscar dan melingkarkannya ke pinggang Oscar. Pria itu menggerakkan tangannya di sepanjang paha Lisa, berlama – lama menyentuhnya dengan sentuhan keras dan melingkar.

Kemudian bersamaan dengan desahan puas dari mulut Lisa yang memerah lepas pria itu mengigitnya. Oscar membalikkan tubuh Lisa, dan memukul bokong wanita itu kuat – kuat. Lisa berteriak dengan sedikit desahan.

"Kamu suka itu Lisa? Kamu suka main kasar seperti ini bukan?"

Sebuah kesempatan bagi Lisa untuk berkata tidak tetapi Lisa hanya terdiam. Alih – alih, wanita itu mulai mengangkat bokongnya dan melorotkan celana dalamnya. Secara tidak sadar, Lisa menginginkan Oscar untuk menghabisinya malam ini. Ia tidak mampu menolak rasa birahi yang bergejolak di dalam dirinya.

"Hoho, ingin dihabisi rupanya. Baiklah jika itu maumu." Oscar merogoh dengan kasar kewanitaan Lisa. Wanita itu mengerang kencang, melengkungkan punggungnya kita Pria itu menyentuh inti dari kewanitaannya.

Oscar membalikkan tubuh Lisa kembali ke posisi semula menghadap ke atas. Pria itu mengambil sehelai dasi sutra dari nakas tempat tidur, kemudian menahan kedua pergelangan tangan Lisa dan mengikatnya. Lisa bahkan tidak bertanya apapun, pula tidak berkeberatan. Lisa menatap mata bening Oscar dengan sayu dan mempercayainya begitu saja.

Oscar mulai melucuti pakaiannya satu per satu dan melepaskan gaun merah wanita yang ditindihnya itu. Pria itu membuka kedua kaki Lisa sambil bergerak maju. Tidak ada upaya penolakan maupun pemberontakan dari Lisa. Wanita itu benar –benar pasrah.

"Oscar, lakukan dengan penuh kekuatan," ucap Lisa lirih.

Tanpa banyak bicara, Oscar menarik Lisa lebih dekat. Ia tidak dapat menahan kebutuhannya akan pemuasan. Pria itu hanya merasakan gairah yang menggebu – gebu ketika memasuki tubuh Lisa. Malam ini memang bukan kali pertama Oscar memasuki tubuh Lisa dan menyatu dalam harmoni, tetapi malam ini terasa sangat berbeda ketimbang hari – hari sebelumnya saat mereka bercinta.

Oscar mendorong kejantanannya masuk ke tubuh Lisa dengan penuh kekuatan. Membenamkannya hingga pangkal kemudian mundur dan mengulangi gerakan yang sama lagi. Tempat tidur itu bergetar oleh gerakan dahsyatnya, diikuti dengan desahan – desahan kenikmatan dari Lisa. Tubuh wanita itu menggelinjang.

Keduanya tidak mengatakan sepatah kata pun sejak Oscar memasuki Lisa dengan sekuat tenaga. Selanjutnya diikuti dengan sebuah ciuman ganas dari Oscar. Lidah mereka saling bertemu dan bersilat dalam gelora. Ciuman itu sangat menggairahkan. Oscar dapat merasakannya sampai ke ujung jari kakinya. Lisa mengerang dalam ciumannya dan menjengatkan kakinya.

Oscar menarik tubuh Lisa hingga duduk dan melepaskan ikatan tangan Lisa, kemudian sambil berlutut ia menarik Lisa ke atas pangkuannya, kembali menenggelamkan dirinya ke dalam tubuh wanita itu. Oscar memegang pinggul Lisa dan menuntunnya untuk bergerak sesaui dengan ritme gerakannya, gerakan naik turun yang semakin memanas. Ia memandangi wajah cantik Lisa yang merah padam. Ia menggerakkan pinggulnya hingga menggesek inti kewanitaan Lisa.

Saat Lisa menggerakkan tubuhnya ke atas, tepat di mana payudara Lisa berpapasan dengan wajah Oscar, pria itu mendekatkan mulutnya dan melumat kedua payudara Lisa dengan penuh gairah.

Tak lama kemudian, keduanya telah mencapai puncak. Oscar sudah tidak tahan untuk melakukan pelepasan kepada Lisa.

"Lisa… I'm coming!"

Oscar melepaskan semuanya. Pelepasan itu memberinya sejuta kenikmatan hingga sekujur tubuhnya terasa kebas dan menggelinjang. Pria itu kemudian ambruk di sisi Lisa.

Wanita itu menghela napas panjang, puas. Lisa menarik selimut tempat tidur yang jatuh di lantai. Di sampingnya, Oscar terengah – engah dan tersenyum puas. Wajahnya sangat merah dibandingkan dengan sejam sebelum mereka memulai permainan panasnya.

Oscar membuka matanya, ia menatap Lisa yang berbaring di sampingnya dengan tatapan sayu. "Oh my God Lisa you are amazing…"

"You too Oscar." Lisa membelai wajah tampan suaminya yang memerah itu.

"Kira – kira kapan anak kita lahir?" tanya pria itu sambil membelai lembut perut Lisa yang masih belum terlalu menonjol. Oscar nyaris lupa kalau istrinya tengah hamil muda. "Aku berharap tadi aku tidak terlalu kasar kepada bakal anak kita."

Lisa berdecak. "Jadi kalo tadi aku nggak hamil kamu nggak bakal minta maaf karena sudah main kasar, gitu?"

"Heh, kamu sendiri yang minta bukan? Kamu menikmatinya lho Lisa!"

"Haha sudahlah aku memang nikmatin tadi. Menurut perhitunganku sih, kalau tidak September ya Oktober anak kita lahir."

"Lisa kamu betul – betul masih ingin bekerja di Petersson Communication meski anak kita sudah lahir nanti? Mau sampai kapan kita merahasiakan pernikahan kita?" Oscar mendadak menjadi sentimentil.

"Apa maksudmu? Tentu saja aku masih ingin bekerja di perusahaanmu Oscar!"

"Bukan begitu, tetapi cepat atau lambat semua yang bekerja di perusahaanku akan tahu. Ketika semuanya tahu kau adalah istriku, maka kau terpaksa harus keluar dari perusahaanku, mencari pekerjaan baru atau menjadi ibu rumah tangga."

Lisa terdiam sejenak ketika mendengar perkataan Oscar. Pikirannya mulai mengambang. Apa betul firasat buruk yang sebelumnya Lisa rasakan bahwa Oscar menikahi Lisa karena ingin berbuat buruk kepadanya? Bagaimana jika Oscar menikahi Lisa demi anaknya saja? Setelah anak dalam kandungannya lahir, akankan Oscar meminta cerai dan meninggalkan Lisa selamanya?

"Tidak Oscar, aku masih ingin bekerja di perusahaanmu itu! Sebisa mungkin kita jaga rahasia pernikahan kita ini dari kolega – kolega yang lain. Utamanya si ember bocor Karina!"

Oscar mendengus. "Kalau Karina tidak perlu kau minta sudah kubungkam duluan!"

Kedua pasangan yang baru menikah itu saling berpelukan. Lisa mematikan lampu yang ada di dekat nakas tempat tidur dan berangkat tidur.

Meski bukan pertama kalinya mereka bercinta, tetapi malam ini sungguh istimewa.