Setelah menerima balasan dari Michael, besoknya jam sembilan pagi Gabby berlari ke rumah Michael. Perempuan itu dapat melihat Michael sedang membaca buku di teras rumahnya.
"Michael!" Seru Gabby bersemangat, "Aku mau liburan di pemancingan ikan milik ayahku! Mau ikut nggak?"
Michael menengadahkan wajahnya dan dapat melihat Gabby yang sedang berlari sambil memegang topi yang ia kenakan. Perempuan itu mengenakan celana jeans warna putih, kepalanya ditutupi topi jerami, dan rambutnya di kepang menjadi dua.
Gabby benar-benar terlihat seperti akan berlibur jauh, pikir Michael.
Michael berpikir sebentar lalu menganggukan kepalanya, "Ayahmu nggak apa-apa kalau aku ikut?"
"Jangan pedulikan dia!" Gabby duduk di sebelah Michael, "Kamu kesana kan karena aku yang ajak."
"Baiklah aku ikut." Jawab Michael.
--
"Tempat pemancingannya keren lho! Apalagi kalau malam, tapi kalau malam banyak nyamuk sih." Gabby menjelaskan di kamar Michael, laki-laki itu sedang sibuk menata tas bawaannya.
"Tapi jangan khawatir! Aku sudah bawa empat botol lotion anti nyamuk, nanti kamu aku kasih dua botol!" Gabby melangkahkan kakinya dan duduk di atas tempat tidur Michael.
"Mungkin kita akan berlibur disana selama satu minggu atau mungkin lebih, aku nggak tahu." Lanjut Gabby dengan bersemangat.
"Aku jamin kamu disana bisa makan ikan terus udang bakar, kerang juga ada! Ayahku jago untuk masak seperti itu." Gabby mengelus perutnya lalu membasahi mulutnya dengan lidahnya.
"Haa jadi lapar..." Gabby menggelengkan kepalanya, "Itu semua fresh! Karena diambil langsung dari tempat pemancingan."
Dari tadi Michael hanya menganggukan kepalanya, memberi tanda kalau dia mendengarkan semua ucapan Gabby. Seringkali Michael melihat wajah Gabby saat dia berbicara dan tersenyum ke arahnya.
"Apa tuan muda perlu saya temani?" Tanya Adam yang sedang berdiri di dekat pintu kamar Michael.
"Tidak perlu!" Jawab Gabby cepat, "Lagian dia akan berlibur denganku, jadi kamu tenang saja Adam."
Adam menahan dirinya untuk tertawa saat melihat wajah Gabby yang panik, "Baiklah, saya titip tuan muda ya."
"Tuan muda pasti aman bersamaku." Goda Gabby.
Adam membawa tas Michael dan menuruni tangga, mengikuti Gabby dan Michael dari belakang. Tepat di depan rumah Gabby ada mobil asing warna hitam sedang parkir. Mereka melihat Agnes sedang asyik berbicara dengan orang yang berada di belakang kemudi.
Melihat ada yang berjalan mendekat Agnes menengadahkan wajahnya lalu tersenyum. Wajahnya menunjukkan kalau dia sudah tahu Michael akan ikut berlibur. Agnes menarik tangan Gabby untuk mendekatinya.
"Saat kamu disana kamu harus nurut sama ayahmu," Agnes memegang wajah Gabby dengan kedua tangannya, "Jangan berenang di kolam ikan, jangan makan setelah jam delapan malam. Kamu dan ayahmu jangan langgar perintah ibu ini ya!"
Gabby berusaha menganggukan kepalanya, "Iya bu."
Agnes mengecup kening Gabby lalu melepas pegangannya, "Sudah masuk sana."
"Lho ibu nggak ikut?" Tanya Gabby saat sudah berada di dalam mobil.
Agnes menggelengkan kepalanya lalu menyerahkan kandang Nara ke tangan Gabby, "Ibu sudah sering kesana."
Michael melihat interaksi antara Gabby dan ibunya. Saat mengetahui yang berlibur disana hanya Gabby dan ayahnya, Michael dapat merasakan jantungnya ingin copot. Nanti bagaimana sikap ayah Gabby terhadap dirinya?
"Shelly, hati-hati ya di jalan. Jangan ngebut!" Agnes memperingati kakaknya.
"Tentu saja!" Balas Shelly.
Saat mesin dinyalakan Adam membungkukkan badannya, "Hati-hati di jalan tuan muda."
Michael menganggukan kepalanya lalu menutup jendela mobil. Saat mobil belum keluar dari perumahan Gabby sudah membuka tasnya. Dia mengeluarkan kue-kue kecil dan menaruhnya di kaki Michael.
"Ini di makan, enak kok." Perintah Gabby.
Michael melihat Gabby lalu kue yang ada di kakinya, ���Apa ini?"
"Menurutmu?" Gabby membuka bungkus plastik kuenya, "Ya jelas kue lah!"
Michael memutar bola matanya lalu ikut membuka bungkus plastik kuenya. Dia mengambil satu lalu memasukkannya ke dalam mulutnya. Rasanya manis seperti cokelat, hanya saja tidak seperti cokelat Belgia yang tadi malam ia makan.
"Enak." Michael menganggukan kepalanya dan kembali memakan kue itu.
"Jelas dong," Gabby menghabiskan kuenya, "Selera ku kan tinggi."
"Termasuk selera laki-laki ya? Pantas saja kamu menyukai ku." Goda Michael.
Wajah Gabby memerah lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah jalanan, "Dih, mulai. Jadi orang jangan terlalu percaya diri."
Selama perjalanan mulut Gabby tidak pernah berhenti mengunyah. Setelah makan kue kecil, dia membuka tempat plastik berisi buah stroberi. Sehabis itu dia membuka permen karet dan mengunyahnya selama perjalanan.
Perjalanan ke tempat pemancingan ayah Gabby membutuhkan waktu sekitar tiga sampai empat jam. Itu pun kalau tidak macet. Setelah terlalu banyak makanan yang masuk ke dalam perutnya, tidak lama kemudian Gabby tertidur.
Selama menuju tempat pemancingan ayah Gabby, Michael dapat melihat pemandangan berwarna hijau. Entah itu rumput liar atau sawah. Di dalam mobil tidak ada satupun orang yang berbicara. Yang terdengar hanya ban mobil yang terkena kontak langsung dengan aspal.
Michael yang sedari tadi melihat pemandangan diluar tiba-tiba merasakan ada sesuatu yang berat di pundaknya. Laki-laki itu menoleh dan dapat melihat Gabby sedang tertidur di pundakkya. Michael tersenyum kecil, menutup matanya dan meletakkan kepalanya diatas kepala Gabby.
Shelly melihat aksi menggemaskan mereka dari kaca spion mobilnya. Wanita itu berusaha untuk berpikir yang aneh-aneh. Dia menggelengkan kepalanya dan menganggap kalau mereka hanya teman yang baik.
Matahari tenggelam dengan perlahan mengakibatkan langit berubah warna menjadi oranye. Shelly menyalakan radio dan mengecilkan volumenya. Jarinya mengetuk-ngetuk kecil di atas setir mobil, mengikuti nada lagu.
--
"Hey," Shelly mematikan mesin mobilnya, "Kita sudah sampai, ayo bangun."
Gabby membuka matanya, mengusap matanya lalu melihat sekelilingnya. Perempuan itu melihat sekelilingnya dipenuhi oleh kolam. Langit sudah mulai gelap, tapi masih ada sisa-sisa warna oranye.
"Kita sudah sampai!" Gabby menoleh lalu menggoyangkan badan Michael, "Ayo kita turun mobil!"
Michael melihat keluar jendela lalu menganggukan kepalanya, "Ayo."
Setelah mereka turun dari mobil, tangan Michael secara otomatis menggenggam tangan Gabby. Karena sudah sering bergandengan tangan membuat mereka tidak merasa canggung. Justru mereka merasa aneh kalau seharian penuh tidak bergandengan tangan.
"Ayah!" Panggil Gabby dari luar pagar.
Mendengar suara anaknya memanggil dirinya membuat Daniel meninggalkan pekerjaannya. Dengan sedikit tergesa-gesa pria itu mencari kunci pagar. Langkahnya terhenti saat Daniel melihat Michael menggenggam tangan anaknya. Dalam keadaan begini saja laki-laki itu tetap mengambil kesempatan!
"Ayah!" Gabby melambaikan tangannya.
Daniel membuka pagar dengan memasang wajah yang datar. Pria itu mengenakan celana pendek yang penuh dengan lumpur dan sepatu karet untuk berkebun. Setelah dia berhasil membuka pagarnya, Daniel menyipitkan matanya ke arah Michael.
Daniel melihat wajah Gabby sambil tersenyum, "Halo, jangan sentuh ayah!" Daniel menjauhkan badannya saat Gabby ingin memeluk dirinya, "Ayah lagi dipenuhi lumpur. Kalian masuk lah lalu tunggu di kantor ayah. Nanti ayah akan menyusul."
"Laksanakan!" Goda Gabby.
Gabby menarik tangan Michael, "Masuk yuk."
Ini tidak bisa dibiarkan! Anaknya menarik tangan laki-laki asing di hadapannya? Benar-benar keterlaluan!
Tentu saja Daniel tidak bisa memarahi anaknya, dia lebih memilih untuk memelototi Michael. Seakan-akan memberitahu laki-laki itu untuk melepas genggaman tangan anaknya.
Michael melihat wajah Daniel lalu melepas genggaman tangan Gabby, telinga laki-laki itu memerah. Michael menjauhkan tangannya dari jangkauan Gabby saat perempuan itu ingin kembali menggenggam tangannya.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" Gabby mengerutkan keningnya dan menarik pergelangan tangan Michael.
Michael melepas paksa tangan Gabby dan berjalan mendahuluinya. Meskipun laki-laki itu tidak mengetahui dimana kantor ayah Gabby, dia tetap berjalan didepan. Tidak lama kemudian dia melihat Nara sedang berlari mendahuluinya.
Entah kenapa Michael merasa seperti tidak diterima disini. Seakan-akan dia adalah orang asing yang mengganggu acara liburan keluarga Gabby.
Michael mengikuti kemana Nara berlari dan ternyata anjing itu membawanya ke ruang kantor ayah Gabby. Laki-laki itu ingin duduk di sofa tapi tidak berani, sehingga dia memilih untuk berdiri di dekat pintu.
"Astaga," Gabby terkejut saat melihat Michael, "Kamu ngapain berdiri disini? Ayo duduk."
Tidak lama kemudian Shelly masuk sambil membawa tas bawaannya. Wanita itu duduk di sofa seberang mereka dan melepas kacamata hitamnya.
"Nah, kalian berdua mau minum apa?" Shelly membenarkan rambutnya, "Aku yakin ayahmu mempunyai segala jenis minuman."
Gabby melepas topinya lalu duduk di sebelah Michael, pahanya menyentuh paha Michael, "Tidak usah repot-repot tante! Tadi tante sudah menyetir jarak yang jauh, sekarang tante istirahat saja."
"Baiklah jika kamu memaksa," Shelly tersenyum lalu berdiri dan membawa barang-barangnya, "Ambil minum sendiri ya? Tante ingin mandi."
Gabby dan Michael menganggukan kepalanya.
Setelah melihat tante Shelly pergi dari kantor ayahnya Gabby berdiri lalu menyalakan pendingin ruangan. Perempuan itu duduk kembali di dekat Michael lalu melihat laki-laki itu.
"Kamu mau minum apa? Mau aku ambilin." Gabby melepas kepangan rambutnya yang mengakibatkan rambutnya bergelombang.
Michael tidak bisa melepas pandangannya dari rambut Gabby, "Apa saja, aku ikut-ikut kamu."
Gabby menganggukan kepalanya lalu mengambil minuman bersoda dari lemari es. Sebelum kembali ke sofa, perempuan itu mengambil beberapa bungkus kacang di atas meja ayahnya.