Chapter 62 - Jangan Pergi

Michael menarik tangan Gabby untuk kembali masuk kedalam kamar tamu. Tempat tidur di kamar tamu itu sangat besar. Mungkin cukup untuk tiga sampai empat orang dewasa. Di sebelah tempat tidur itu ada lampu tidur kecil yang ditaruh diatas meja.

Gabby kembali naik ke atas tempat tidur dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Matanya melihat Michael lalu menepuk-nepuk tempat tidur di sebelahnya, "Ayo tidur suamiku."

Michael memutar bola matanya lalu tidur di sebelah Gabby. Dia tidur menghadap Gabby, tangan kirinya ditaruh dibawah kepalanya. Gabby melihat Michael lalu mengambil tangan kanan Michael.

"Awas sampai kamu pergi waktu aku tidur." Gabby menggenggam tangan Michael.

"Kenapa?" Michael mengelus tangan Gabby, "Kangen ya?"

"Bisa diam nggak?" Gabby tersenyum lebar lalu menutup matanya, "Aku tidur dulu ya."

"Hm, selamat tidur." Balas Michael.

--

Tidak lama setelah Michael tertidur dia dapat merasakan seperti ada yang menamparnya. Laki-laki itu membuka matanya dan melihat Gabby sedang tidur terlentang. Tangannya berada di atas kepala Michael.

Michael menghela nafasnya lalu menurunkan tangan Gabby dengan pelan. Setelah Michael membenarkan posisi tidur Gabby, dia menarik selimut dan menyelimuti tubuh Gabby.

Tapi setelah Michael menutup matanya dia dapat merasakan tempat tidurnya bergerak. Laki-laki itu membuka matanya dan melihat Gabby sedang tidur membelakanginya. Badan perempuan itu hampir terjatuh, dengan cepat Michael duduk dan menarik tubuh Gabby.

Mau bangun ataupun tidur perempuan ini tetap tidak bisa diam, pikir Michael dalam hati.

Beberapa menit kemudian saat Michael kembali ke alam mimpi tiba-tiba dia merasa sesak. Laki-laki itu berkeringat dan terasa seperti diikat oleh tali dengan erat. Michael membuka matanya dan menundukkan kepalanya. Dia dapat melihat tangan dan kaki Gabby yang sedang memeluk badannya dengan erat.

Michael berdecak kesal lalu berusaha melepas pelukan Gabby. Saat Michael mendorong pelan tubuh Gabby dia dapat mendengar rengekan perempuan itu.

"Jangan pergi..." Rengek Gabby di telinganya.

Michael menoleh lalu dia melihat Gabby tetap tertidur dengan nyenyak. Seperti biasa mulut perempuan itu terbuka, mengeluarkan bau yang tidak enak. Karena merasa tidak tega laki-laki itu membiarkan Gabby memeluknya. Michael mengangkat tangannya sedikit lalu menyelimuti tubuh mereka.

--

Semalam Daniel tidak bisa tidur sama sekali. Dia khawatir anaknya diperlakukan tidak baik oleh Michael. Pagi sekali sekitar jam lima pagi Daniel mengetuk pintu rumah Michael. Mau tidak mau Agnes mengikuti suaminya, takut dia akan membentak Michael.

Tidak lama kemudian Adam membuka pintu untuk mereka. Pria itu sudah terlihat rapi mengenakan jas warna hitam. Dia merapikan dasinya lalu membuka mulutnya, "Oh, selamat pagi."

"Pagi Adam." Sapa Agnes, "Maaf mengganggu pagi-pagi, apakah Gabby sudah bangun?"

Adam mengerutkan keningnya, "Saya rasa belum nyonya, tadi jam satu pagi..."

Belum selesai menjawab pertanyaan Agnes, Daniel memotongnya, "Aku tidak peduli! Aku akan membangunkan Gabby." Setelah mengatakan itu Daniel melangkahkan kakinya ke dalam.

"Adam, saya benar-benar minta maaf atas sikap suami saya ya." Agnes tersenyum tidak enak lalu bergegas mengikuti Daniel dari belakang.

"Oh, tidak apa..." Terdengar suara Adam dari belakang.

Daniel bergegas menaiki tangga dan membuka satu-satunya pintu yang tertutup. Pria itu dapat merasakan telinganya berdengung saat melihat anaknya sedang tidur satu ranjang dengan Michael. Dan lebih parahnya lagi, Gabby sedang tidur menggunakan dada Michael sebagai bantalnya.

Anak perempuannya sedang tidur bersama laki-laki asing!

"Cepat bangun!" Teriak Daniel.

Mata Agnes terbelalak kaget lalu menutup mulut suaminya dengan cepat, "Kenapa harus berteriak sih?! Mereka ini masih tidur!" Bisik Agnes.

"Hmmph.." Suara Daniel tidak terdengar jelas karena mulutnya masih ditutupi dengan tangan Agnes.

Agnes mengalihkan pandangannya dan tersenyum lebar saat melihat Gabby dan Michael. Seketika itu dia merasa badannya menjadi segar dan rasa kantuknya hilang. Dia melepas tangannya dari mulut Daniel.

"Seperti dugaanku," Agnes melihat suaminya, "Mereka pasti sedang berpacaran."

"Pacaran apanya?!" Mata Daniel membesar, "Jangan banyak omong kosong ya!"

"Sudah kamu diam saja! Jelas-jelas mereka terlihat seperti orang yang berpacaran!" Agnes mencubit lengan Daniel.

Michael mengerutkan keningnya saat mendengar teriakan di dekatnya. Laki-laki itu membuka matanya dan melihat orangtua Gabby sedang berdiri di pintu kamar tamu. Dengan cepat dia mendorong kepala Gabby yang sedang berada di atas dadanya.

"Hey, cepat bangun," Michael menggoyang tubuh Gabby, "Orangtuamu ada di sini!"

"Aduh apa sih." Gabby mengusap matanya lalu kembali menaruh kepalanya di dada Michael.

Mulut Michael menganga saat melihat sikap tidak peduli Gabby. Dia bisa saja mati detik ini kalau Gabby tidak segera bangun! Dari tadi ayahnya Gabby sudah mengeluarkan aura yang ingin membunuh dirinya.

Agnes merasa kasihan melihat wajah Michael yang ketakutan. Dia berjalan meninggalkan suaminya dan mendekati tempat tidur. Tanpa disadarinya Agnes tersenyum lagi saat melihat Gabby tidur di dada Michael.

"Hey, ayo bangun." Agnes membangunkan Gabby.

Daniel merasa sudah tidak tahan lagi melihat anak perempuannya tidur satu ranjang dengan laki-laki. Dia berjalan mendekat, lengan bajunya dilipat dan menunjuk wajah Michael.

"Kamu!" Teriak Daniel, "Berani-beraninya kamu mengambil kesempatan saat anakku tidur! Lihat saja aku akan..."

"Ayah! Michael itu nggak melakukan hal yang aneh-aneh!" Teriak Gabby, matanya memelototi ayahnya.

Daniel mengalihkan pandangannya dari Michael lalu melihat anaknya, "Gabby, kamu ini sudah dicuci otak sama dia!" Daniel kembali melihat Michael, "Aku akan memberimu pelajaran!"

Agnes menghela nafasnya, dia berjalan mendekat lalu menjewer kuping Daniel, "Kamu bisa diam nggak? Bikin malu saja."

"Aduh!" Daniel memegang telinganya, "Lepaskan! Jangan lakukan ini di depan umum."

"Michael tidak mengambil kesempatan yah," Gabby meringis saat melihat telinga ayahnya yang dijewer, "Tadi malam kita hanya tidur."

Agnes melepas tangannya dari telinga Daniel, merapikan rambutnya lalu menghela nafas.

"Michael, kami minta maaf ya sudah membangunkanmu pagi-pagi sekali." Agnes tersenyum meminta maaf.

"Tidak apa-apa tante." Michael menggelengkan kepalanya.

Laki-laki ini sangat pengertian, untung saja dia akan menjadi suami Gabby, pikir Agnes dalam hati.

Agnes menoleh saat tidak mendengar permintaan maaf dari suaminya. Wanita itu mengerutkan keningnya dan mengarahkan dagunya ke arah Michael. Seakan-akan menyuruh Daniel untuk meminta maaf.

Daniel mengerti maksud dari Agnes, hanya saja bagaimana bisa dirinya yang jauh lebih tua meminta maaf pada Michael? Daniel pura-pura tidak melihat wajah istrinya dan lebih memilih untuk melihat pemandangan luar.

"Dasar pria bodoh." Bisik Agnes.

Michael memainkan kedua tangannya lalu melihat wajah Agnes, "Em, apa kalian sudah sarapan? Kalau belum ayo makan bersama di bawah. Biasanya jam segini Adam sudah selesai masak."

"Ayo kita makan!" Jawab Gabby, dia langsung turun dari tempat tidur dan meninggalkan mereka.

Daniel melihat anaknya dengan perasaan tidak percaya. Sudah tadi malam tidur satu ranjang dengan Michael sekarang sarapan di rumah Michael. Apa Gabby tidak tahu malu?

Agnes tersenyum saat melihat wajah Michael, "Baik sekali, ayo kita makan."

Sesampainya di ruang makan Michael dapat mendengar suara gelak tawa dari Gabby dan Adam. Laki-laki itu tersenyum kecil lalu batuk dengan kecil, memberitahu kehadirannya.

"Tuan muda." Adam menundukkan kepalanya lalu menarik kursi meja makan untuk Michael.

Michael menganggukan kepalanya lalu duduk di sebelah Gabby. Laki-laki itu melihat Gabby sudah mengambil nasi di piringnya. Tidak lama kemudian orang tua Gabby bergabung dengan mereka di meja makan.

Agnes tidak bisa menahan senyumannya saat melihat Michael menunggu Gabby makan. Saat Gabby sudah mulai makan Michael baru memasukkan nasi ke dalam mulutnya. Agnes menganggukan kepalanya, merasa lega karena Michael akan menjadi menantunya.

Tiba-tiba Agnes teringat percakapan tadi malam dengan ibunya Michael. Dia menundukkan kepalanya, mengambil sayur dan menaruhnya di piring Michael. Laki-laki itu terlihat kebingungan tapi tetap tersenyum dengan ramah kearahnya.

Setelah makan porsi kedua Gabby mengelus perutnya yang membesar. Dia mengambil semua piring lalu menaruhnya di dapur. Tidak lama kemudian orang tuanya mengajak Gabby pulang.

Michael mengantarkan mereka sampai pintu lalu melambaikan tangannya. Saat laki-laki itu membalik badannya wajahnya kembali menjadi dingin. Tidak ada tanda-tanda senyuman yang tertinggal di wajahnya.

Adam melihatnya dari belakang, dia baru menyadari kalau Michael hanya bisa tersenyum jika bersama Gabby. Adam menggelengkan kepalanya, dia tidak tahu apakah ini pertanda baik atau sebaliknya.

--

Musim panas tiba, sinar matahari kembali menyakiti kulit semua orang. Seorang Gabby saja tidak tahan dengan udaranya yang panas. Meskipun perempuan itu tidak melakukan apa-apa keringat tetap bercucuran di tubuhnya.

Sudah satu minggu Gabby berdiam diri di dalam rumah. Setelah kenaikan kelas sekolahnya itu meliburkan semua muridnya.

Gabby menghembuskan nafasnya, dia mengangkat bajunya dan berdiri di depan kipas angin. Perempuan itu merasa iri dengan ayahnya yang sedang bekerja sekaligus berlibur di tempat pemancingan ikan.

Tempat pemancingan itu adalah usaha turun temurun dari nenek moyangnya. Jadi setiap satu tahun sekali ayahnya pasti akan pergi ke sana dan mengurusnya.

Pasti udaranya dingin, gumam Gabby.

Setelah membujuk ibunya selama seharian penuh akhirnya ibunya menyetujui Gabby untuk berlibur di tempat pemancingan ayahnya. Dengan syarat diantarkan oleh Shelly, kakak ibunya.

Tanpa berpikir panjang Gabby menyetujuinya. Dia mengeluarkan handphonenya dan mengirim Michael pesan.

Heyyy

Besok bisa ketemu?