Setelah perut Michael dan Gabby terasa seperti tidak bisa diisi makanan lagi, Michael mengajak Gabby masuk ke dalam rumahnya. Di dalam rumah laki-laki itu sepi, hanya ada beberapa pramusaji yang sibuk keluar masuk pintu.
Semakin malam semakin banyak tamu yang pulang. Hampir semua tamu yang datang adalah orang-orang yang tidak Michael kenali. Tapi laki-laki itu tetap harus memasang wajah yang ramah saat berpapasan dengan mereka.
Michael menjatuhkan dirinya di atas sofa, tidak lama kemudian Gabby ikut duduk di sebelahnya. Belum sampai 5 menit mereka duduk, Gabby sudah tertidur. Bibir perempuan itu sedikit terbuka dan wajahnya terlihat konyol. Michael menoleh dan tersenyum kecil, tangannya berusaha untuk menutup bibir Gabby.
Agnes dan Daniel diberitahu oleh Adam kalau Gabby sedang tidur di dalam rumah Michael. Saat mereka masuk, mereka dapat melihat kalau anaknya tidur dan badannya ditutupi dengan selimut. Di sebelah sofa Michael sedang duduk di lantai membaca buku.
"Ah, selamat malam." Michael menutup bukunya saat melihat kehadiran orangtua Gabby.
"Maaf merepotkan ya." Agnes tersenyum.
Melihat anaknya yang tertidur di sofa rumah Michael membuat Daniel merasa tidak nyaman. Bagaimana bisa seorang perempuan yang belum menikah tidur satu atap dengan laki-laki?
"Aku bangunkan Gabby dulu." Daniel berjalan mendekat, bersiap untuk membangunkan anaknya.
Saat Daniel menggoyangkan badan Gabby, perempuan itu mengerutkan keningnya. Gabby membuka matanya, "Lima menit lagi yah."
"Nggak ada lima menit," Daniel menarik pelan tangan Gabby, "Ayo bangun sekarang."
Gabby menutup matanya kembali, "Aku ngantuk, perutku juga kenyang. Aku nggak bisa jalan."
Daniel menghela nafasnya, tangannya ditaruh di bawah kepala Gabby dan bersiap untuk menggendong anaknya. Tapi Agnes bergerak lebih cepat, dia datang sambil menarik pergelangan tangan Michael.
"Michael, tolong jaga anak saya ya," Agnes melihat Michael, "Biarkan dia tidur disini semalam saja."
"Apa?!" Tanpa sengaja Daniel berteriak.
"Apa kamu ada ide lain?" Agnes melipat tangannya di depan dadanya, "Boleh saja sih kamu gendong dia, tapi tulangmu itu sudah rapuh."
Gabby yang sedang tidak sadar kembali mengerutkan keningnya. Suasana di ruang tamu Michael sangat berisik, terlalu banyak orang berteriak. Perempuan itu mulai merengek dan menutup telinganya.
Melihat wajah Gabby yang terlihat seperti ingin menangis membuat Michael tertawa kecil. Dia mengangkat tangannya dan mengelus kepala Gabby. Lama kelamaan perempuan itu terlihat kembali tidur dengan nyenyak.
"Tapi setidaknya Gabby bisa tidur di rumah kita!" Seru Daniel. Mata pria itu melotot saat melihat Michael sedang mengelus kepala anaknya.
Bagaimana bisa anak perempuannya tidur di rumah laki-laki asing? Bagaimana ini bisa terjadi?! Padahal saat Gabby masih kecil, Daniel selalu mengingatkannya untuk berhati-hati dengan laki-laki seperti Michael.
Agnes mengabaikan omelan suaminya dan tersenyum manis saat melihat aksi Michael. Wanita itu membuka mulutnya dan berbisik, "Michael? Apa tidak apa-apa kalau Gabby tidur disini?"
Michael mengalihkan pandangannya dari Gabby dan melihat Agnes. Laki-laki itu dapat merasakan wajahnya memerah karena menahan malu. Ini adalah kali pertamanya ada perempuan selain ibunya yang tidur dirumah Michael.
"T-tentu saja." Michael melepas tangannya dari kepala Gabby lalu mengelus leher belakangnya.
Daniel tersedak dengan air liurnya sendiri, "Tentu saja tidak!"
"Anak perempuan ku tidur satu atap dengan laki-laki asing? Tentu saja tidak!" Daniel melanjutkan.
Agnes menaruh tangannya di pinggangnya, "Michael itu bukan laki-laki asing!" Suaranya mengecil saat melihat Gabby yang hampir terbangun, "Dia adalah calon menantu kita, apa ada yang salah? Mereka hanya tidur disini, jangan pikirkan yang aneh-aneh!"
"Astaga..." Daniel menggelengkan kepalanya, tangannya memijat keningnya.
Setelah beberapa lama, Daniel menghela nafasnya. Dia memelototi wajah Michael yang terlihat lelah, "Kamu jangan ambil kesempatan ya!"
"Kesempatan?" Mata Michael terbelalak kaget.
"Iya! Jangan lepas baju anak ku, jangan berani-beraninya kamu menyentuh anak ku, jangan..." Muka Daniel memerah.
Agnes yang sudah merasa muak dengan omong kosong suaminya memilih untuk memotong perkataannya, "Michael kami titip Gabby ya, aku dan suamiku akan pulang sekarang."
Michael menganggukan kepalanya dengan pelan, "Hati-hati di jalan." Laki-laki itu berdiri ingin mengantar orang tua Gabby keluar pintu, "Saya pastikan Gabby akan baik-baik saja disini."
Saat Daniel ingin membuka mulutnya lagi, dia dapat merasakan Agnes mendorong badannya keluar ruangan. Tapi hal itu tidak menyurutkan niat Daniel, dia menoleh dan berteriak, "Awas saja sampai kamu..."
Suara Daniel tidak terdengar lagi karena Agnes sudah menutup pintu rumah Michael dengan keras.
Setelah melihat orangtua Gabby keluar dari rumahnya, Michael membalik badannya lalu duduk di sebelah Gabby. Laki-laki itu membenarkan rambut Gabby lalu mengangkat kepalanya dengan pelan.
Michael menaruh tangan kanannya di bawah leher Gabby dan tangan kirinya di bawah kaki Gabby. Sebelum mengangkat tubuh perempuan itu, Michael menghela nafasnya. Mata Michael terbelalak kaget saat ia mengangkat tubuh Gabby, perempuan itu sangat ringan! Padahal Gabby makannya banyak, apa dia cacingan?
"Tuan muda, orangtua tuan muda sudah pergi..." Sehabis membersihkan taman Adam melangkahkan kakinya ke dalam rumah Michael. Saat melihat Michael sedang menggendong Gabby, pria itu berlari mendekat.
"Tuan muda!" Adam berusaha mengambil Gabby dari tangan Michael, "Biar saya yang membawa nona Gabby ke atas."
Michael menggelengkan kepalanya, "Tidak apa-apa, nanti dia bangun."
Adam menyipitkan matanya lalu menganggukan kepalanya dengan pelan. Michael adalah tipe laki-laki yang jarang berolahraga. Michael lebih memilih untuk membaca buku atau main piano daripada berolahraga. Bagaimana bisa dia mengangkat Gabby?
Karena perasaan takut dan tidak yakin membuat Adam mengikuti Michael dari belakang. Adam takut nanti di tengah jalan Michael kehilangan keseimbangan lalu jatuh.
Tapi faktanya, meskipun muka Michael memerah dan badannya berkeringat dia tidak menjatuhkan Gabby. Laki-laki itu tetap melangkahkan kakinya dengan tegas.
Sesampainya di kamar khusus untuk tamu, Michael menaruh tubuh Gabby diatas tempat tidur. Nafas Michael tersengal-sengal, dia mengelap keringatnya dengan belakang tangannya. Setelah nafasnya teratur, laki-laki itu menunduk dan melepas sepatu Gabby.
Dengan perlahan Michael mengeluarkan selimut dari lemari. Dia berjalan mendekat lalu menutupi tubuh Gabby dengan selimut itu.
Adam yang sedari tadi berdiri di dekat pintu merasa tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Pria itu menggosok matanya berkali-kali dan tetap melihat kejadian yang sama. Michael yang memiliki sikap dingin berubah menjadi orang yang perhatian.
"Apakah tuan muda tidur disini?" Tanya Adam.
"Ha?! Tentu saja tidak!" Michael menoleh dengan cepat, dia dapat merasakan tulangnya hampir patah.
"Maksud saya... Baiklah saya akan siapkan kamar tuan muda." Adam berjalan meninggalkan Michael.
Michael melihat Gabby yang masih tertidur dengan nyenyak. Laki-laki itu tersenyum sambil membenarkan selimutnya, setelah melakukan itu Michael keluar dan menutup pintu dengan pelan.
--
Sekitar jam satu pagi Gabby terbangun. Tangannya mencari handphonenya di meja tapi tidak menemukan apa-apa. Gabby menyerah lalu membalik badannya berusaha untuk mencari Nara. Saat hidungnya menghirup bau seprai yang asing perempuan itu membuka matanya lebar-lebar.
Gabby baru menyadari kalau dirinya sedang tidur di kamar yang asing. Perempuan itu menoleh dan melihat tirai jendela yang menutupi pemandangan luar. Pikiran Gabby dipenuhi oleh kemungkinan-kemungkinan yang sedikit tidak masuk akal.
Apa dirinya sedang diculik? Apa mungkin Gabby sedang dikurung disini sedangkan para penjahat lagi menunggu uang tebusan dari orangtuanya?
Dengan cepat Gabby turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah pintu. Dia membuka pintu dengan keras dan berteriak saat melihat sosok yang sedang berdiri di hadapannya.
"AH!!" Gabby terjatuh kebelakang.
Michael yang baru saja dari dapur untuk mengambil air putih merasa jantungnya ingin lepas. Dia memegang dadanya dan menaruh gelasnya di meja dekat pintu kamar tamu. Tidak lama kemudian Adam yang sedang mengenakan baju tidur berlari ke arah mereka.
"Kamu kenapa ada disini?!" Teriak Gabby, perempuan itu lalu berdiri dan mengusap pantatnya.
"Ini rumahku." Jawab Michael.
Gabby berjalan mendekat dan melihat Adam yang sedang berdiri di dekat Michael, "...Kenapa aku ada disini?"
"Kamu tadi ketiduran, waktu ayahmu membangunkan mu kamu nangis katanya gak mau pulang soalnya kangen Michael," Goda Michael, dia mengambil gelas air minumnya dan menyodorkan ke tangan Gabby, "Jadinya aku merasa kasihan sama kamu."
"Aku mengatakan itu?" Tanya Gabby tidak percaya, dia mengambil gelasnya dan meneguk air putih itu.
"Nggak." Balas Michael singkat, laki-laki itu dari tadi tidak bisa berhenti tersenyum.
"Ha ha lucu sekali," Gabby menyerahkan gelasnya ke tangan Michael, "Kalau gitu aku pulang dulu ya."
"Pulang?!" Michael menarik pergelangan tangan Gabby yang berjalan menjauh, "Ini masih subuh, orang tuamu pasti lagi tidur."
Adam menganggukan kepalanya, "Lebih baik nona tidur di sini saja dulu."
"Tapi aku nggak bisa tidur sendirian, biasanya Nara menemaniku." Bisik Gabby.
"Kalau gitu aku akan tidur bersamamu." Balas Michael cepat.
"Modus," Goda Gabby tapi perempuan itu menganggukan kepalanya, "Baiklah, ayo tidur aku masih ngantuk."
Adam berjalan mundur, dia menggelengkan kepalanya dengan pelan. Mereka hanya tidur, mereka pasti tidak akan melakukan hal yang aneh-aneh.