Tashia mengambil tasnya lalu pamit untuk pulang, "Aku pulang dulu ya." Tanpa menunggu jawaban perempuan itu berjalan menjauh.
"Tashia!" Teriak Steven, laki-laki itu menoleh ke arah Gabby, "Apa dia marah denganku?"
Gabby mengangkat pundaknya, "Gak tahu." Perempuan itu lalu melihat Michael, "Tadi kamu bicara apa saja sama Tashia?"
"Cuman tentang basket." Jawab Michael dengan pelan.
Setelah itu mereka kembali duduk dan melihat langit-langit. Dari mereka bertiga belum ada satupun yang pingin pulang. Meskipun Michael tahu kalau Adam pasti sedang kebingungan mencarinya, dia lebih memilih untuk bersama Gabby.
Tiba-tiba Steven duduk di sebelahnya, dia lalu mengajak salaman Michael, "Hey, permainan bagus."
Michael tertawa kecil, "Ah, ya permainan bagus."
"Apa kamu pernah main basket sebelumnya?" Tanya Steven.
"Belum pernah." Michael menggelengkan kepalanya, "Tadi Gabby baru ngajarin aku."
"Hm." Steven menganggukan kepalanya, dia berdiri lalu menaruh tasnya di pundaknya, "Aku pulang dulu ya, sudah malam."
"Tunggu aku!" Teriak Gabby, perempuan itu berjalan mendekati Steven.
Michael melihat mereka jalan berdampingan dan terdengar gelak tawa milik Gabby. Laki-laki itu menghela nafas lalu menidurkan dirinya di lapangan. Tangannya di taruh di belakang kepalanya.
Hilang dalam pikirannya membuat Michael tidak mengetahui kalau Gabby sedang menghampirinya. Perempuan itu tersenyum lebar saat melihat tangan kanannya yang membawa sesuatu.
Gabby duduk di depan Michael lalu menyembunyikan tangannya di belakangnya, "Michael."
Michael menengadahkan wajahnya dan merasakan ada yang aneh saat melihat wajah Gabby. Perempuan itu menyodorkan tangan kirinya, menyuruh Michael untuk duduk.
Belum sempat Michael duduk dengan nyaman, laki-laki itu dapat merasakan sesuatu yang basah di pipinya. Michael menghapus dengan tangannya dan melihat lumpur.
Lumpur?!
Gabby tertawa terbahak-bahak dan kembali mencoret pipi Michael. Laki-laki itu menangkap tangan Gabby lalu menjauhkannya dari pipinya. Tapi bukan Gabby namanya kalau dia mudah menyerah. Perempuan itu mengarahkan tangan kanannya ke pipi Michael.
"Kamu benar-benar menjijikan." Gerutu Michael, laki-laki itu menghapus lumpur di pipinya, "Kamu dapet lumpur dari mana?"
Gabby menoleh lalu menunjuk ujung lapangan, "DI sana. Kemarin kan hujan."
Belum sempat menjawab Gabby, perempuan itu tersenyum manis ke arah Michael. Membuat Michael membalas senyumannya, tiba-tiba laki-laki itu melihat tangan Gabby bergerak.
"Ayolah," Rengek Gabby, "Jangan bergerak! Ini seru, aku mau melukis di wajahmu."
Michael mengedipkan matanya lalu mengikuti perintah perempuan itu. Michael sampai sekarang masih belum tahu kenapa dia sangat mudah menuruti perintah Gabby. Sejujurnya dia merasa jijik dan ingin muntah, seumur hidupnya Michael tidak pernah bermain lumpur. Tapi saat Michael melihat wajah bahagia Gabby, laki-laki itu tidak bisa berbuat apa-apa.
Michael mengawasi wajah serius Gabby yang terlihat menggemaskan. Matanya membesar, lidahnya sedikit keluar dan di bawah dagunya terdapat lumpur. Gabby menyentuh wajahnya dengan hati-hati, seperti kanvas.
Gabby melihat wajah Michael yang sudah dipenuhi oleh lumpur lalu tertawa kecil, "Mukamu aku lukis seperti kucing kecil."
Michael membuka mulutnya lalu mengambil handphone di saku celananya. Dia membuka kamera dan melihat dirinya yang wajahnya sudah di penuhi lumpur. Di kedua pipinya terdapat tiga garis menyerupai kumis kucing.
"Ini namanya bukan lukisan." Sahut Michael, dia kembali menaruh handphone di saku celananya.
"Hahaha biarin." Gabby mengeluarkan handphonenya lalu mengambil foto Michael diam-diam.
Michael mengambil kesempatan itu untuk mengambil lumpur yang ada di tangan Gabby. Dengan cepat laki-laki itu mencoret kening Gabby dengan lumpur. Perempuan itu mengerutkan keningnya dan menghindari tangan Michael.
"Gak adil!" Gerutu Michael.
Saat Michael ingin mengambil lumpur di tangan Gabby, perempuan itu mendorong tubuh Michael. Laki-laki itu terjatuh ke belakang dan tertawa saat melihat wajah Gabby. Kondisi perempuan itu lebih parah daripada Michael.
Bukan hanya keningnya saja yang ada lumpur, rambut Gabby pun terkena lumpur. Perempuan itu melipat tangannya di depan dadanya lalu mengerucutkan bibirnya.
"Tapi kan aku ngasihnya pelan-pelan!" Gabby mengangkat tangannya dan mengusap-usap keningnya.
Saat Gabby ingin membalas perbuatan Michael, dia mendengar suara khas milik ibunya, "Gabby! Dimana sih anak itu?! Sudah jam sebelas malam dan masih belum pulang."
Mata Gabby terbelalak kaget, dengan cepat dia menarik tangan Michael. Perempuan itu berdiri sambil berusaha menghilangkan lumpur di tangannya. Gabby menarik kerah Michael dan mengancamnya.
"Jangan sampai kamu bilang ke ibuku-"
"Gabby! Tunggu disana!" Teriak ibunya dari belakang.
Gabby melepas pegangan di kerah Michael lalu dengan perlahan dia menoleh.