Gabby merasa tersentuh saat melihat Michael kembali memberi steaknya di mangkok supnya. Perempuan itu melihat ibunya lalu mengunyah dagingnya secara pelan-pelan.
Sekarang kedua remaja itu terlihat seperti melakukan transaksi gelap. Saat Michael mengambil egg tart di hadapannya dia langsung mengambil dua. Satu di masukkan ke dalam mulutnya dan yang satunya di berikan ke piring Gabby dengan hati-hati.
Seringkali Daniel ataupun Agnes melihat tingkah laki-laki itu. Tapi saat mereka melihat wajah bahagia Gabby, mereka memilih untuk diam. Sebenarnya Daniel ingin bersuara dan menghapus senyuman di wajah Michael. Tapi saat dia merasakan tangannya disenggol oleh istrinya, dia kembali menyantap makanannya dengan diam.
Tiba-tiba saat Agnes sedang berbicara dengan Michael, handphone Michael yang ada di atas meja bergetar.
"Ah, sebentar ya. Saya harus angkat telepon ini dulu." Michael berdiri lalu berjalan menjauh dari meja.
"Enak dagingnya?" Sindir Agnes setelah melihat Michael menjauh dari meja mereka.
Mata Gabby terbelalak kaget dan mengalihkan pandangannya ke sekeliling restauran, "Enak apanya bu, aku saja nggak sempet makan."
Agnes menyengir saat mendengar jawaban anaknya, "Oh ya?" Tanya Agnes sambil menaruh tangannya di bawah dagunya.
Belum sempat menjawab ibunya, Gabby melihat dari ujung matanya kalau Michael sedang berjalan ke arah meja mereka. Laki-laki itu duduk disampingnya lalu mengelap mulutnya dengan sapu tangan.
"Saya pulang dulu ya, Adam sudah ada di depan." Gabby memperhatikan wajah Michael terlihat muram, "Orangtua saya sudah kembali, saya harus cepat-cepat ke rumah."
Agnes menaruh sendoknya, "Orangtuamu sudah kembali?" Dia mengelap mulutnya dan siap-siap berdiri, "Michael, apa kami perlu menemanimu?"
Karena Michael sudah dianggap sebagai calon menantunya, dia berpikir setidaknya ini kesempatan yang bagus untuk Agnes dan Daniel bertemu dengan keluarganya.
Daniel berusaha untuk tidak memasang wajah yang mengesalkan saat mendengar usulan dari istrinya. Tapi kemudian dia merasa lega saat mendengar jawaban Michael.
"Tidak usah tante. Kalian makanlah dengan pelan-pelan. Sepertinya ini penting jadi saya harus segera kembali." Michael melihat Gabby lalu tersenyum tipis saat melihat wajah khawatir perempuan itu.
"Baiklah, hati-hati ya." Agnes menghembuskan nafasnya.
"Tentu saja." Jawab Michael lalu bergegas jalan keluar tanpa melihat kebelakang.
--
Setelah keluar dari parkiran mobil Adam melihat ke arah spion mobil. Michael sedang menutup matanya dan menyandarkan punggungnya. Wajah laki-laki itu terlihat ketakutan, Adam kembali melihat ke depan dan membuang nafasnya.
Restauran yang dipilih ayah Gabby berada di luar Bandung. Hal itu menyebabkan perjalanan ke rumah Michael membutuhkan waktu satu setengah jam. Sekitar jam sebelas malam mobil yang di setir Adam memasuki gerbang rumah laki-laki itu.
Adam bergegas turun lalu membuka pintu mobil, "Kita sudah sampai tuan muda."
Michael membuka matanya, melihat ke arah rumahnya lalu turun dari mobil. Saat kakinya melangkah ke depan pintu masuk rumahnya dia mendengar teriakan dari dalam.
"Aku kan sudah bilang! Dia itu hanya muridku!" Suara berat ayahnya membuat Michael menghentikan langkahnya.
"Murid?" Ibunya tertawa keras, "Omong kosong apa itu? Kamu pikir aku bodoh?!"
"Brenda! Jaga mulutmu ya!" Ayahnya terdengar sedikit emosi.
"Apakah susah sekali untuk berkata jujur kalau kamu sudah selingkuh, Mark?" Lirih ibunya.
Adam yang sedari tadi berdiri di belakang Michael melihat punggung laki-laki itu dengan perasaan iba. Dia berdiri di sebelahnya lalu bertanya dengan hati-hati, "Tuan muda, apa sebaiknya kita tunggu dulu disini?"
Michael terdiam sebentar lalu menoleh, "Nggak usah." dia mengalihkan pandangannya lalu mendorong pintu itu dengan pelan.
"Ah, baiklah." Jawab Adam.
Di dalam ruang keluarga yang luas, seorang pria yang sedang memakai jas hitam sedang berdiri di dekat sofa. Pria itu terlihat tinggi, wajahnya terlihat sombong dan dingin.
Michael mengalihkan pandangannya dan melihat di ujung sofa terdapat seorang wanita yang memakai gaun hitam dan rambut panjangnya dibiarkan terurai. Berbeda dengan ayahnya, wajah wanita itu terlihat cantik dan hangat.
Atmosfer di dalam ruang keluarga terasa tegang dan dingin. Michael berdiri dengan canggung di dekat pintu. Sedangkan Adam berada di luar, memilih untuk tidak mengganggu privasi mereka.
Mendengar suara pintu terbuka membuat Brenda menoleh. Alis dan matanya yang halus tidak terlihat kaget saat melihat anaknya. Dia tersenyum kecil lalu bertanya dengan pelan, "Michael, habis dari mana kamu?"