Chereads / Infinity | Re-Publish From Wattpad / Chapter 12 - (cold) -9

Chapter 12 - (cold) -9

» Orang lain memang bisa di tipu, tapi diri sendiri? Jangan harap.

Padahal UAS baru akan diadakan 1 bulan lagi, namun pihak sekolah berusaha membuat murid murid nya agar disiplin, dan tidak asal asalan saat mengerjakan soal.

Walau, pasti tiap sekolah mempunyai 'anak bandel'. Di sana juga sama, yang dikatakan anak bandel itu banyak, tidak hanya satu. Tapi, ke-bandelan mereka tertutup oleh prestasi.

Guru-guru di SMA Wijaya, seberusaha mungkin membuat para muridnya menonjolkan keahliannya.

Ada banyak anak-anak nakal yang mengikuti lomba kimia, debat, story telling, atau lomba non-akademik, seperti basket, fustal, badminton, renang, dan beberapa yang lain.

Mereka dibuat untuk menciptakan jati diri mereka sendiri, bukan mencari jati diri.

Karena UAS, sekolah memberikan waktu belajar lebih lama. Yaitu dari jam setengah 8 pagi, sampai jam 5 sore.

Terbayang? Seperti full day school.

Waktu belajar selama itu membuat Giovanna sedikit pusing, karena di rumah ia hanya belajar, belajar, belajar dan belajar.

Tapi itu juga demi mendapatkan yang terbaik untuk dibanggakan kepada papa nya.

Giovanna sedang berjalan menuju kelasnya di koridor yang masih belum terlalu ramai, namun ia di kagetkan oleh seseorang yang menepuk pundaknya.

"Halo Gi! Kok sendiri? Arka mana?" Tanya Shakira dengan wajah se-cerah biasanya.

Giovanna hanya memberinya respon dengan mengangkat bahu.

"Lo udah ada plan untuk kuliah dimana? Ambil jurusan apa? Fakultas apa?" Tanya Shakira.

Giovanna menjawab, "Ada." Ucapnya singkat.

"Ha? Dimana?" Tanya Shakira penasaran.

"ITB. Fakultas MIPA, jurusan astronomi." Ucap Giovanna.

"WAAAW! Nanti kita LDR dong? Dan lagi, gue gak akan nyangka punya temen ahli astronomi." Ucap Shakira takjub.

"Amin." Ucap Giovanna.

"Kalo gue sih maunya masuk jurusan DKV. Tapi, Papa gue larang karena nanti pasti bingung mau kerja dimana. Yaa jadinya gue bakal milih jurusan hukum di UI." Ucap Shakira terlihat sedih.

"Papa lo bener." Ucap Giovanna.

"Tapi, Papa gue gak pernah lirik sedikitpun hasil karya gue yang menangin lomba bikin cerita komik, ilustrasi, grafity, sama lukisan 3 dimensi. Setidaknya dia nunjukkin dia bangga atau apa, ini malah enggak sama sekali." Ucap Shakira terdengar frustasi.

Apalagi gue, Sha.

Batin Giovanna, ia hanya tersenyum tipis ke Shakira sembari mengusap pundak Shakira pelan.

"Tapi Gi, lo emang di bolehin sama Papa lo?" Tanya Shakira. Karena Shakira tahu bahwa hidup Giovanna selalu di bawah naungan Papa nya.

Giovanna mengangkat bahu pelan, "Gak tau." Ucapnya sembari memasuki kelas yang masih sepi, padahal sudah hampir setengah 7.

+×÷

Entah kenapa, sejak tadi pagi Giovanna benar benar kehilangan semangatnya. Padahal, pagi tadi pelajaran fisika, yaitu pelajaran favoritnya. Tapi tetap saja semangatnya tidak pulih.

"Ayo ngantin." Tarik Shakira seenaknya.

"Gue ga-" Sanggahan Giovanna di potong begitu saja oleh Shakira.

"Udah ayo, gue tau lo laper."

"Gue bilang enggak!" Ucap Giovanna dengan nada tinggi.

Shakir kaget, karena biasanya Giovanna tidak pernah membentak nya. "Lo kenapa Gi? Ada masalah?" Tanya Shakira terlihat khawatir.

Giovanna membuang nafas kasar, "Ke kantin bareng sama Ayu aja." Ucap Giovanna langsung pergi dari hadapan Shakira.

Shakira yang hendak mengejarnya,terhenti oleh ucapan Giovanna. "Jangan ikutin gue, gue cuma mau ke kamar mandi." Ucap Giovanna tanpa menoleh.

Giovanna langsung menuju kamar mandi untuk membasuh mukanya dengan harapan semua beban pikiran nya ikut luntur bersama air.

Setelahnya, Giovanna menuju kelas untuk menenangkan dirinya dengan membaca novel.

Karena kebiasaannya tidak pergi ke kantin, maka ia membawa roti ataupun snack yang akan ia makan ketika jam istirahat.

Belum ada 10 menit ia duduk di atas kursinya, ia sudah di temui oleh Arka.

"Kenapa gak ke kantin?" Tanya Arka yang sudah duduk di kursi depan Giovanna.

"Males." Ucap Giovanna seadanya.

"Kan ada gue, masih males?" Tanya Arka dengan cengiran khasnya.

"Tambah males." Ucap Giovanna sembari memasukkan roti ke dalam mulutnya.

"Wah parah nih, pacar sendiri gak di anggep." Ucap Arka sambil menggeleng gelengkan kepalanya.

Lah tadi malem lo anggep gue gak? Enggak kan? Yaudah impas. Lah kok gue jadi cemburuan gini sih?

"Apaansih." Ucap Giovanna tanpa mengalihkan pandangannya dari novel.

"Ada gue yang ganteng malah liatin novel yang membosankan. Kadang, hidup se-unik itu." Ucap Arka sambil menyisir rambutnya ke belakang dengan jari tangannya.

Arka berdiri dan duduk di samping Giovanna. "Gi, sebentar aja kok." Ucap Arka.

"Sebentar ap-" Ucapan Giovanna terpotong ketika Arka menyenderkan kepala nya di bahu Giovanna. "Arka lo ngapain sih? Kalo ada anak kelas gue gimana? Kalo ada guru gimana?" Ucap Giovanna khawatir.

"Yaudah biarin. Gue ngantuk Gi, tadi malem nonton." Ucap Arka.

"Nonton?" Tanya Giovanna.

"Iya nonton film banyak." Ucap Arka dengan nada suara yang sudah berubah.

"Oh." Ucap Giovanna pendek.

"Kasih gue kecupan tidur kek apa kek." Ucap Arka.

Giovanna berpikir sejenak, "selamat tidur." Ucap Giovanna sambil menyubit pipi Arka dengan gemas.

"Aduh! Sayang kalo mau nyium bilang dong." Ucap Arka yang kesakitan.

"Apaansih Ka?" Tanya Giovanna dengan wajah datar.

"Manggil lo dengan panggilan 'sayang' itu kayak ada nikotinnya, bikin gue pengen manggil lo sayang seterusnya." Ucap Arka.

Giovanna menggeleng, "Engga." Ucapnya.

"Kenapa?" Tanya Arka.

"Lo harusnya manggil sayang untuk pertama kali itu buat istri lo, bukan buat pacar, gebetan, apalagi mantan." Ucap Giovanna menjelaskan.

"Emang lo gak bakal jadi istri gue? Lo orang yang pertama kali gue panggil sayang, berarti lo bakal jadi istri gue dong!" Ucap Arka dengan nada gembira.

"Ya siapa tau gue nikahnya sama Zayn yang lebih mancung, lebih kaya, lebih tinggi." Ucap Giovanna.

"Ya Allah, saya ternistakan." Ucap Arka dengan nada suara yang dibuat buat.

"Najis." Ucap Giovanna.

"Hah? Giovanna manggil gue sayang ye!" Teriak Arka yang langsung berdiri dan joget joget.

"Katanya ngantuk." Ucap Giovanna tanpa intonasi.

"A CIE YANG BAHU NYA SIAP BUAT JADI SENDERAN GUE LAGI." Ucap Arka yang semakin biadab.

"Padahal gue mau ngasih tau, kalo lo tidur nya di meja aja." Ucap Giovanna datar.

"Ah! Giovanna mah gak seru." Ucap Arka kembali duduk dan menelungkupkan tangannya di atas meja.

"Udah cepet tidur." Ucap Giovanna sembari mengusap pelan kepala Arka.

"Gue pengen lo lanjut usap kepala gue, tapi jantung gue gak bisa diajak negoisasi. Deg degan gini." Ucap Arka yang membuat hidung Giovanna merah.

"Deg degan takut di jambak." Ucap Arka sambil tetawa.

Giovanna memandang malas terhadap satu manusia di sampingnya.

"Tapi gue serius kalo gue deg degan." Ucap Arka dengan pandangan ingin di percaya.

"Yaudah tidur." Ucap Giovanna kembali mengelus dan memainkan rambut Arka.

"Gi! Astagfirullah, kok lo jadi romantis gini?" Tanya Arka yang masih menaruh kepalanya di atas meja.

"Ini sisi lain gue yang udah lama hilang." Ucap Giovanna lanjut membaca novel.

Arka diam, memandang Giovanna dengan lekat. "Di bawah mata lo...ada sedikit memar yang tersamarkan." Ucap Arka dengan posisi duduk tegak.

"Apaan?" Tanya Giovanna bingung saat Arka tidak jadi tidur.

Arka mendekatkan lengannya pada bagian bawah mata Giovanna, dan sedikit menekannya. Giovanna meringis sakit saat Arka menekan bagian bawah matanya.

"Ini kenapa? Lo kenapa sih Gi tubuhnya jadi banyak luka gitu? Cerita sama gue, kita tuker cerita bukannya sekedar ngobrol dan pulang bareng." Ucap Arka.

"Ini...gapapa." ucap Giovanna.

"Jangan bohong ke gue Gi." Ucap Arka dengan tatapan mata meyakinkan.

"Emang ini kenapa sih? Gue juga gatau, yang gue tau tadi pagi gue udah liat jadi gini." Ucap Giovanna memberi alibi.

"Lo tau kalo gue sering kena luka, dan gue juga tau kalo ini bukan luka baru." Ucap Arka.

"Maaf," hanya satu kata yang Giovanna luncurkan dari bibirnya, namun membuat Arka benar benar tak tega mendengarnya.

"Gak usah minta maaf, kalo lo gak mau cerita juga gak papa. Gue cuma gak mau lo nahan semuanya sendiri, karena masih banyak orang yang peduli sama lo...termasuk gue." Ucap Arka dengan senyum tulus tercetak di bibirnya.

+×÷

Hari sudah sore, jingga sudah terlihat di langit yang masih cerah. Perjalanan pulang ke rumah yang jauh membuat Giovanna dapat melihat pemandangan tersebut.

Hari ini, ia pulang bersama Arka yang memaksa. Akhitnya Giovanna mengiyakan sebab, tidak ingin debat berkelanjutan.

Sampai di rumahnya, Arka segera pamit pulang karena waktu sudah menunjukkan pukul 5.35 PM.

Giovanna membuka pintu dengan perlahan sembari mengucapkan salam.

"Kemana aja baru pulang?" Suara khas laki-laki yang sangat ia kenal.

"Ada pelajaran tambahan di sekolah Pa, buat UAS." ucap Giovanna berkata jujur.

"Tidak usah memberi alasan tidak penting jika kenyataan nya kamu main dengan lawan jenis!" Ucap Sergio yang tersulut api kemarahan dan menampar keras pipi Giovanna.

Giovanna memegang pipi kiri yang baru saja tertampar, terasa perih, sangat.

"Kamu harusnya bersyukur karena sudah saya kasih biaya untuk sekolah! Saya memberi mu biaya semata mata karena saya ingin menyekolahkan mu, bukannya di pakai untuk main dengan lawan jenis!" Sekali lagi tamparana di pipi kanan nya.

"Pa...Giovanna jujur kalo tadi emang ada pelajaran tambahan, Giovanna gak main sama Arka. Arka cuma nganter pulang doang, Giovanna sama dia sama sekali gak main kemana-mana." Ucap Giovanna sudah tertunduk ingin menangis.

"Sudah saya bilang, jangan memberikan alasan Giovanna! Kamu lancang sekali membantah saya!" Ucap Sergio sembari memberi sebuah tinju yang mengakibatkan bibir Giovanna meneluarkan darah.

"Papa kenapa sih?! Giovanna emang tadi ada pelajaran tambahan buat UAS nanti, Giovanna gak main Pa! GAK MAIN! Giovana cape di gebukin sama Papa tanpa ngelawan dan nerima aja! Giovanna udah diem, tapi Papa tetep aja gebukin Giovanna! Giovanna tau kalo Papa selingkuh! Dan Maria lah yang membuat Mama meninggal! Papa gak sadar? Kalo perjuangan Papa selama dapetin Mama itu sia sia saat ketemu Maria? Perjuangan Papa untuk seseorang terhenti untuk orang lain jika Papa sudah memiliki seorang istri! Papa juga udah punya anak Pa! Papa udah punya 2 anak yang udah dewasa! Papa harusnya ngerti, kita disini butuh keharmonisan biar Mama disana juga bahagia! Bukannya ancur dengan Papa yang sibuk kerja dan Papa yang sibuk selingkuh!"

"Pa...sadar pa. Maria itu kristen! Dia...dia yang bikin Mama meninggal! Dia Pa orangnya dia! Papa selama ini buta sama apa sih Pa? Dia biasa aja Pa! BISA AJA! Mama lebih cantik, Mama lebih berisi, Mama lebih baik. Sedangkan dia? Papa...Giovanna mohon, kembali ke 'kita' yang dulu Pa." Ucap Giovanna yang berhasil mengungkapkan semua emosi nya yang tertahan.

"Jangan asal sebut Giovanna! Kamu sekarang sudah berani melawan ya?" Tanya Sergio yang sudah menampar Giovanna untuk ketiga kalinya.

"Mungkin, Giovanna meninggal aja Papa gak peduli." Ucap Giovanna dengan menangis sesenggukkan karena teringat wajah mama nya.

"Apa kamu bil-" Ucapan Sergio terpotong oleh dering ponsel milik nya. "Sialan!" Umpatnya kasar merogoh ponsel di kantongnya.

Saat melihat nama Sir James yang menghubunginya, ia berusaha menetralkan emosinya. "Kembali ke kamar dan belajar! Kamu tertinggal pelajaran karena olimpiade gak jelas." Ucap Sergio yang penuh penekanan di setiap katanya dan segera mengangkat telfon masuk tersebut.

'Allah masih sayang sama Giovanna, terimakasih banyak.'

Giovanna kembali ke kamar nya dan segera mandi serta shalat maghrib.

Setelah semuanya selesai, Giovanna kembali berkutat dengan buku pelajaran. Giovanna menuju balkon rumahnya dan berharap ia dapat belajar di temani berjuta bintang,satu bulan, dan beberapa planet di malam hari.

"Kenyataan nya, mereka juga gak mau nemenin gue yang menyedihkan." Ucap Giovanna.

Hujan turun seketika, membuat Giovanna kaget. Tapi, ia juga menyukai aroma hujan yang menenangkan disaat seperti itu. Hujan menjadi pengganti di saat yang lainnya absen.

Giovanna, gadis itu melamun diam menikmati aroma lembab hujan yang telah mengguyur bumi dengan sangat deras.

"Hujan...gue pikir, malam ini gue bisa menceritakam semua luka kepada bintang, bulan, dan langt malam yang gelap. Tapi kenyataannya, mereka juga absen meningglakan gue sendiri disini. Tapi, lo dateng, walaupun berisik, gue suka sama aroma khas punya lo. Bisa gue ceritain semua luka gue?" Gumam Giovanna.

Giovanna membuka atap balkonnya, dan seketika sensasi dingin seakan mengguyur tubuhnya, makin lama tubuh itu makin basah. Dan sekarang, seluruh tubuhnya sudah benar benar basah kuyup.

Tapi, Giovanna menikmatinya. Ia menikmati setiap tetes air hujan yang mengalir di tubuhnya.

Terasa menyakitkan namun nyaman. Bagaimana jika kita nyaman dengan sesuatu yang menyakitkan? Hal aneh kan?

Karena lelah, ia terlelap begitu saja di atas balkon yang basah, dan dengan sekujur tubuh yang sudah benar benar basah.

Beberapa jam berlalu, membuat tubuh Giovanna menggigil karena kedinginan.

Giovanna mengambil piyama tidurnya dan menuju kamar mandi untuk mengeringkan tubuhnya.

Setelah selesai, ia keluar dan melihat jam dindingnya menunjukkan pukul 1 malam. Artinya, itu sudah masuk hari sabtu. Yaitu umurnya bertambah 1 tahun. Secara resmi, ia sudah berumur 16 tahun sekarang.

Notifikasi dari ponselnya yang ia lupa tidak di matikan, terdengar jelas.

Lah siapa anjir pagi pagi gini ngasih pesan.

Batin Giovanna sedikit takut.

Ia membuka pesannya dan ternyata itu pesan dari Arka 2 menit lalu, yang menunjukkan video nya memainkan gitar sambil bernyanyi lagu 'you are the reason' dua kali take. Bukannya lagu selamat ulang tahun atau apa.

From: Arka J

Hbd.

Iam still loving you darl.

Kado nyusul besok

Sayang, maaf ya di videonya agak aneh suara akunya:(

Cie makin tua:(

Kita kapan menua bersama?

I just hope for ya and us, will always together. Maap ya kalo notip bikin lu bangun.

love! :).

[Read: 00.09 AM]

Giovanna hanya membacanya dan entah sejak kapan, pesan dari Arka menjadi moodbooster baginya.

Setelah rambutnya kering, Giovanna kembali tertidur dengan perasaan senang sekaligus lega. Hanya 8 pesan pendek dari Arka membuatnya dapat tertidur pulas dan melupakan semua luka di tubuh dan hatinya.

Ia hanya tidak tahu, bagaimana kelanjutannya. Apakah ia tetap bahagia dengan semua celoteh tidak berguna Arka, atau malah sebaliknya.

+×÷

thanks y'all