Chereads / Infinity | Re-Publish From Wattpad / Chapter 13 - (cold) 10`

Chapter 13 - (cold) 10`

Jangan lupa vote yaa, share jugaa, makasiiiii <3!

» Memang itu kenyataan nya, tapi jika berakhir dengan mu? Aku sungguh tak sanggup.

Giovanna bangun pagi seperti biasa nya, yang berbeda adalah abangnya. Diego bangun pagi pagi sekali lantaran ingin berangkat ke sekolah bersama.

Giovanna sudah menolak karena tidak ingin menjadi bahan sorotan, tapi Diego memaksanya. Dengan alasan, hari itu ulang tahun Giovanna, dan Diego ingin menghabiskan waktu selama seharian penuh bersama adiknya, lantaran mereka sama sama sibuk.

Akhirnya Giovanna mengiyakan permintaan Diego.

Bahkan, saat Giovanna hendak membuat sarapan, dilarang oleh Diego. "Udah sini gue aja yang bikin nasi goreng, gue juga bisa. Gue buat khusus penuh cinta buat yang lagi nambah umur." Ucap Diego sambil tersenyum layaknya sang suami yang melarang istrinya masak lantaran sedang mengandung.

Giovanna kembali mengiyakan. Iya membantu Diego di dapur.

"Udeh, lo diem aja gih sana di bangku." Ucap Diego menunjuk kursi di meja makan.

Giovanna menggeleng dan tetap membantu Diego.

"Bang, lo gak ada niatan buat punya pacar?" Tanya Giovanna sembari mengambil telur.

Diego menggeleng pelan, "Gak. Kalo masih ada Adek gue, ngapain gue punya pacar?" Tanya Diego dengan senyum manis tercetak di bibirnya.

Giovanna terharu mendengarnya, lantaran ia sendiri memiliki pacar. "Gue serius." Ucap Giovanna memerhatikan abangnya.

"Ya gue juga." Ucap Diego menoleh sebentar.

"Sister-complex gitu? Gua gak yakin lo gak punya cewek atau sekedar gebetan." Ucap Giovanna.

Diego menghela napas pelan, "Gi, percuma gue pacaran sana sini kalo ujung ujungnya sama orang laen. Gak ada yang pasti dan setia, selain lo. Yaah, walaupun lo akhirnya pasti sama cowok laen juga." Ucap Diego terdengar tidak rela.

"Kenapa kesannya kita itu berjodoh tapi tak dapat di satukan karena beda agama gini yak?" Tanya Giovanna dengan nyengir kuda.

"Ya kalo di suruh milih sih, gua gak mau punya Adek kayak po. Pengennya gua jadiin pacar seumur idup." Ucap Diego terkekeh.

"Kasin dong pacar seumur idup kagak di ajak ke pelaminan." Ucap Giovanna dengan sedih.

"Ah sialan." Ucap Diego tertawa. "Udeh selesai!!" Lanjutnya membawa 2 porsi nasi goreng.

+×÷

Hujan lagi lagi datang pada malam itu akibat bulan dan bintang absen.

Selama seharian, Giovanna merasa ada yang mengganjal karena tidak melihat kehadiran Arka sama sekali di sekolah. Sedangkan yang lainnya sudah mengucapkan berbagai macam ucapan dan doa.

Tetapi, orang yang dicari sama sekali tidak menampakkan diri di hadapannya.

Giovanna pulang bersama Diego jam 7 malam, karena Diego mengajaknya main kesana dan kesini mengelilingi pusat kota, dan semua biaya di tanggung oleh Diego. Jika Diego tidak memiliki hubungan darah dengan Giovanna, mungkin ia telah terbawa perasaan olehnya.

Sebab, Diego sangat menunjukkan sisi gentle nya sebagai cowok walaupun dia sendiri adalah kakak kandung Giovanna.

Sekelebat perasaan ingin bertanya kepada Arka, tapi ego lebih besar. Giovanna masih menimang nimang apakah ia mendahului untuk mengirim pesan kepada Arka atau tidak.

Akhirnya, dengan memberanikan diri sedari setengah jam lalu, Giovanna untuk menghubungi Arka.

Jantungnya berpacu kuat, tangannya dingin bercampur dengan gemetar, tapi sambungan telpon tidak kunjung di angkat dan berakhir dengan suara operator.

Giovanna menghubungi Arka untuk kedua kalinya, tapi tetap sama dengan berakhir suara operator.

Giovanna tidak ingin menagih kado untuknya, namun ia hanya sekedar ingin melihat dan mendengar suara Arka, serta memastikan bahwa Arka baik baik saja.

Giovanna kembali berkutat dengan buku, meja belajar dan lampu belajar. Ia merangkum materi sejarah 2 bab karena PR dari gurunya.

Materi sejarah sangatlah banyak bukan? Membahas masa lalu, tahun tahun yang menunjukkan adanya peristiwa, nama nama yang bersangkutan, tempat terjadinya, dan lain sebagainya.

Tangannya terasa kaku, ia akhirnya beristirahat sejenak karena tugasnya tinggal merangkum 1 judul yang pendek.

Giovanna memejamkan matanya, dan menyenderkan tubuhnya di kursinya.

Suara ketukan di jendela terdengar, hal itu membuat Giovanna meracau dan merasa bahwa itu hanyalah ilusi nya.

Tapi, suara ketukan itu kembali terdengar. Kali ini, Giovanna yakin bahwa itu bukan ilusi tapi kenyataan. Tetapi, siapa yang akan mengetuk jendelanya malam malam begini? Ia merinding dibuatnya.

Giovanna membuka matanya dan melihat nama Arka muncul di ponselnya karena Arka menghubunginya.

Giovanna menggeser nya ke arah kanan dan suara lelaki itu langsung menyambutnya dengan hangat.

[Maaf gue gak kasih kabar]

Giovanna diam mendengar nada bersalah di sana.

[Gue juga gak nyamperin lo ke kelas]

Giovanna hanya diam menunggu Arka melanjutkan perkataannya.

[Gue...gue minta maaf. Dan sekarang, bisa lo bukain gak ini jendela? Dingin] ucap Arka dengan tawa renyah nya.

Sebelum sambungan terputus, Giovanna lantas terkejut den segera membuka jendela nya.

Ternyata benar, Arka-nya datang dengan basah kuyup, wajah memar sembari membawa boneka serigala besar yang masih terbungkus plastik, membawa coklat dan membawa bunga yang bentuknya sudah tidak bagus lagi. Tapi, senyuman cerah itu tidak hilang diwajahnya yang terlihat ngilu.

"Happy birthday...sayang?" Ucap Arka sembari tertawa dan meringis setelahnya karena bibirnya sobek.

"Arka, muka lo kenapa? Tangan lo...kenapa lo basah semua? Kalau pun ini demi gue, gak usah repot kasih boneka, bunga, dan coklat buat gue seneng. Dengan ucapan lo tadi malem udah bikin gue seneng Ka..." Ucap Giovanna melihat Arka dengan nanar.

"Ayo masuk, lo harus ganti baju." Ucap Giovanna menarik Arka.

Giovanna keluar kamarnya dan menuju kamar Diego untuk meminjam celana kakak nya.

Giovanna kembali membawa celana pendek berwarna coklat, baju lengan pendek dan hoodie. Semua milik Diego.

"Lo ganti baju sekarang, sebelum masuk angin. Jangan lupa keramas, gue cuma ada sampo Dove doang." Ucap Giovanna menjelaskan dan menunjuk kamar mandi.

"Tapi, ini perih Gi." Ucap Arka menunjuk beberapa luka di tubuhnya.

Giovanna membuang napas lelah, "kan udah gue bilang jangan berantem aja Arka. Lo itu aneh ya, berantem nya kayak yang iya. Tapi ujung ujung nya ngeluh sakit." Ucap Giovanna memprotes. "Mandi dulu biar gak kedinginan." Lanjut Giovanna.

"Mandi bareng kuy?" Ucap Arka dengan nyengir kuda.

"Sinting!" Ucap Giovanna mendorong Arka ke dalam kamar mandi dan menutupnya segera.

"Iya sayang." Ucap Arka dari dalam kamar mandi.

Giovanna hanya menggeleng di buatnya.

"Baju nya ketinggalan, lo sih buru-buru. Tolong ambilin dong, gue udah buka baju." Ucap Arka yang membuat Giovanna berdecak malas.

Giovanna memberinya dan segera berbalik untuk mengerjakan pr nya.

Tidak sampai 15 menit, Arka keluar mengenakan baju yang Giovanna berikan.

Giovanna meliriknya sekilas dan mengambil kotak P3K yang terletak terakhir di kamarnya.

Giovanna mulai membersihkan luka mulai dari wajah Arka dan lengan nya. "Masih ada lagi gak?" Tanya Giovanna menatap Arka dengan tatapan lelah.

Arka mengangguk, "ada, tapi kalo gue buka baju gak papa?" Tanya Arka yang otomatis membuat Giovanna mengangguk.

"Sebentar, lo udah capek ya?" Tanya Arka yang tidak jadi membuka baju nya.

"Ya gimana gak capek sih Ka? Gue capek bukan karena ngobatin lo, tapi karena lo yang gak pernah mau berhenti buat gak bikin diri sendiri terluka." Ucap Giovanna.

Arka jadi tertunduk begitu saja dan mulai membuka baju nya, "Maaf." Ucapnya singkat dan memperlihatkan luka baretan di sekitar dada dan dekat pinggang.

"Perutnya rata amat kayak perut gue." Celetuk Giovanna.

"Yee si sayang, gue udah mulai nge-gym nih. Bulan depan juga udah kotak kotak." Ucap Arka dengan sombong.

"Terserah." Ucap Giovanna yang fokus dengan luka Arka.

"Jujur, lo ngapain aja?' Tanya Giovanna yang sudah selesai dan menaruh kotak P3K di kamar mandi.

"Gue sebenernya gak niat buat berantem, tapi bencong pangkalan bikin emosi." Ucap Arka. "Udah ada yang ngasi kado spesial buat lo?" Tanya Arka mengalihkan perhatian.

Giovanna mengangguk sebagai jawaban.

"HAH?! SIAPA?!" tanya Arka langsung mengerutkan alisnya.

"Abang gue." Ucap Giovanna santai.

"Ngasih apa ke lo?" Tanya Arka makin penasaran.

"Quality time. Just one day, but im so happy today." Ucap Giovanna membuat Arka mengangguk paham.

"Oh jadi gitu, oke! Karena ini ultah lo, gue bakal mengabulkan 1 permintaan yang lo mau." Ucap Arka merasa tersaingi.

"Gue mau lo jujur, bisa?" Tanya Giovanna.

Arka mengangguk tegas sebagai jawaban.

"2 hari yang lalu, saat lo beralasan gak boleh keluar rumah malem sama Ayah lo, ternyata lo ke tukang soto sama cewek, itu ngapain dan siapa?" Tanya Giovanna langsung ke pokok intinya.

Arka menelan saliva nya dengan susah payah, Arka menghembuskan napasnya berat. "Oke, gue ceritain semuanya. Dia, yang lo liat waktu sama gue, dia Axel. Cewek yang gue suka semenjak kelas 9." Ucap Arka menggantungkan kalimatnya dan melihat perubahan raut wajah Giovanna yang berusaha di sembunyikan.

Gue gak yakin berjalan lancar, maafin gue. Gue sayang lo, asli tanpa embel embel.

"Lo masih inget sama Reza? Dia...berusaha jadi mak comblang buat gue dan Axel. Tapi, Axel seakan anggep gue sebagai teman, gak lebih dari itu. Dan sebenernya, kita jadian dan gue deketin lo karena kena dare dari Reza. Dia janji, kalo gue berhasil-" Ucapan Arka terpotong oleh Giovanna.

"Kalau lo berhasil, lo bisa dapetin Axel." Ucap Giovanna dengan ekspresi wajah datar.

Arka memandang nya dengan sendu, "ya. Itu bener-" Ucapan Arka lagi lagi terpotong oleh Giovanna.

"Dan lo udah berhasil." Ucap Giovanna dengan datar, pandangannya seolah menusuk ke dalam iris coklat milik Arka.

Giovanna mengulurkan tangannya yang di sambut bingung oleh Arka, "Selamat! Lo buat gue jatuh ke dasar jurang." Ucap Giovanna membuat Arka merasa bersalah. "Dan gue harusnya tau, sekarang lo kesini minta putus karena tugas lo telah usai. Gue, Giovanna Ēquirrel, resmi jadi mantan lu mulai detik ini." Ucap Giovanna membawa kursinya mundur.

"Dengerin dulu, Gi..." ucap Arka melemas seketika.

Seharusnya Arka senang karena ia akan menjadi pacar Axel, tapi kenapa melepas Giovanna sangatlah berat?

"Itu emang kenyataan nya, tapi...tapi gue rasa hati gue udah berubah." Ucap Arka membuat Giovanna berbalik dan menatap Arka.

Giovanna diam sejenak, "Baju Abang gue bisa lo kembaliin ke tetangga sebelah atau langsung kasih ke Abang gue, atau kalo ketemu sama Papa. Papa setiap senin sampe kamis pulang jam 6, jumat sabtu jam 5, minggu lembur. Dan lagi gue bakal sibuk les, kemungkinan nya gue gak bakal pegang hp," ucap Giovanna menggantung kalimatnya.

"Sekarang mending lo pulang, udah malem gak baik buat kita berdua di kamar gue. Gue udah capek nge-rangkum banyak tadi, dan gue yakin lo juga capek sama kondisi tubuh lo. Dan...silahkan bawa boneka coklat dan bunga, itu gak seharusnya buat gue. Gue tau, Axel lebih suka hal hal romantis pasti, chat lo tadi malem aja udah bikin gue seneng. Gue ke bawah mau minum." Ucap Giovanna yang berbalik.

Saat Giovanna sudah memegang kenop pintu, Arka menariknya ke dalam pelukannya. "Please, don't leave! I swear i love you without any reason or something else." Ucap Arka terdengar sedih.

Giovanna mengelus punggung Arka, "Apa yang selama ini lo kejar udah di depan mata Ka, lo bisa pergi dari gue. Sekarang, gue ikhlas liat lo sama yang lain. Kita gak boleh gini, ini salah. Gue janji, gue gak akan nangis." Ucap Giovanna dengan senyum sendu.

Arka tetap pada posisi yang sama, "Gue gak mau ini terjadi Gi, ini salah gue. Maafin gue." Ucap Arka.

Giovanna mengangguk, "Gue udah maafin lo. Mungkin ini emang bukan kesalahan terbesar, tapi...gue kecewa untuk kedua kalinya. Lo pulang, dan sambut hari esok. Besok, adalah kehidupan dengan lembar yang sama, suasana nya sama, cuma kita yang beda. Gak ada kita tapi gue dan lo. Sekarang lo pulang ya, ujan nya udah reda dari tadi." Ucap Giovanna melepaskan pelukan mereka.

Senyum palsu Giovanna berikan kepada Arka sebagai tanda penenang.

Mungkin, gue menghindar dulu dari lu buat nyembuhin luka baru.

Arka sudah berjalan ke balkon tetapi masih memandangi Giovanna. "Boleh gue nginep? Cuma buat malem ini." Ucap Arka memohon.

Giovanna tertawa sumbang, "Arka, gak usah lebay. Gue masih ada di dunia, masih dibawah langit yang sama, gue juga masih menghirup udara dari hasil fotosintesis, gue juga masih di bumi. Dan gue jamin, gue gak akan nangis." Ucap Giovanna dengan memberikan senyum tipis.

"Gue mau, sampe gue bener bener gak keliatan, lo nunggu gue di sini." Ucap Arka yang Giovanna iyakan.

Giovanna berjalan mendekat, dan terdiam di samping tubuh tinggi tegap itu.

Arka mengusap rambutnya pelan, dan mencium kening Giovanna beberapa detik, "jangan nangis, kalo kamu nangis, Arka nya ikut nangis nanti." Ucap Arka yang langsung turun dan pergi menghampiri motor hitamnya.

From: Arka J

Maaf gue egois bilang ke lo jangan nangis, tapi gue gak mau liat lo rapuh. Gue gak kuat liat lo nangis.

:)

[Read: 9.27 PM]

Arka tersenyum ke arah Giovanna dan memakai helm, kemudian melajukan motornya.

Setelah melihat Arka benar benar pergi, Giovanna terduduk lemas di balkon kamarnya. Ia menangis, rapuh sekali.

"Arka, maafin gue. Gue ingkar janji." Ucap Giovanna sembari mengusap air matanya yang terus mengalir tanpa henti.

Giovanna, gadis itu seakan mendapatkan hadiah ulang tahun terburuk dan terindah sepanjang hidupnya.

Giovanna mengunci jendela nya dan beralih ke kasur. Di sana terdapat serigala besar, coklat dan bunga.

Dear you,

Happy 16th birthday. I can't bring Zayn to you, cause i don't have more money.

Hey! Jangan senyum bacanya;)

-from ur handsome bf.

Giovanna membacanya dan kembali menangis dalam pelukan serigala. Ia berharap, serigala tersebut dapat berubah menjadi sang pengasihnya. 

Tanpa Giovanna sadar, ia sudah menangis 3 jam tanpa henti. Rasanya lelah, matanya sangat lah berat. Ia terlelap begitu saja dalam pelukan sang serigala.

+×÷

big thanks for y'all who read my story, please vote and share my story to your friends ^^

don't forget to meet me on:

wattpad @foleyys

tiktok @crushnyakuroo (i'm in love with haikyuu!)