Chereads / AksaAqilla / Chapter 5 - Bab 5

Chapter 5 - Bab 5

Askb: Aku sayang kamu, beb.

Jtao: jangan tinggalkan aku, okey.

-Azada

****

Vina turun dari gendongan Azada dan melanjutkan larinya menjauhi Azada, ia menggoda pacar barunya yang kelelahan karena menggendongnya.

"Azada! kejar gue kalo bisa!"

Teriakan Vina dari jauh membuat Azada semangat mengejarnya, tak lama Azada merasa kakinya sangatlah tak berdaya.

Ia merasa kakinya kram, kalo Vina bukanlah pacar barunya pasti ia akan memberikan pelajaran kepadanya.

Karena dengan beraninya ia menggoda Azada dari geng Aksa. Azada terengah-engah, ia lelah. Pacarnya sangat kuat sekali staminanya, stamina dirinya sudah berkurang karena menggendong Pacar kesayangannya itu.

"Sayang! Jangan kabur dong. Emang ga cape apa joging lagi?"

Vina tidak mendengarkan yang di ucapkan Azada, ia tetap melanjutkan larinya walaupun dengan keadaan kaki yang tergores karena jatuh.

Kakinya Vina yang tadi sudah merasa baik-baik saja, sekarang kambuh perihnya sehingga membuat Vina berhenti berlari dan terduduk di aspal abu-abu itu.

"Auw, gila perih banget,"

Pertama yang keluar dari mulut Vina adalah keluhan sakit, karena kakinya yang tersandung saat mengejar Azada itu kembali terasa nyeri.

Azada yang melihat itu langsung menelan ludah dan langsung datang ke arah Vina. Azada menepuk bahu Vina, "Lo, gapapa kan? Sini gue liat mana yang luka,"

Azada mulai melihat lihat secara intens luka yang ada di tubuh Vina. Vina di gendong paksa sama Azada dengan gaya bridal style, sambil mencari letak Aqilla.

Azada mendudukkan Vina di bangku yang sedang ada Aqilla selesai nge live. "Lo tunggu disini okey, jangan kemana mana! Gue cari plester dulu." ancam Azada.

Vina yang melihat sifat Azada hanya terpaku, dan kehabisan kata-kata untuk menjawabnya. Mau ga mau Vina hanya mengangguk.

Aqilla menyikut perut Vina, "cieee... Udah jadian sama Azada?" Aqilla berusaha menggoda Vina yang sedang malu habis habisan.

"Apaan sih, ngaco! Tadi gw kesandung pas joging, pas banget dia dateng," sela Vina tak mau kalah.

"Gausah bohong, say," Aqilla tertawa puas melihat tingkah laku Vina. Vina hanya membalasnya dengan memutar bola matanya jengah.

Belum sempat Vina menjawab ledekan Aqilla, Azada datang membawa kapas, obat merah dan plester.

Azada meniup niup luka yang ada di kaki Vina. "Azada! Ini perih?!" keluh Vina. Azada mulai mengolesi obat merah di kapas dan menekan pelan luka yang ada di kaki Vina.

Vina pun terlihat biasa saja dengan perlakuan Azada, dia memang supel ke semuanya. Dan Vina bukanlah tipe cewek yang gampang baperan.

Setelah obat merah nya kering, Azada menempelkan plester di lukanya agar tidak infeksi.

"Tunggu dulu sampe 5 menit, baru boleh di buka. Jangan di buka dulu nanti infeksi, jadi lebih bahaya. Aku ga suka kamu sakit?!" tutur Azada lembut.

"Makasih," ucap Vina pelan.

Aqilla berdeham pelan dan menyadari kedua insan yang sedang bermesraan itu.

*****

Aqilla pamit untuk mencari Aksa dan meninggalkan mereka berdua. "Kaki Lo gimana? Udah merasa enak?" Azada memijit bangian yang ada di sekitar lukanya agar tidak kram.

Vina mengangguk dan melepaskan tangan Azada. "Gue udah baikan," senyum terbesit di wajah mereka berdua. Lalu mereka tertawa lepas seperti tidak memiliki beban.

"Vin," yang panggil sontak saja menengok. "Lu mau, ga?" Vina alisnya terangkat ke atas. Seakan bertanya 'mau apa?'

Azada mulai peka, dan mengerjai Vina. "Lu mau, ga, jadi babu gue?" Vina memelototi Azada yang hanya cengiran saja. Lalu menggeleng napas panjang.

Vina kemudian bangkit dari bangku dan pergi meninggalkan Azada yang sedang tertawa lepas, karena mengerjai dirinya.

Orang lagi baper sama perhatiannya, lalu dibikin malu dan dikerjai habis habisan. Vina menyesal, dan menarik kata kata jika dia terpaku atau terpesona dengan sifat Azada.

Laki laki sialan. Tidak tau tempat kejadian yang tepat. Ingin rasanya Vina berkata kasar di depan Azada.

"SAYANG! AKU BERCANDA, IH! TUNGGUIN NAPA. CEPET BANGET JALANNYA."

Teriakan Azada membuat Vina berhenti dan tersenyum tipis seperti tidak tersenyum.

Azada segera datang dan sampai di belakang Vina lalu memeluknya dari belakang, "Jangan kabur lagi, ya? Kan kita baru aja jadian."

Hal itu membuat Vina semakin tidak tahan untuk tersenyum, Azada langsung mencium pipi Vina dan menggenggam tangannya membawa Vina pulang ke rumah Aqilla.

"Ga pulang ke rumah kamu aja?"

Vina menjawab dengan gelengan kepala, "Aku kan lagi main di rumah Aqilla, masa ia aku pulang sendiri tanpa bareng Vira."

Azada menyetujui itu dan tersenyum sambil menatap wajah Vina. Vina membisikkan sesuatu hal kepada Azada, "Jangan liatin aku terus, liat jalan yang bener."

Azada langsung memalingkan wajahnya dan mereka tertawa bersama.

~Disisi lain~

"Eh, Vira! Lagi mau ngapain, nih?" Tanya Acha saat mereka tak sengaja bertemu di taman.

"Oh, gue lagi nyari Aqilla sama Vina. Lo liat mereka?"

Acha melihat raut wajah khawatir dari Vira, "Tadi gue liat Vina lagi berduaan sama Azada. Tapi, gue ga liat Aqilla sama Aksa."

Vira mengangguk dan duduk di salah satu bangku taman itu. Acha mengikuti Vira dengan duduk di sebelah Vira.

"Omong-omong, lo sama Vina lagi nginep di rumah Aqilla, ya?" Tanya Acha penasaran. Vira kaget karena ada yang mengetahuinya.

"Lo tau darimana?"

"Rumah gue deket sama rumah Aqilla, mau gue anter pulang?"

Vira menimang-nimang ucapan Acha ada bagusnya juga, akhirnya Vira menyetujui untuk pergi ke rumah Aqilla bersama Acha.

"Yaudah, sekarang aja."

Vira langsung mengikuti Acha ke tempat ia menyimpan kendaraannya. "Tumben lo, bawa kendaraan, biasanya nebeng."

"Ya kali gue nebeng tiap joging, kan kasian yang jemput harus naik mobil kalo satu nebeng semua harus nebeng."

Vira tertawa mendengarnya, "kocak, ya, persahabatan kalian bertiga."

Acha tersenyum mendengar tawa dari Vira dan menyerahkan helm. "Let's go! Berangkat!"

Acha dan Vira tertawa lepas bersamaan. "Aksa itu beneran dingin banget apa, ya, sifatnya?"

Acha kaget mendengar obrolan yang di dahului oleh Vira, ia merasa sakit hati karena Vira menanyakan tentang Aksa.

"Kenapa emangnya?"

"Oh, kayanya Aqilla mulai jatuh hati sama Aksa."

Hati Acha lega mendengarnya, karena ternyata yang jatuh hati pada Aksa adalah Aqilla.

"Tergantung orangnya."

Vira mengangguk sambil menatap sekeliling mereka, pemandangannya begitu indah. Sayang sekali jika mereka merusak pemandangan ini dengan sampah sampah rumah tangga.

Sebuah senyum terbesit indah di bibir Vira melihat semua rumah rumah dan anak-anak bermain di depan rumah mereka dan diawasi oleh para orang tua mereka.

"Jadi anak-anak itu menyenangkan, ya, Cha. Rasanya pengen punya anak."

Acha pun tersedak mendengar ucapan Vira yang begitu polos dan lugu itu. "Mau punya anak sama siapa cowoknya?"

Vira belum menjawab pertanyaan Acha dan turun dari motor Acha karena sudah sampai di rumah Aqilla.

"Kalo sama lo. Lo mau?"

Lagi-lagi Acha dibuat batuk tersedak oleh omongan Vira. "Mau, lah. Gue terlalu ganteng tapi tetep aja jomblo."

Tak lama setelah itu Vina dan Azada sampai di rumah Aqilla, Azada dan Vina turun dari motor. Azada langsung mengucapkan satu kalimat, "kenalin pacar gue."

Membuat Vira dan Acha pun terbatuk-batuk. Acha pun membalas omongan Azada, "Kenalin dia pacar gue."

Sekarang Azada dan Vina yang kaget mendengarnya. Azada dan Acha bertos ria karena mereka sudah tidak jomblo lagi.

"Eh! Aqilla nelpon."

"Angkat aja," Vira pun segera mengangkat telpon dari Aqilla.