'skincare-an teros! Dasar cewek.'
-Aqilla
****
"Eh, Qil!" seru Vira. Aqilla pun menengok ke arah Vira karena merasa terpanggil. "Abis ini nonton lagi, yu," ajaknya.
"Udah, tidur tidur! Ga ada nonton lagi, dah malam." sela Arion sebelum Qilla menjawab. Aqilla hanya pasrah dan mengangguk membenarkan.
Aqilla melihat Vira mulai memanyunkan bibirnya, Aqilla memberikan isyarat kepada Vira agar tidak terlalu sedih.
"Naik ke atas, buruan!!" titah Arion tegas. Ini sudah jam 8 malam, tapi mereka belum tidur. Ayolah Arion lelah, sepertinya waktu Arion kecil ia selalu tidur tepat saat jam 8.
Aqilla dan kawan kawannya langsung menuju kamar, mereka masih enggan untuk pergi tidur sebenarnya. Tapi, tak apa lah jika mereka di kamar saja.
"La, nyalain tumblr napa, cuy," Aqilla mengambil tumblr miliknya dari tempat penyimpanan. "Nih, Nyalain sendiri!" Aqilla memberikan tumblr kepada Vira.
"Musikan, kuy," ajak Aqilla. Kedua sahabatnya pun mengangguk setuju.
"Eh, btw, skincare lu mana?" tanya Vira. "Skincare? Tumben lu nanya itu," kata Aqilla. Aqilla mencari skincare nya di laci meja rias sambil mendengarkan ocehan Vira.
"Yah, Qil. Kita tuh sebagai cewek harus cantik, nanti kalo ga laku gimana? Kan ga mau juga. Jadi kalo ga cantik nanti di ejek lagi, males lah gue debat sama mereka." celoteh Vira panjang lebar.
"Lu mau cantik dihadapan manusia apa tuhan si?" Vina kesal mendengar penuturan dari Vira. Sama sekali ga berfaedah.
Aqilla tertawa lepas. Aqilla menjawab, "kalo lu cantik buat muasin hasrat, mah, ga akan ada habisnya Vir, hahahaha."
"Niat lu salah, harusnya kalo lu mau pake skincare, nih, ya, lu niatnya begini, aku pake skincare untuk merawat kulitku, gitu, Vir," celetuk Aqilla
"Emang harus gitu?"
"Kalo ga gitu, nanti nafsu lo makin melonjak karena ngeliat yang lebih cantik,"
"Oke, sip, mana skincare nya, sini!"
"Nih! Makan tu skincare, hahahaha," tawa Aqilla meledak lagi. Vira mengerucutkan bibirnya yang mungil itu.
"Dasar Bimoli?!" ucap Aqilla dan Vina hampir berbarengan.
****
"Dah, belum? Tidur, yok! Udah malem," Vira pun menuntaskan skincare-annya dan beranjak ke kasur.
"Good night," ucap mereka bersama. Lalu lampu tiba tiba di redupkan oleh Aqilla.
Dan mereka sudah kembali ke alam mimpi masing-masing.
Arion yang di bawah pun kembali menonton televisi yang ingin adik dan teman-temannya secara diam-diam.
Ia tertawa geli saat ada komedi di film itu, tapi ia berusaha memelankan suaranya agar yang di atas tidak bangun.
Komedi demi komedi membuat perut semakin geli dan ingin tertawa, Arion tanpa sadar tertawa keras membuat anak-anak yang ada di kamar terbangun.
"shut! itu ada ketawa di bawah. Ngintip, yu!"
Ketiga sejoli itu keluar mengendap-endap menuju ruang tengah, "Nah, liat! ada yang nonton lebih dulu dari kita."
"Samperin aja, ayo!"
Mereka bertiga ikut menonton di belakang sofa agar tidak ketauan Arion. Saat komedi datang Arion merasakan kejanggalan pada ketawanya.
Ia menemukan ketiga anak ini belum tidur dan malah ikut menonton film. "Kenapa belum tidur?"
Pertanyaan Arion di abaikan oleh mereka, mereka sangat tidak memperdulikan kapan mereka akan tidur.
"Gue mau ke depan komplek. Mau beli nasi goreng, ada yang mau mesen?" Tanya Aqilla.
"Kita berdua biasa."
"Okey."
Aqilla pergi dengan jalan kaki keluar komplek untuk membeli nasi goreng.
*********
"Aksa! Tolong belikan makanan di depan komplek!"
Aksa langsung menyambar kunci motor dan jaket kulit nya. Ia pergi ke pedagang kaki lima di dekat kompleknya.
Pedagang nasi goreng, membayangkannya saja sudah menjadi lapar.
Aksa memesan empat porsi nasi goreng saat sudah di sana. Setelah Aksa memesan suara Aqilla memesan nasi goreng sebanyak 3 porsi terdengar di telinga Aksa.
"Aksa beli nasi goreng juga? Kebetulan banget, ya."
Aksa hanya diam dan tidak menanggapi. tapi mengapa detak jantung Aksa tak bisa dikontrol, ia merasa sesak napas saat berada di dekat Aqilla.
"Iya, kebetulan."
"Aksa kenapa? Aksa sakit? Kok suara napasnya kaya tersendat."
Tak hanya berbicara, tangan Aqilla juga menyentuh kening Aksa. Aksa hilang kendali, ia menahan napas.
'Sial! Detak jantung gue kenapa, si?'
Tangan Aqilla berpindah ke leher Aksa untuk memeriksa detak jantung Aksa. "Aksa! Kamu kenapa? Kok detak jantungnya berdetak kencang dan cepat banget?"
"Ah, gapapa."
"Ini dek empat porsi nasi gorengnya, dan ini buat eneng tiga porsi nasi goreng."
"Makasih, pak." ucap Aksa dan Aqilla bersamaan.
"Eum- mau bareng?" Tanya Aksa kaku.
"Boleh, asal ga repot."
Aksa langsung menyambar tangan Aqilla untuk ke motornya. Aqilla kaget dan tersenyum singkat.
Aksa tiba-tiba melepaskan tangannya, "eh, maaf maaf."
Walau ada terbesit sedikit kecewa, tapi Aqilla tetap memahami kikuknya Aksa. "Ayo, pulang!"
Mereka berdua pulang menggunakan motor Aksa, Aqilla tidak kuat untuk menahan senyum senangnya.
Setelah sampai di rumah Aqilla, Aqilla turun dan berterima kasih kepada Aksa. Saat Aqilla mau masuk ke rumah, Aksa memanggilnya.
"Aqilla, kapan kapan boncengan lagi, ya!" bisik Aksa.
Aqilla tertawa dan melambaikan tangan kepada Aksa. Lalu berjalan memasuki rumah.
Vira dan Vina yang bingung kenapa Aqilla pulang dengan tertawa santai, "mencurigakan."
Aqilla hanya membalas dengan senyuman manis andalannya. Vina dan Vira segera mengangguk seakan berbicara lewat batin dan mata, kemudian mereka mendekati Aqilla.
"Qilla, malem ini kamu cantik banget. Apalagi kalo pulangnya sambil senyum-senyum manis seperti itu," ucap Vira bada basi.
Aqilla semakin tersenyum karena ia tau apa yang di maksud oleh sahabatnya, tapi ia memilih diam saja.
Kedua sahabatnya hanya menatap Aqilla seakan-akan minta di beri duit. "Kasih tau dong, Qil... tadi pasti ada kejadian yang bikin lo sampai segininya, kan?" Vira membujuk Aqilla.
"Ga ada apa-apa." ucap Aqilla yang menahan rasa kupu-kupu yang berterbangan di dalam perutnya. Rasanya ia akan meleleh saat itu juga menahan gejolak rasa ini.
"Gue ke kamar dulu, ya." Aqilla menghindari mereka. Ah, tidak itu tidak benar. Aqilla hanya ingin mengganti bajunya dan akan turun lagi ke bawah untuk makan bersama-sama.
Biarkan ia melepas bahagia sejenak. Aqilla memekik tertahan mengingat ia menyentuh leher Aksa untuk mengecek detak jantung Aksa. Wajahnya yang merah ketika tangan Aqilla menyentuh kulitnya.
Ah, Aqilla masih terbayang-bayang dengan bisikan Aksa. Semua tentang Aksa ia suka, pertemuan pertama mereka memang tidak bagus.
Aksa yang dingin bagaikan sebuah es batu yang ada di dalam kulkas, perlahan-lahan ia yakin ia bisa meluluhkan Aksa.
"Gue jadi ga sabar buat ketemu dia lagi. Aaakhhh!" Aqilla memekik senang sambil menahan teriakannya dengan menggigit bantal yang ia peluk.
"Gue makan dulu, deh. Perut gue keroncongan banget." Aqilla pun keluar kamar menuju twins dan makan makanan yang ia beli tadi.
"Tadi kenapa ada teriakan?" tanya Vira. Vira menatap Aqilla dengan heran, pasalnya di rumah ini tidak ada orang jahat.
"Kamu kenapa? Ada masalah Qil?" tanya Vina. Aqilla sedikit gugup dan gelagapan bingung mau jawab apa.
"Eh, g-ga kok. G-ga ada masalah apa apa." twins hanya mengangguk dan lanjut makan.