Chereads / AksaAqilla / Chapter 6 - Bab 6

Chapter 6 - Bab 6

Aku sampai kapanpun tidak rela kamu terluka karenanya, tapi kenapa kamu suka terluka karenanya?

-Arion

✨✨✨

Aqilla mencari kedua sahabatnya di taman kejadian ledek meledek ini. Sudah mencari tapi masih tidak ketemu? Ini bagaimana? Mereka meninggalkan dirinya sendiri di taman ini.

Aqilla menelpon mereka di grup yang mereka punya.

"Lo berdua dimana sih?!" Aqilla sangat kesal dengan sikap sahabatnya itu.

"Aqilla?! Buruan sini!! Kita lagi di rumah Lo, tadi gue dianter sama Acha. Ga lama setelah gue sampe si Vina dateng bareng Azada. Eh, btw, lu pulang sama Aksa aja ya," penjelasan panjang lebar dari Vira membuat Aqilla menghela nafas panjang.

"Orang sok dingin dan cuek kaya dia mana mau sih nganterin gue?!"

"Lu nya aja yang ga minta, gue mah mau aja kok. Ayo!" Aqilla membalikkan badannya sehingga dapat melihat kalau ada Aksa di belakang tubuhnya.

"E-eh i-iya," gugup Aqilla setelah tercyduk mengumpat tentang Aksa.

****

"Qil, akhirnya Lo pulang juga," Vira menghaburkan pelukan kepada Aqilla. Aqilla melihatnya jengah. Vira mengangkat kedua jarinya seakan berbentuk v, yang berarti piss.. atau maaf.

Aqilla tersenyum getir lalu mulai masuk ke dalam rumahnya meninggalkan kedua  anak kembar itu. Aqilla mengambil bajunya di lemari dan mengganti pakaiannya agar lebih rapih.

Aqilla kemudian berbaring di ranjang miliknya sembari memainkan telepon genggam miliknya.

Walaupun ada suara pintu terbuka pun tatapan mata dia tak berpaling dari teleponnya. Dia sedang bermain game online.

Yah, harusnya kalian pada tau jika game candy crush Saga membuat para cewek-cewek berpaling dari dunia nyata mereka.

Teriakan teriakan itu terlalu mengusik Aqilla yang sedang asik bermain game itu. Dia mulai mengambil earphone di sebelahnya dan memasangnya di telinga.

Dia menyetel sholawat agar ia tenang, dan mematikan volume suara dari si game tersebut.

°°°

Aqilla merasa ada yang melepaskan earphone yang ada di telinganya dan memanggil namanya. Kontan pun ia menoleh ke arah panggilan itu.

Ternyata Vina yang melakukannya.

Aqilla pun hanya menaikkan alisnya alih-alih berbicara 'kenapa?' dan Vina pun seketika langsung mengerti dan menautkan kedua alisnya alih-alih berbicara 'kenapa kata Lo?!'

Aqilla turun dari kasur menuju kamar mandi, sebentar saja. Ia hanya ingin membasuh wajahnya agar lebih segar.

Vina menarik lengan Aqilla setelah keluar dari kamar mandi untuk turun ke ruang tv, "nonton yu! Btw, jajanan nya mana?" Vira yang sudah di sofa hanya ceplos bertanya.

"Bentar, gue ambil dulu," Aqilla mengorek laci makanannya untuk mencari yang ia beli kemarin.

Setelah Aqilla memberikan makanan kepada sahabatnya, mereka mulai menonton Anime, tanpa sadar ada sosok laki-laki yang tersenyum tak jauh dari tempat mereka menonton.

Laki-laki itu rasanya tidak ingin mengganggu aktivitas mereka. Tapi kalau saja mereka lagi sorak sorak akan anime yang mereka tonton membuat Sang Laki-laki itu tak bisa menahan tawanya.

Aqilla menoleh karena merasakan ada suara yang ia kenal, samar samar dari belakang tubuhnya.

Ia pun mencoba membalikkan badannya agar siapa tahu pemilik suara tersebut, bukannya langsung tahu dia malah kaget terlebih dahulu.

"Astagfirullah, astagfirullah," ucap Aqilla seraya menenangkan jantungnya yang kaget tiba tiba.

"Kakak?! Aku kira siapa?!" Aqilla pun langsung memeluk sang Kaka yang datang secara tiba-tiba itu.

Hampir saja jantung Aqilla copot. Ingat, ya, hampir!! Bukan beneran copot.

"Kangen, ga, sama Kaka?" tanya Arion yang merupakan Kaka kandung dari Aqilla itu. "BANGET?!" suara Aqilla melengking begitu saja membuat kedua sahabatnya begitu juga Arion menutup telinga mereka.

"Mama dimana?" Arion mulai menanyakan letak Mamanya. "Mama---" belum sempat Aqilla menjawab pertanyaan Arion terdengar suara orang masuk ke dalam rumah dan mengucapkan salam.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Arion cepat. "Eh-- ada Arion, kamu dari kapan nyampenya?" Mama mulai berinteraksi dengan Arion. "Dari tadi, mah," Arion tersenyum.

"Aqilla, kok kamu ga buatin Kaka kamu minum sih?!"

"Ya, orang Qilla ga tau, orang dia aja udah ada di belakang Qilla tiba tiba," ujar Aqilla sambil masih menyantap makanan ralat Snack miliknya.

"Kan seenggaknya kamu kasih apa kek gitu?!"

"Kan, dia bisa ngambil sendiri," ucap Aqilla acuh tak acuh.

Sebagai seorang ibu Danita hanya dapat menepuk jidatnya ketika melihat tingkah laku putri kesayangannya.

Arion mulai di ajak oleh sang Mama ke taman belakang rumah, dan mereka asik mengobrol dengan santai.

"Kuliah kamu bagaimana Ar?"

"Ya, begitu, deh, seru banget, ga nyangka aja,"

"Kamu kapan skripsi?"

"Secepatnya, mah,"

"Belajar yang pinter, ya, nak," tutur lembut sang Mama dan elusan di puncak kepala Arion. Itulah yang ia kangenin dari Sang Mama.

Perhatian dirinya terhadap Arion.

*****

[Extra dialog]

"Dek, kok mata kamu sembab?" Arion melirik ke arah mata Aqilla. Aqilla langsung mengusap matanya.

"Aaah, ga kok," Aqilla bicara sambil terkekeh. "Bilang sama kaka, siapa yang buat kamu nangis?" "Ga ada ka, bener deh, hehe," tawa Aqilla.

Arion menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. "Itu loh ka, sama pacarnya," celetuk Vira yang mulutnya langsung di bungkam oleh Vina.

"Aku sampai kapanpun tidak rela kamu terluka karenanya, tapi kenapa kamu suka terluka karenanya?" Aqilla yang mendengar kata-kata puitis Arion kontan tertawa lepas. "Apaan sih ka, alay tau ga?"

"Yeh," ucap Arion sambil menjitak kening Aqilla, yang membuat Aqilla mengerucutkan bibirnya.

"Kenapa manyun manyun? Mau di cium?" tawa Arion pecah setelah mengatakan itu. "Ekhem, yuk pergi, kita di sini jadi nyamuk doang."

"Kaka mau terkena tabokan maut, ya? Udah lama ga nabok orang, nih. Kebetulan aku punya jurus baru. Mau coba?" Tanya Aqilla.

"Iya maap maap. Jangan dipukul kakanya."

Arion merinding mengingat kejadian beberapa tahun silam.

FLASHBACK

"KAKAK! BERANI BERANINYA NYURI CEMILAN GUE, YA!!" Teriakan Aqilla membuat semua orang rumah menutup telinga mereka.

Aqilla pun mengejar Arion hingga kolam renang. Orangtua Aqilla tau bahwa Arion sangat senang menggoda adiknya.

Aqilla mendapatkan cemilannya, tak lupa ia melipat kausnya hingga ke siku dan memukuli Arion dengan tabokan maut andalannya.

Setelah mendapat tabokan maut itu, seluruh badan Arion menjadi biru dan bengkak.

Sang Mama hanya bisa mengobati luka luka itu dari badan Arion, butuh sekitar waktu satu minggu untuk menyembuhkan tabokan maut khas Aqilla.

Sejak saat itu kakanya bercita-cita kuliah di luar negeri agar jika menggoda adiknya lewat telepon genggam ia tak takut lagi terkena tabokan maut itu.

FLASHBACK END

"Jurus baru, ya? Dinamai dengan apa?" Tanya Arion.

Aqilla menjawab dengan lantang dan cepat, "SEKALI TABOK ARION MATI!"

Arion bergumam dalam hati, 'Adik gue sadisnya bukan main.'

"Mau coba?" Tanya Aqilla. Arion langsung menggeleng kepala dan tersenyum singkat.