Chereads / [TRUE LIFE STORY] - Vol. 1 / Chapter 1 - HALAMAN BARU

[TRUE LIFE STORY] - Vol. 1

🇮🇩Yentykim
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 7.5k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - HALAMAN BARU

Seorang gadis berjalan keluar kamarnya menuju ruang dapur. Sekitarnya masih terlihat sepi, namun dapat terdengar suara televisi yang sedang menyala di salah satu kamar lainnya. Di dalam rumah tersebut terdapat 4 kamar yang masih terlihat gelap walau sedikit terlihat pancaran cahaya yang berasal dari teriknya matahari pagi yang datang. Jam sudah menunjuk pukul 6 pagi. Gadis itu berjalan ke dapur dengan pakaian yang sudah rapi dan dibalut kerudung putih yang menutupi rambutnya, tak lupa juga ia memakai kacamatanya. Ia terlihat seperti anak sekolah lainnya. Putih-abu. Menandakan bahwa dirinya saat ini berada di bangku SMA.

Ia mulai sibuk menyiapkan sarapan untuk dirinya. Karena ini adalah hari Senin. Ia harus memulai harinya dengan sarapan agar tidak terlalu letih saat mengikuti upacara rutin di sekolah nanti. Tak lupa juga dia menyiapkan perlengkapan yang harus dibawa ke sekolah, seperti buku pelajarannya dan air minum yang ia bawa dengan botol yang ia ambil secara acak itu. Saat sarapan sudah dibuat, ia segera memakannya dengan cepat. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 06.15 wib. Butuh waktu untuk ia menunggu angkutan agar dapat sampai sekolah.

Tak lupa juga ia berpamitan dengan mama-nya sebelum pergi ke sekolah. Dan sebelum ia menunggu angkutan yang lewat, ia berjalan menuju rumah lain untuk mengajak berangkat bersama dengan teman sekelasnya. Ia baru menyadari bahwa mereka berdua ternyata bertetangga.

"Assalamu'alaikum. Nayla.." terlihat seorang wanita paruh baya yang keluar dari suatu ruangan sambil menjawabnya.

"Wa'alaikumsalam. Eh, teh Dyah. Mau berangkat bareng sama Nayla ya?" tukasnya yang dibalas dengan senyuman dan anggukan dari gadis tersebut. Ya. Namanya Dyah. Dyah Restia.

"Bentar ya teh, Nayla nya lagi nyuci piring dulu. Sini masuk aja dulu teh." tak perlu waktu lama, Dyah pun akhirnya masuk dan duduk di bangku teras pada rumah temannya itu. Ia menunggu temannya selesai dengan pekerjaan rumahnya. Walau sedikit heran dengan temannya yang pagi-pagi sekali sudah sibuk dengan pekerjaan rumahnya, tetapi ia tetap mengesampingkan itu. Dyah berpikir mungkin Nayla sudah terbiasa membantu orangtua nya dari dulu.

Bukan. Bukan karena Dyah merasa tidak pernah rajin selama di rumah. Dia sudah biasa mengurus dirinya sendiri sedari sd, namun pekerjaan rumah biasa ia kerjakan saat sedang banyak waktu luang saja. Seperti saat libur atau sepulang sekolah. Karena itu, mendengar Nayla yang se-rajin itu di pagi hari, ia jadi sedikit merasa terkagum dengan kebiasaan temannya itu.

Nayla pun akhirnya selesai dan keluar dari rumahnya sambil membawa sepatunya. Ia bertanya kepada Dyah tentang pelajaran apa yang hari ini akan datang sambil memakai sepatunya. Dyah pun memperhatikannya sambil menjawabnya dengan tidak ragu. Karena Dyah cukup hafal dengan mata pelajaran di setiap harinya yang akan diajarkan. Selesai Nayla memakai sepatunya, mereka pun berpamitan kepada ibu nya Nayla yang tadi menyapa Dyah pertama kali lalu mulai berangkat dan menunggu angkutan.

Tak perlu waktu yang lama, angkutan pun datang dan mereka berdua menaikinya. Sesampainya di sekolah, mereka pun kembali terpisah. Walaupun mereka berada di kelas yang sama, tapi lingkungan pertemanan mereka berbeda. Dyah yang masih menyesuaikan diri dalam lingkungan pertemanan yang baru itu pun awalnya sedikit ragu. Sempat ia merasa sangat kecil saat berada di sekeliling teman yang lainnya. Karena Dyah baru pertama kali bersekolah di lingkungan yang banyak sekali ramah dengannya. Yang kental sekali dengan agamanya. Dan Dyah baru merasakan hangatnya kekeluargaan dalam sebuah lingkup pertemanan.

Dyah bersekolah disini karena rekomendasi dari mama-nya sendiri. Bahkan ia ingat sekali bahwa dirinya didaftarkan pertama kali disini dengan nomor pendaftaran 1. Dan juga saudara jauhnya berada di sekolah ini juga, menjadi guru. Walau bukan masuk di SMA favorit atau Negeri yang lainnya, ia dapat masuk SMK yang dapat melatih kemampuannya untuk dapat siap bekerja saat lulus nanti. Dyah masuk sekolah ini dengan begitu banyak harapan dan mimpi. Banyak rencana yang harus ia lakukan.

Ia selalu mengingat akan impian-impian kecilnya. Sejak kecil ia selalu bermimpi agar bisa menjadi seorang dokter. Namun tak hanya berhenti disana saja, ia selalu mengubah impiannya itu dan sampai sekarang pun ia selalu mengutamakan realistisnya. Saat di bangku SMP, ia sudah mulai memikirkan akan menjadi apa ia nanti di masa depan. Maka dari itu, sejak SMP ia selalu saja menyempatkan waktu luang nya untuk mencari berbagai macam beasiswa. Ia selalu mencari peluangnya dimanapun itu. Walau akhirnya ia hanya dapat mengikuti pilihan mama-nya. Yaitu masuk SMK ini dengan harapan bahwa selesai sekolah disini itu adalah melanjutkan kerja di tempat yang sejak lama sudah dinanti-nanti oleh pamannya.

Dyah melanjutkan harinya dengan berbagai macam kegiatan dalam satu hari di sekolah. Mengikuti setiap pelajaran, selalu bertanya kepada gurunya saat ia tidak mengerti, membantu temannya menyelesaikan soal yang diberikan oleh gurunya, dan tak lupa juga menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim. Hari yang panjang bagi Dyah. Baginya hari ini yang lelah itu akan terbayar baik di masa yang akan datang. Ia cukup berambisi awalnya untuk bisa dapat nilai yang baik di setiap pelajarannya.

Namun, pada setiap malam harinya. Ia selalu berpikir kembali bahwa ia melakukannya agar dirinya dapat melupakan sesuatu hal yang dulu sempat mengganggunya. Ia berharap dengan belajar yang baik, berteman dengan lingkungan yang baru itu akan membuatnya lebih baik kedepannya. Ia selalu ingat dengan perkataan sahabat SMP nya, "Bisa-bisa nanti lu keluar darisana jadi ustadzah yah". Selalu terngiang perkataannya itu di telinganya. Ia masuk di sekolah itu sebenarnya tidak mengira akan menjadi seorang ustadzah atau bukan. Tetapi ia berharap, semoga bayangan gelap yang sempat selama 3 tahun menghantuinya dan selalu bertubi-tubi ia rasakan ketika masa remajanya itu berhenti dengan perlahan. Walau tak bisa hilang dalam semalam, semua yang ia rasakan setidaknya akan sedikit demi sedikit terlupakan.

Beberapa minggu kemudian-

-Mading sekolah-

[Pemilihan Ketua OSIS & Wakil Ketua OSIS 2017/2018]

Kandidat 1 => Rey - Gita

Kandidat 2 => Firda - Devan

Kandidat 3 => Bimo - Dyah

Dyah masuk kandidat ke-3 dengan pasangan yaitu kakak kelasnya, Bimo. Ia tak cukup kenal awalnya, tapi sejak dipilih untuk menjadi rekan dan pasangan calon ketua dan wakil ketua OSIS jadi akhirnya mereka saling mengenal. Awalnya Dyah tak dapat percaya dengan kakak kelasnya yang akan dicalonkan menjadi ketua OSIS itu, karena kesan pertama yang ia dapatkan itu jauh dari kata yang ia harapkan. Dyah cukup sulit awalnya untuk bagaimana mereka mengatur strateginya agar dapat terpilih. Namun akhirnya Bimo menemui Dyah dan memulai untuk mendiskusikannya.

Sehari-dua hari mereka bertukar pikiran bersama. Merancang visi-misi bersama agar dapat terpilih nantinya. Dyah pun baru menyadari bahwa sebenarnya Bimo sudah memiliki pacar yaitu kakak kelasnya Bimo. Yang berarti 2 tahun diatasnya Dyah. Pantas saja, setiap mereka berdua berbincang di tangga sekolah maupun di depan koridor kelas Dyah itu pacar nya selalu saja lewat untuk mengawasi. Maka mulai dari itu Dyah sedikit menjaga jarak dengan Bimo agar tidak terjadi kesalahpahaman.

-2 Hari Sebelum Pemilihan-

Sebelum diadakannya pemilihan, pihak panitia mengadakan waktu terpisah untuk para kandidat dapat menyuarakan visi-misi nya yang telah disiapkan. Dan dimulai dari kandidat pertama. Tak lama kemudian setelah para kandidat selesai membacakan visi-misinya, panitia menyediakan waktu untuk para siswa-i lainnya dan para guru untuk bertanya kepada para kandidatnya. Bimo dan Dyah dapat menjawabnya dengan tegas dan berani, walau Dyah selalu saja merasa diperhatikan seakan banyak yang tidak suka dengannya apalagi pacarnya Bimo yang sedari tadi melihat ke arahnya dan Bimo.

"Kak Bim, pacarnya ngeliatin gw mulu tuh. Serem." bisiknya Dyah sambil melihat kakak kelas yang sekaligus pacarnya Bimo.

Bimo melihatnya dan tersenyum melihat pacarnya sambil berkata tanpa melirik ke Dyah, "Gak serem elah, penakut amat sama cewek gue".

Bukannya takut. Tapi Dyah merasa terganggu dengan tatapannya yang seakan banyak sekali orang yang memperhatikan ketidak sukaannya pada dia. Apalagi Dyah sangat begitu berambisi lagi saat itu. Seakan ia ingin menjadi lebih baik dari sebelumnya di SMP, walau ia bukan orang yang penting saat di OSIS SMP. Namun ia melihat temannya yang terpilih dan sangat bertanggungjawab atas apa yang dilakukannya hingga teman-teman yang lain bahkan kakak kelasnya pun menghargai segala usahanya. Ia termotivasi dan ingin bisa melakukan lebih dari temannya itu, setidaknya dia bisa meemberikan pendapat agar sekolahnya ini bisa lebih baik kedepannya.

-Hari Pemilihan-

Para kandidat telah bersiap untuk menyaksikan sendiri proses pemilihannya di lapangan futsal. Hingga tiba saatnya untuk mereka menghitung hasil suara yang didapat dalam pemilihan OSIS tahun 2017/2018. Kandidat 1 dan kandidat 3 hanya berselisih 2 suara dan sampai akhirnya panitia mengumumkan siapa yang terpilih.

"SELAMAT UNTUK KANDIDAT 3, BIMO DAN DYAH!!!!", suara yang lantang terdengar seakan kemenangan bagi mereka berdua dan para pendukungnya. Banyak ucapan selamat yang diberikan kepada mereka berdua. Dan tiba-tiba saja ada hal yang tidak sempat mereka duga akan terjadi.

Byuurrrrrr~~~

Memulai cerita baru di lingkungan yang baru dan banyak pengalaman baru yang aku lewati. Ini adalah Halaman Baru ku.

[To be continued]

-

Instagram : @yenty9_