Chereads / [TRUE LIFE STORY] - Vol. 1 / Chapter 2 - BERBEDA

Chapter 2 - BERBEDA

Byuurrrrrr~~~

Air yang diguyur kepada Bimo dan Dyah kini telah membasahi seluruh tubuh mereka. Pantas saja, ternyata semuanya itu sudah direncanakan oleh para panitia untuk ucapan selamat bagi pemenangnya.

Bimo terlihat baik-baik saja, tapi Dyah yang benar-benar terlihat basah pun segera berusaha menutupi tubuhnya. Baju sekolahnya yang terlihat tipis dapat terlihat jelas jika terkena air. Maka dari itu tak lama acara dibubarkan pun, Dyah bergegas ke kelasnya dan meminjam jaket milik teman sekelasnya. Beruntungnya ia diperbolehkan untuk meminjamnya satu hari.

Sesampainya dirumah, tak lupa juga banyak ucapan yang ia terima lewat whatsapp-nya. Dyah juga menyampaikan kepada mama-nya atas keberhasilan tersebut. Walau ia tau tanggapannya tidak akan se-antusias yang ia harapkan.

Sambil duduk di kamarnya, Dyah memainkan ponselnya. Tak lama pun ada notifikasi baru dari nomor Bimo.

Kak Bimo

Assalamualaikum dyah.

Dyah

Waalaikumsalam kak

ada apa?

Kak Bimo

Bikin grup OSIS donk

Lu yg bikinin ya

Dyah

Kirain apaan kak

Yaudah iya

-Dyah membuat grup-

-Dyah menjadikan Kak Bimo Admin-

OSIS Madania [2017/2018]

Dyah

Assalamualaikum..

Kak Bimo

Waalaikumsalam

Kak Rey

Waalaikumsalam

Dyah

Udah dibuatin grup ya kak

sisanya kakak yang tuntun @Kak Bimo

Kak Bimo

Iya dyah, makasih

Jadi temen-temen, ini dibuatin grup buat OSIS tahun ini ya. Semoga bisa diskusi disini dan bisa kerjasama dengan baik kedepannya🙏

Gita

Waalaikumsalam.. Iya kak

Kak Firda

Waalaikumsalam.. Iya siap Bim, rapat lagi kapan?

Kak Rey

Bim, masukin Pak Hadi ke grup

Kak Bimo menambahkan Pak Hadi

Pak Hadi

Assalamualaikum.. Selamat buat Bimo dan Dyah sekali lagi. Semoga kedepannya OSIS kita bisa lebih baik lagi. Untuk rapat berikutnya temui bapak di ruang aula sepulang sekolah, terimakasih.

Dyah

Waalaikumsalam pak.

Rapat berikutnya bahas apa ya pak?

Pak Hadi

Tentang susunan organisasi dan proker kita untuk satu tahun kedepan ya

Percakapan berakhir dan Dyah segera mematikan ponselnya untuk bergegas tidur.

-Keesokan harinya-

Dyah dan teman-temannya sedang berkumpul di pinggir lapangan futsal. Sambil memperhatikan yang sedang bermain futsal, mereka pun sambil berbincang. Awalnya Dyah yang memulai percakapan tentang acara apa yang temannya inginkan ada di sekolah.

"Eh kalian di sekolah ini paling minat ke ekskul apaan? Terus kira-kira ada pendapat gak buat adain acara apa di sekolah?" ucap Dyah kepada teman-temannya.

"Hmm.. kalo gw tertarik buat ke paskibra sih, soalnya pas SMP juga gw ngambil ekskul itu" ucap temannya yang bernama Helen.

"Kalo gw kayanya lebih ke marawis deh.. Apalagi kalo udah ada hadroh, mau dah gw kalo emang ada hadroh nya" ucap temannya yang lain yang bernama Friska.

"Kalo buat acara gitu? Kira-kira apaan?" Tanyanya Dyah kepada teman-temannya.

"Kali kayak pensi, acara-acara besar Islam atau Nasional dyah.." jawab teman yang satu lagi yaitu Tya.

"Hmm gitu.. Makasih pendapatnya yaa.. Ntar mau ada rapat soalnya, kan jadinya gw tau gitu apa yang kira-kira paling dinantiin sama anak-anak hehe" jawab Dyah sambil nyengir.

Mereka pun melanjutkan mengobrolnya ke topik yang lain sambil menghabiskan jajanan mereka. Tak lama kemudian, bel istirahat selesai pun berbunyi.

Ding Dong Ding Dong

-Beberapa minggu kemudian-

Dyah tetap melanjutkan hari-harinya. Hari terasa agak sibuk akhir-akhir ini bagi Dyah. Karena selain untuk mengurus tugas dikelasnya, ia pun harus bisa membagi waktu untuk membantu mengurus kegiatan organisasinya. Setiap kali ia selalu dipanggil oleh pembina OSIS untuk bisa mengatur siswa yang lainnya. Karena Bimo semakin hari semakin membuatnya lelah setiap saat. Bimo yang menjabat sebagai ketua tapi justru Dyah yang selalu menonjol untuk melakukan tugasnya.

Sempat geram. Dyah tetap tidak bisa berkata apa-apa karena Bimo sempat juga meminta maaf kepadanya. Bimo cukup sibuk dengan bisnis dan juga mempersiapkan untuk kenaikan kelasnya ke kelas 12. Ditambah Bimo juga harus membagi waktunya agar bisa menghabiskan hari bersama pacarnya itu. Oleh karena itu, Dyah dibantu dengan teman-teman organisasinya pun akhirnya dapat lebih mudah untuk menyelesaikan tugas.

Saat di rumah, Dyah yang sudah terlihat lesu pun harus bisa terlihat baik-baik saja di depan keluarganya. Tapi tetap saja, Dyah tidak bisa menutupi suasan hatinya. Hari nya yang cukup melelahkan di sekolah, mengurus OSIS, mengikuti ekskul paskibra dan sesampai rumah pun ia terpaksa untuk telat. Namun ia harus mendengar teguran atau sindiran di dalam rumahnya.

"Jam berapa ini Dyah.. Sore banget pulangnya! Si Nayla tadi pulangnya udah duluan deh. Kemana aja kamu?!"

Ya, ucapan pertama yang ia dengar saat baru saja memasuki rumahnya. Dyah langsung masuk kedalam kamarnya setelah mengucapkan salam dan menahan emosinya setelah mendengar ucapan dari mama nya sendiri. Ia tau bahwa mama nya itu khawatir dengannya, karena mama nya mungkin belum terbiasa melihat Dyah pulang terlalu sore. Walaupun Dyah sudah memberitahu mama nya bahwa ia menjabat peran dalam OSIS di sekolahnya dan juga mengikuti ekskul yang dulu sempat ia tunda selama di SMP. Namun tetap saja mama nya entah itu lupa ataupun belum menerima anaknya mulai disibukkan dengan organisasi di sekolahnya.

Tapi bukan berarti menjadi alasan untuk Dyah berhenti disitu saja. Ia tetap akan berusaha dengan apa yang ia lakukan saat ini. Dyah segera membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya menjadi pakaian rumahan. Lalu setelah itu ia mengisi kembali perutnya dengan makanan yang telah disiapkan oleh mamanya. Tak heran, walau sering berbeda pendapat tapi Dyah dengan mamanya tak perlu waktu lama untuk saling diam. Karena mereka ibu dan anak. Dyah juga sebagai anak, tidak boleh mendiami orangtuanya sendiri dalam waktu yang lama juga kan.

Setelah mengisi perutnya dengan makanan yang lezat buatan mamanya, Dyah melanjutkan aktivitasnya didalam kamar. Entah itu mengerjakan tugas, membaca wattpad, mendengarkan lagu, menonton drama korea atau hanya sekedar scrool sosial media nya saja. Kamarnya selalu menjadi tempat akhir dan tempat ternyamannya untuk beristirahat. Terkadang kamarnya terlihat rapi, tapi terkadang juga terlihat berantakan. Namun Dyah selalu menyempatkan diri untuk merapikannya kembali agar terlihat rapi lagi. Dia terdiam sebentar. Seperti memikirkan sesuatu.

Dyah memikirkan tentang beberapa keluhan di sekolah yang terdengar ke telinganya.

'Dyah tolong kondisiin itu anak-anak kalau pagi suka datang terlambat-'

'Tolong juga itu perhatiin belakang sekolah suka dijadiin tempat pelarian pas lagi pramuka-'

'Aduuhhh.. Ibu pusing sama temen-temen mu itu dyah, tolong ya kamu panggilin mereka biar pada kesini'

'Dyah, kamu kan wakil ketua OSIS. Coba ajak yang lainnya biar bisa sesuaiin pakaiannya yang rapih ya.. Bapak minta tolong.'

Seakan ucapan-ucapan tadi kembali ia dengar dengan langsung. Padahal ucapan itu tidak terdengar di waktu yang sama. Dyah padahal tau kalau itu semua tidak bisa ia tangani sendiri. Tapi Dyah juga tidak dapat menolaknya. Karena tanggung jawabnya yang selalu ia ingat. Oleh karena itu, ia sempat bertanya-tanya kepada temannya yang lain dari sekolah yang lain juga. Dyah menanyakan bagaimana sistem di sekolah sana dan ia berharap semoga saja ia bisa menyesuaikannya di sekolahnya.

Tak perlu waktu yang lama. Setelah ia berbincang dengan temannya, Dyah mendapatkan sedikit inspirasi untuk bisa mengatur teman-teman di sekolahnya supaya lebih baik. Dyah pun merekomendasikannya kepada Bimo. Walau terlihat sulit, namun Bimo juga tidak menolak pendapatnya Dyah.

-Keesokan harinya-

"Dyah.. Dipanggil Kak Rey tuh di depan" ucap Friska.

Dyah yang sedang sibuk melanjutkan tugasnya pun akhirnya menghentikannya terlebih dulu. Lalu Rey, Bimo dan Dyah pun berkumpul di bawah tangga.

"Coba Dyah jelasin yang semalem lu bilang ke gw sekali lagi" ucap Bimo.

"Jadi kak, kan kita tau ya banyak banget akhir-akhir ini tuh anak-anak  pada susah dibilanginnya. Terus juga banyak guru yang ngeluh kalo kinerja kita tuh turun banget. Apalagi lu Kak Bim, telat mulu dateng ke sekolahnya.-"  ucap Dyah dengan tatapan sebal ke arah Bimo yang hanya membalas cengiran kuda saja.

"-Nah jadi gw punya rekomen gitu kak, anak dari sekolah Wirdasana tuh ngatur anak-anak muridnya pake cara buku penilaian gitu selama 3 tahun. Siapa tau kan kita bisa ngasih rekomen itu ke Pak Hadi."  lanjutnya dan ditanggapi serius oleh kedua kakak kelasnya itu dengan seksama.

Namun ada raut kurang setuju yang terlihat dari wajahnya Rey. Ia setuju dengan pendapatnya, tapi Rey merasa hal seperti itu tidak mudah dilakukan di sekolah ini.

Lalu Rey berkata, "Kayanya kalau pake cara itu kita gak akan bisa deh dyah. Secara kan kita tau gimana susahnya buat sampe ke yayasan. Belum lagi anak-anaknya susah juga kalau diajak kerjasama. Bayar uang kas OSIS aja buktinya masih suka susah kan dipintain?" pendapat Rey.

'Iya sih.' batin Dyah.

"Terus jadinya gimana kak?" ucap Dyah bertanya kepada seniornya itu.

"Ntar deh coba kita rapatin lagi barengan besok sore" ucap Bimo kepada Dyah dan Rey. Bimo sudah terlihat sedikit gusar. Dyah tau apa penyebabnya. Pacarnya. Dan benar saja, mereka janjian untuk bertemu di kelas atas yang masih diperbaiki.

Dyah kembali ke kelasnya. Melanjutkan kembali segala macam tugasnya. Diselingi juga dengan canda tawa bersama teman-temannya. Sesulit apapun Dyah menyelesaikan organisasinya di sekolah, tapi Dyah tetap menjadi Dyah yang periang saat bersama teman-temannya terutama dengan teman sebangkunya yaitu Helen.

Semua hal yang sudah dicoba, tidak akan selalu juga berjalan dengan lancar. Karena semuanya, Berbeda.

[To be continued]

-

Instagram : @yenty9_