"Davin! Tungguin!"
Davin berhenti berjalan dan membalikkan badannya, menunggu Natasha yang sedang berjalan kearahnya.
"Gue istirahat sama The King, ya." Izin Natasha begitu sampai disamping Davin.
Dahi Davin mengerut. "Lo tahu The King?" tanyanya bingung.
Natasha mengangguk. "Tadi gua cari kelas sama Kenan terus dia cerita tentang The King sama diajak istirahat bareng". Davin mengangguk paham.
Keduanya berjalan kekantin. Tak ada yang membuka suara untuk memulai sebuah pembicaraan. Natasha sibuk memperhatikan seluk beluk sekolah barunya. Sementara Davin berjalan tenang, seperti biasa.
"Hoi! Diem-diem bae."
Natasha dan Davin menoleh ke Kenan yang bersender didepan pintu gudang. Alisnya bergerak naik-turun. Kemudian, melangkah mendekat ke Natasha dan Davin.
"Kenan!" pekik Natasha.
Kenan tersenyum membalas sapaan semangat Natasha. Tubuhnya menyelip keantara dua temannya dan merangkul bahu mereka. "Yuk kantin." Ajaknya.
"Eh, itu si anak barukan?"
"Kok bisa sama Kenan, Davin?"
"Gila anjir dirangkul."
"Katanya dia pindah karena di-do"
"Serius? Anak bandel dong?"
Kenan dan Davin kompak melirik Natasha yang berjalan santai, seakan tak mendengar suara apapun.
Natasha melirik kedua cowo disampingnya, kemudian tersenyum kecil. Tangannya ia sedekapkan didepan dada.
"Heran, masih aja ada yang ngomongin orang dibelakang." Sindir Natasha, membuat beberapa siswi yang sibuk membicarakannya menjadi mengatup mulutnya rapat. "Padahal kalo lo pada kepo sama hidup gue bisa tanya langsung." Sentak Natasha.
Ia melihat tajam gerombolan perempuan-perempuan gossip tadi. "Jangan ngegosip. Banyak-banyakin dosa."
"Wohooo," seru Kenan tertawa disetai tepuk tangan heboh. Sementara Davin menatap takjub dengan keberanian teman sebangkunya itu.
Mereka kembali berjalan menuju kantin dan duduk dimeja pojok kanan yang sudah diisi oleh lima siswa lain yang tak Natasha kenal.
"Lama bener, bos." Ujar salah satu dari mereka. Matanya sipit, kulitnya putih bersih.
"Siapa nih?" Tanya seseorang dengan kulit manis saat melihat Natasha.
"Natasha Seoyeon, panggil aja Natasha. Gua anak baru, sekelas sama Davin." Natasha memperkenalkan diri.
"Kenalin, Dirga Alfiansyah. Panggil aja sayang." Celutuk lelaki hitam manis tadi dan dihadiahi tepukan keras dari cowo disampingnya.
"Sorry, rada-rada dia mah." Ujarnya sambil tersenyum, membuat kedua matanya menghilang. "Nama gue Ghifari Alamsyah. Panggil aj—"
"Dedek." Potong Kenan heboh sambil menguyel-uyel pipi Ghifari yang langsung ditepis oleh sang pemilik.
"Kok dedek?" tanya Natasha bingung.
Kenan menunjuk Ghifari dan cowo sipit yang pertama kali menyapa. "Mereka berdua, adek kelas." Ujarnya. "Masih bocil."
Natasha ber-oh ria. "Yang lain siapa?" Tanyanya penasaran.
"Samudra, kak."
"Rifky."
"Gua Reza."
Natasha mengangguk dan menggulang nama yang sedaritadi ia kenal agar hafal. "Anyway, gua istirahat bareng kalian boleh?"
"Santai, kakaaaak. Lo cantik jadi boleh istirahat bareng." Goda Samudra diakhiri dengan tawa yang cukup melengking.
"Dih bocah ngegombal lo." seru Dirga lalu melihat Natasha. "Sha, lo tau gak perbedaan lo sama angka Sembilan?"
"Samanya lo." Balas Rifky sinis.
Natasha berpikir sebentar kemudian menggeleng. "Apatuh?"
"Angka sembilan nine, kalo lo mine. Ahayidee!" seru Dirga yang berhasil disoraki oleh yang lain.
"Cewe gua ini jangan macem-macem lo pada." Omel Kenan sambil merangkul Natasha. Yang dirangkul hanya tertawa, merasa cocok berteman dengan tujuh lelaki disekelilingnya.
"DAVIIN!"
Teriakan dari seseorang membuat tawa The King dan Natasha terhenti. Davin dan yang lain kompak mengerutu malas. Sedangkan, Natasha menatap bingung. Tak mengerti.
"Ck, Davin kamu kemana aja sih? Aku cariin juga." Tangan Ratu melingkar dilengan kanan Davin.
"Ngapain sih, lo?" tanya Davin dingin sambil mencoba melepas tangan Ratu.
Ratu memanyunkan bibirnya. "Kan mau istirahat bareng."
"Siapa juga yang mau." Davin bergidik geli.
Ratu semakin memajukan bibirnya. Membuatnya terlihat seperti seekor bebek.
"Pacar lo, Vin?" tanya Natasha. Sebenarnya ia yakin bahwa perempuan ini bukan pacar teman barunya, dilihat dari reaksi Davin dan lainnya yang sudah sangat jelas. Kalau prasangkanya tidak salah, perempuan ini pasti menyukai Davin tetapi bertepuk sebelah tangan.
Perhatian Ratu teralih. Ia menatap Natasha dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Lo siapa? Ngapain disini?" tanya Ratu sinis.
"Natasha Soeyeon. Disini karena Kenan ngajak gua istirahat bareng." Jawab Natasha tenang.
Mata Ratu teralih ke Kenan. "KENAN! Kok lo gitu sih ke gue?" rengek Ratu yang membuat Natasha mengulum bibirnya.
"Hah?" Kenan bingung tak mengerti apa-apa.
Tangan Ratu terangkat menunjuk Natasha. "Dia lo ajak istirahat bareng, sementara gue, lo usir." Ucap Ratu tak terima.
Tawa Kenan meledak. "Yaiyalah, ngapain juga gua ajak lo istirahat bareng." Jawab Kenan. "Males amat."
Ratu berdecak kesal. Kini, ia menatap Davin. Berharap mendapat perbelaan.
Tangan Davin melepas rangkulan tangan Ratu dengan cepat, kemudian menatapnya tajam. "Pergi lo." Usirnya.
"Gamau! Mau istirahat disini!" bantah Ratu.
The King kompak menggeleng. "Gaada gaada, pergi lo."
Ratu menggeleng. "Gak."
"Lo pergi atau gua seret?" Dirga menawarkan Ratu dengan alis yang diangkat dan mata kanan yang berkedip manja.
"Iya, gua pergi. Lo gausah sentuh-sentuh gue." Kalah Ratu kemudian meninggalkan meja kantin itu.
Ghifari menggeleng, menatap kepergian Ratu. "Ada aja orang kayak gitu."
Natasha memajukan badannya. "Siapa, sih?" tanyanya penasaran.
"Ratu Eunbinna. Demen Davin dia." Jawab Rifky.
Natasha mengangguk paham dan memuji dirinya dalam hati karena prasangkanya benar.
Samudra berdiri, hendak membelikan makanan. "Gua pesen makan ya, sama semua kayak biasakan?"
Semua mengangguk, terkecuali Natasha.
Natasha mengedarkan tatapannya keseluruh penjuru kantin. Menatap segala kegiatan yang sebenarnya tak jauh berbeda dengan sekolah lamanya atau sekolah lainnya. Ada yang sibuk memesan dan menyelak antrean, ada yang berbicara dengan temannya dengan heboh, ada yang memakan makanannya dengan tenang, ada yang hanya duduk memenuhi tempat dan ada juga yang sedang bermesraan dimeja kantin.
Mata Natasha terdiam di satu meja yang tak begitu jauh jaraknya dari mereka. "Itu bukannya Baster? Kok Ratu disitu?" Tanya Natasha. Jangan lupa, tadi pagi ia melihat Baster saat sedang mencari kelas jadi tau walau tidak kenal satupun.
"Ratu emang temenan sama Baster." Jawab Dirga. "Heran kok bisa temenan sama dia."
"Lah wajar Dir, namanya juga setipe." Saut Kenan. Keduanya tertawa. Reza hanya menggeleng melihat dua temannya yang kalau sudah urusan mengejek akan bersatu.
"Katanya Baster sama lo pada musuhan, kok bisa Ratu suka sama Davin?" Natasha tidak mengerti.
"Itu salah satu alasan angkatan Baster sekarang gasuka sama kita." Jawab Kenan setelah menyelesaikan tawanya. "Ya abis gimana juga, Davinkan pangeran sekolah wajar aja Ratu suka." lanjutnya sambil mencolek dagu Davin, menggoda.
"Iyasih, Davin ganteng banget ampe gua juga suka." Seru Dirga ikut menggoda.
Davin yang digoda hanya menampilkan wajah tenang sambil berusaha menghindar.
"Loh, katanya kamu cuma suka aku?" Reza menatap Dirga kesal.
Dirga menepuk dahinya dan menatap Reza dramantis. "Maaf ya sayang, aku lupa ada kamu."
Natasha pikir Reza cukup berbeda, ternyata sama saja.
Rifky menutup telinganya. "Geli woi lo berdua homo."
"Mas Rifky jangan cemburu gitu dong!" sahut Kenan. "Kan kamu sama aku."
"Gaada ya, sialan, kuping gueee." Teriak Rifky geli.
Davin, Ghifari dan Natasha tertawa melihat tingkah bodoh teman mereka.
Mata Natasha kembali melihat meja Baster. Kalau dilihat, hebohnya meja itu tak berbeda jauh dengan meja yang Natasha tempati. Sama-sama berisik. Ada yang saling pukul dengan botol kosong, ada juga yang memukul meja untuk menambah kehebohan tawanya. Dari berisiknya mereka, hanya ada satu cowo yang makan dengan tenang, tak memperdulikan yang lain.
Lelaki itu sama dengan lelaki yang menarik perhatian Natasha saat di kantin tadi pagi. Mata Natasha menyipit, memfokuskan tatapannya meneliti wajah lelaki yang ia rasa familiar.
"Lo liatin Pangeran?"
Jantung Natasha terasa berhenti berdetak mendengar pertanyaan Reza. Ia menoleh kearah Reza dan menatapnya serius. "Siapa? Pangeran?"
Reza mengangguk. Dagunya menunjuk laki-laki yang sedaritadi ditatap intens oleh Natasha. "Dia Pangeran, ketua Baster." Jelas Reza kemudian.
Perkataan Reza membuat Natasha terdiam. Jantungnya kini berdegup cepat, tangannya juga muai basah karena merasa gelisah. Ia memberanikan diri menatap Pangeran lagi.
Merasa aneh, semuanya berfokus menatap Natasha. "Kenapa? Lo kenal dia?"
Natasha memejamkan matanya sesaat. Memastikan ingatannya tentang nama dan laki-laki itu benar. Beberapa memori tergiang di kepalanya membuatnya jantungnya makin berdegup dan membuka mata. Ia melihat serius ke Reza.
"Namanya Pangeran?" tanya Natasha pelan. Nada suaranya berubah menjadi sedikit bergetar tanpa ia sadari.
"Iya. Namanya Pangeran." Jawab Rifky yang ikut tertarik. "Kenapa dah?"
"Pangeran Adiwijaya?" tanya Natasha sekali lagi. Jantungnya berdebar jauh lebih hebat dari sebelumnya menanti jawaban. Satu persatu keringat dingin mulai berjatuhan tanpa ia kendalikan.
Yang lain menatap Natasha bingung. Ghifari mengambil tisu dimeja dan menyodorkannya ke Natasha. "Lo kenal?" Tanya Davin.
"Mantan lo ya? Kek orang ketakutan lo, biasanya Rifky kini kalo ketemu mantan." Tebakan Dirga dihadiahi tepukan keras oleh Rifky.
"Lah bukannya Pangeran ga pernah pacaran?" bingung Kenan menyahut tebakan Dirga.
"Beneran mantan lo?" Tanya Reza.
Natasha menggeleng pelan. "Namanya Pangeran Adiwijaya?" Natasha mengulang pertanyaannya.
Kenan menggeleng. "Bukan. Namanya, Pangeran Hakama."
Natasha menghembuskan nafas dan mengangguk kecil mendengar jawaban itu. Walau entah kenapa ia merasa ada perasaan aneh yang muncul dibenaknya.
"Kenapa sih? Cerita-cerita dong." Dirga memajukan badannya penasaran.
"Gaada apa-apaan." Jawab Natasha mulai mengendalikan dirinya. "Salah orang kayaknya."
"Beneran bukan mantannya, kan?"