Sudah satu setengah jam Eugene memandangi langit-langit kamar berwarna putih bersih. Meski raganya berdiam disini, namun pikirannya menerawang jauh. Sekembalinya dari rumah Michelle, ia menjadi lebih tidak tenang. Bukan karena merindu, kalau itu sih sudah jelas tak bisa terobati. Percakapan terakhirnya dengan gadis itu cukup menyita pikiran Eugene.
"Jadi benar, wanita itu ibu Michelle ?" gumam Eugene kembali teringat akan penjelasan Michelle. "Sepertinya tidak asing, aku pernah melihatnya tapi di mana yah ?" Ia mengutuk otak cerdasnya yang mungkin telah karatan. Mengingat rumus saja ia bisa, kenapa sulit sekali mengingat wajah seseorang.
Yah, ini karena hampir seluruh isi pikiran Eugene sudah penuh oleh wajah Michelle.
'Kruyuuk~'
Terlalu banyak berpikir membuat perut Eugene jadi kosong. Dua potong roti gandum dengan selai kacang mungkin bisa mengganjal rasa laparnya. Pemuda tinggi itu bangkit dari ranjang dan berjalan malas untuk turun ke dapur.