Asap putih menguar keluar yang asalnya dari hembusan nafas sosok pemuda tinggi. Ia menyusuri jalanan sepi sendirian. Tanpa seseorang menemaninya, tanpa tangan yang menggandengnya. Miris sekali.
Tapi apa boleh buat. Ia sendiri yang sepakat untuk tak begitu mengekang gadis yang menjadi pasangannya saat ini. Mau tak mau ada saat dimana ia harus selalu mengalah dan pergi. Satu hal yang membuatnya yakin adalah hati Michelle kini miliknya. Bagaimana gadis itu menatapnya sudah menjawab semua kegelisahan Eugene selama ini.
Tak ada yang perlu dicemaskan lagi, toh Michelle hanya berkunjung ke rumah Casey. Bukan ke sembarang tempat.
"Kau tak boleh egois Eugene.." gumamnya mengingatkan ketika timbul benih benih rasa iri dan tak puas hati. Ia harus membiasakan diri agar tak protektif pada gadis itu.