Kriiiing kriiiing
Gadis berambut sebahu itu sedikit terusik dalam tidur nyenyak nya. Ia mengambil bantal untuk menutupi telinganya. Namun hanya bertahan sementara. Karena yang terjadi kemudian seseorang tengah merebut paksa bantal dan selimutnya. Suara melengking kemudian menyambutnya. Membangunkan dia dari mimpi indahnya.
"ASTAGA EUGENE KAU INGIN TERLAMBAT ?!" Omel seorang wanita paruh baya yang masih terlihat muda walau umurnya sudah menginjak kepala 3.
Lily Ahn -ibunda tercinta Eugene- yang sifatnya bertolak belakang dengan parasnya yang bagai malaikat. Mungkin saja sebuah tanduk tak kasat mata telah muncul di atas kepalanya.
Eugene masih bergelung diatas kasur. Membuat Ibunya menarik napas dan berteriak tepat diwajah anak semata wayangnya.
"EUGENE BANGUUUUN !!!"
Eugene terperanjat. Teriakan ibunya berhasil membuatnya bangun seketika. Ia pikir ketika dirinya telah menjadi perempuan, ibunya juga akan berubah. Menjadi lebih lembut mungkin. Tapi semua tak ada yang berubah. Inilah kebiasaan pagi Eugene. Mungkin setelah ini ia harus memeriksa gendang telinganya yang mungkin saja rusak akibat teriakan ibunya.
Eugene yang telah berpakaian rapi. Berjalan kearah ruang makan, dengan rok yang selalu ia tarik kebawah. Ia tetap saja tak terbiasa dengan pakaian perempuan. Walaupun ia masih berada didalam rumahnya sendiri.
Terlihat ayahnya -David Ahn- tengah menyesap kopi dan membaca buku kedokteran. Mungkin otak cemerlangnya itu diturunkan dari sang ayah. Dan paras sempurna dari ibunya. Mengingat Lily sering bercerita bahwa dirinya adalah primadona sekolah yang di puja oleh para pria. Eugene sedikit menyayangkan hal itu, jika saja ia tak menjadi siswa populer dan digilai oleh gadis-gadis di sekolahnya, mungkin saja kecelakaan itu tak akan terjadi. Kehidupannya tak mungkin serumit ini.
Ya.. sikap mu saja yang arogan dan malah mempermainkan wanita Eugene. Tak ada yang tahu kan, ini pertanda baik atau buruk. Apalagi kemarin ia malah bertemu dengan gadis yang tak menyukai lelaki. Sungguh menarik.
"Papa belum berangkat ?" Ucap Eugene disela-sela acara sarapannya.
"Belum ada panggilan penting, papa akan berangkat lebih siang" jawab David ia lalu beralih memakan masakan sang istri.
"Sayang kau masak banyak sekali brokoli" keluh David menatap sayuran hijau yang menumpuk di piringnya.
"Makan saja dasar cerewet" Lily menatap tajam David yang langsung membuat nyali sang suami menciut.
Eugene menahan tawanya melihat ayahnya sedang kena Omelan. Ia menyendok makanan didepannya.
Matanya membulat sempurna dan ia langsung melepehkan makanan itu.
"Mama, aku kan tidak suka udang"
Eugene turun dari bus yang telah mengantarkannya ke sekolah. Sedikit berhati-hati ia berjalan. Tak ingin jika terpeleset dan malah jatuh ke dalam genangan air yang memenuhi terotoar yang berlubang. Pantas saja udara pagi ini terasa lebih dingin ternyata hujan telah turun saat dini hari tadi.
Eugene sudah berhati-hati kok. Sungguh. Tapi itu tak bisa membuat Dewi Fortuna berbaik hati padanya. Sebuah mobil sport merah melintas dengan cepat di sebelahnya.
Byuuur
Eugene terguyur. Rok putihnya basah dan kotor. Ia menatap tajam mobil yang telah berhenti tak jauh didepannya. Eugene sudah berapi-api. Ia sangat marah, kesal, meledak, dan sebangsanya.
"HEH BANGSAT KELUAR KAU !!" Eugene dengan beringas mengetuk —ralat, menggedor kaca pintu mobil.
Pintu mobil terbuka dan keluarlah seorang pria dengan jas dan juga kacamata hitam. Badannya yang tinggi besar membuat nyali Eugene sedikit menciut. Iya, hanya sedikit. Dirinya tak salah kok. Walau berteriak dan menggedor kaca mobil orang itu bukan hal yang patut ditiru.
"Everything is okay Mr. Andrew ?" Terdengar suara seorang gadis dari dalam mobil. Dari bahasanya dapat Eugene simpulkan dia bukan berasal dari negara ini.
"it's okay Miss Casey.." Pria berjas didepan Eugene menjawab suara gadis itu.
"Apanya yang tidak apa-apa ?! Kau tidak lihat rok ku jadi kotor hah ?" Sembur Eugene pada sang pengawal yang masih setia dengan wajah datarnya.
"Pergi atau ku tendang dari sini"
Eugene menggigit bibir bawahnya geram. Jika saja ia masih lelaki mungkin ia tak akan menciut hanya untuk mendaratkan pukulan pada wajah pria didepannya.
Ceklek
Pintu mobil terbuka dan keluarlah seorang gadis berambut ikal keemasan. Auranya seperti seorang tuan putri dari sebuah kerajaan. Eugene belum pernah melihatnya sama sekali. Murid baru kah ?
"Andrew enough, are you all right?
I have a change of clothes. Wear this and forgive him
see you later"
Suaranya saja terdengar sangat nyaman di telinga. Eugene hanya bisa mengangguk sembari menerima sebuah rok cadangan dari gadis itu. Siapa namanya ? Casey ?
Eugene bertaruh. Pasti sebentar lagi Casey akan menjadi target incaran rivalnya, Aiden Lee.
Ah tapi apa peduli nya. Yang terpenting adalah mengganti roknya yang telah tak berbentuk lagi.
"Yaw.."
"Eh copot copot"
Entah kenapa Eugene jadi gampang terkejut. Atau mungkin karena tadi sedang memikirkan gadis bernama Casey yang bahkan harum tubuhnya masih dapat Eugene cium walaupun orangnya telah pergi. Bau orang kaya. Eugene jelas menduga Casey bukan orang kaya biasa. Eugene juga bukan orang biasa saja asal kalian tahu. Tapi aura putri raja menguar kuat dari Casey. Dari sikap bicaranya saja sudah terlihat dari kalangan mana ia di besarkan.
Eugene mendengus sebal berniat ingin menggeplak orang yang dengan kurang ajar membuatnya terkena serangan jantung.
Namun bukannya serangan jantung yang tidak baik. Ini lebih seperti detak jantung berpacu yang menggembirakan. Saat mendapati sang pelaku terkekeh kecil di sampingnya. Michelle yang biasanya menggerai rambutnya kini terlihat mengikat ponytail. Pemandangan yang sungguh tak menyehatkan untuk jantung.
Michelle melirik rok yang ada di pegangan eugene dan beralih pada rok gadis itu yang ternyata sangat kotor.
"Kau ternyata sangat rajin yah. Sampai-sampai membawa seragam cadangan"
"Tidak, ini milik seorang yang membuat rok ku kotor"
"Siapa ? vicky lagi yang cari gara-gara ?"
Michelle mengikuti langkah Eugene yang terlihat tengah memasukan rok digenggaman nya pada ransel nya.
"Bukan, sepertinya murid baru. Dia cantik, suaranya juga indah, dan dia berasal dari barat" Eugene tak berhenti mengoceh hingga menyadari keberadaan Michelle yang kini sudah berlalu mendahuluinya dengan langkah panjang yang sedikit cepat. "Hey.. tunggu"
Seperti biasa, Eugene menyenderkan kepalanya pada tangan yang bertumpu di meja. Matanya menerawang ke luar jendela dimana daun-daun sudah menguning dan bahkan banyak yang berjatuhan. Awal musim gugur dan semua terlihat berwarna sama, coklat kuning keemasan. Bibir tebal merahnya sedikit bergumam mengikuti alunan lagu yang terpasang di airpods pada kedua telinganya. Tak peduli guru telah masuk, Eugene hanya fokus pada pemandangan didepannya.
"Perhatian anak-anak.. kali ini kita kedatangan murid baru. Let's introduction yourself.."
Mata Eugene beralih dari pemandangan coklat kuning keemasan diluar sana pada sosok gadis berambut sinkron dengan pemandangan musim gugur. Rambut ikal keemasan yang nada suaranya saja terasa nyaman di telinga. Yang baru saja tadi pagi memberikan rok ganti padanya.
"Hello.. my name is Casey Kim. I was studying in Nottingham city. Senang berkenalan dengan kalian. Mohon bantuannya" Bahasa Korea yang seadanya namun tetap saja terdengar indah di telinga.
Pandangan mereka tak sengaja bertemu. Casey tersenyum lembut menatap gadis yang duduk di dekat jendela. Eugene jadi ikut menarik bibirnya. Membalas senyum menawan Casey.
"Silahkan duduk di baris ketiga deret ke empat disebelah sana. Okay perkenalan lebih lanjut kita lakukan saat istirahat. sekarang buka buka sejarah halaman 122"
Eugene melirik dari ujung matanya saat Casey telah mendudukan dirinya. Gadis itu menarik, tapi entah kenapa ada yang mengganjal di hati Eugene. Apa itu Eugene tak tahu pasti. Yang jelas dalam pikirannya ia harus cepat-cepat keluar saat bel istirahat berbunyi dan datang ke kelas Michelle.
Kenapa Michelle ?
entahlah. Yang terlintas di pikiran nya hanya gadis itu saja.
To be Continued