Felina saat ini akan menemui Vansa secepatnya karena dia benar-benar bersalah atas sikapnya yang mungkin sudah menyakiti hati Vansa.
Meski sebenarnya keadaan nya masih buruk tapi itu tidak mengurungkan niatnya untuk bertemu cowok yang sebenarnya dia rindukan itu.
Dia menemui Vansa diam ditaman sambil duduk sembari memegang surat berkas hasil kepolisian tadi. Felina menatap punggung Vansa lalu tersenyum sendu tidak tahan lagi ingin secepatnya menemui pria yang dia rindukan.
Felina mendekat secara diam-diam hingga akhirnya dia tiba dekat dibelakang Vansa tanpa sepengetahuan pria ini.
"Kenapa ngak njenguk aku?" Tanya Felina tiba-tiba dengan nada yang lembut membuat Vansa tersadar dengan lamunannya lalu berbalik menatap siempunya suara yang ternyata adalah Felina. Wanita yang dia rindukan dan dia khawatirkan.
"Felina?" Vansa bangkit berdiri hingga mereka saling berhadapan sambil menatap penuh kerinduan. Tanpa pikir panjang Felina memeluk Vansa erat. Sangat erat bahkan!.
Dia jujur sebenarnya dia tidak tahan untuk menjauh dari pria berengsek ini. Tapi dia terlanjur sakit dengan pernyataan kalau Vansa dekat dengan Evelyn.
"Eh Felina elu kenapa?" Pertanyaan Vansa membuat Felina melepas pelukan mereka lalu menatap tajam sang pelaku.
"Lain kali pake aku-kamu jangan elu-gue dong" pinta Felina lalu kembali memeluk Vansa dengan cepat membuat reflek Vansa terkejut kembali.
"Eh maafin aku,aku ngak mau kamu marah lagi sama aku" Vansa membalas pelukan wanita ini sambil membelai rambut panjang Felina dengan lembut.
"Van...kenapa kamu dekat terus sama Evelyn?" Tanya Felina tiba-tiba membuat Vansa gugup. Apakah dia harus memberitahu kalau Evelyn sakit? Dan memberitahu kalau Evelyn butuh seseorang yang menghibur nya seperti dia dan Vano? Vansa sekarang menyesal karena terlambat memberi tahu hal ini kepada Felina.
Vansa melepas pelukan hangat mereka lalu merapikan rambut Felina yang sedikit berantakan akibat pelukan yang mereka lakukan tadi.
"Oke aku bakal jujur.... sebenarnya Evelyn punya penyakit berat dan hidup dia ngak beberapa lama lagi,jadi dia butuh orang yang ngehibur dan yang bisa ngehibur itu cuma aku....karena yang kamu tahu kalau Evelyn itu suka sama aku"
Felina menatap cemberut Vansa lalu mencubit lengan kekar Vansa membuat pria itu pura-pura meringis kesakitan.
"Kenapa kamu ngak bilang dari dulu!!"
"Yah karena aku takut kamu marah"
"Malahan aku marah kalau kamu diam-diam dekat ama Evelyn tanpa aku tahu alasannya" Felina cemberut kembali dan itu malah membuat Vansa gemas. Apalagi pipi Felina yang masih tembem membuat Vansa mau tidak mau langsung mencubit pipi manis Felina.
"Aku takut kamu ngak kasih izin terus keadaan Evelyn jadi taruhannya"
"Yaudah lain kali kasih tahu kalau ada kenapa-kenapa jangan ditutup-tutupi gini kan aku juga jadi sasaran pengagum kamu"
"Iya maap"
"Janji?" Felina menjulurkan jari kelingking nya dan langsung saja Vansa mengaitkan kelingking nya kembali sambil tersenyum,"janji"
"Oke...aku ngak marah sekarang" ucap Felina lalu mulai melepas kaitan kelingking mereka. Tapi Vansa menahannya tangannya sambil menatap dirinya.
"Tanda cap?"
"Oooo gini?" Felina memberi jempolnya sebagai tanda cap bahwa janji itu harus ditepati.
"Gini ajah deh takut kamu marah kalau aku langsung sergap" Vansa melepas kaitan mereka dan langsung saja cowok itu mencium kening Felina membuat Felina terdiam sesaat.
"Kamu?"
"Kenapa kamu marah? Eh maaf aku pikir kamu bakal senang" Vansa merutuki dirinya karena sudah melakukan hal yang ternyata dibenci oleh Felina.
"Aku maunya gini"
Cup....
Tanpa aba-aba dari Vansa langsung saja Felina menempel kan bibir manisnya kebibir Vansa, membuat lekukan senyuman dari wajah Vansa terlihat.
Bukan sekedar kecupan, Vansa yang sedaritadi tadi menunggu aksi Felina sudah tidak tahan lagi dan langsung memegang tengkuk Felina membuat ciuman mereka semakin dalam dan Felina hanya diam mengikuti alur adegan mereka.
🌠🌠ðŸŒ
"GILANG!!!!!" teriak dari sang pemilik membuat cowok yang bernama Gilang itu langsung berlari sekencang mungkin agar tidak tertangkap oleh wanita yang sudah dia jahili. Siapa lagi kalau bukan Naila.
Naila yang pada saat itu tengah membaca novel dan akhirnya diganggu oleh ketua kelas yang tidak berfaedah itu membuat amarah Naila naik secepat kilat. Bagaimana tidak? Gilang melempar sepatunya dengan khas kaus kakinya yang super duper bau. Mungkin bisa dibayangkan bagaimana reaksi Naila saat itu.
Rena dan Felina hanya tertawa melihat adegan kejar-kejaran mereka didalam kelas dan akhirnya Gilang memutuskan untuk keluar dari kelas.
Tidak semudah itu Gilang siketua tak berfaedah
Naila tetap mengejar cowok yang selalu menjahili nya bahkan sampai kelas 12 ini. Kalian tahu kalau Naila dua tahun sekelas dengan Gilang dan itu benar-benar membuat riwayat Naila dipenuhi oleh kesialan berkat Gilang Reginald.
Saat berlari menuju pintu kelas Naila dikejutkan oleh kehadiran Vano serta Vansa secara bersamaan membuat aksi kejar-kejaran nya dengan Gilang terhenti sejenak.
"Eh Vano..." Sapa Naila manis dan menatap tajam Vansa kembali,"Sono elu ditungguin mulu ama Felina" ucap datar Naila lalu kembali memulai aksinya saat melihat Gilang tengah meminta es rasa-rasa hari seribuan kepada teman kelas sebelah.
"GILANG SINI ELU!!!" baru saja menyeruput es itu sudah datang lagi si musuh terbesar Gilang membuat mau tidak mau dia harus menyerah karena dia juga kaget dengan tenaga lari Naila yang tidak ada habis-habisnya.
"Sini elu gue kasih pelajaran" Naila menjitak kepala Gilang lalu menarik paksa baju seragam pria itu dan dia dibawa kembali kedalam kelas dengan masih ada kehadiran Vano disana.
"Sini elu!!!" Naila mendudukkan Gilang dan dia juga langsung mengambil sembarang kursi lalu duduk membuat jarak mereka begitu dekat.
"Kerjain tugas gue" bisik Naila sambil tersenyum cengengesan membuat Gilang bingung.
"Sini Lo"
Pletak.
Gilang akhirnya berani menjitak kepala Naila walau pelan tapi tetap saja gadis itu meringis kesakitan dan memukul punggung nya pelan.
"Sakit tahu!! Pokoknya harus mau" ucap Naila kini dengan nada yang mulai membesar membuat percakapan mereka terdengar jelas oleh Vano.
Vano yang sedaritadi melihat adegan kedua Joli itu hanya tersenyum cemburu. Mungkin bukan gue yang dia suka.
Tanpa pikir panjang Vano bangkit dari kursinya dan melangkah pergi membuat ketiga temannya menatap dirinya heran.
"Mau kemana?" Tanya Vansa penasaran.
"Balik kelas emang kelas gue disini" ucap Vano tanpa berbalik badan dan kemudian punggung Vano tidak terlihat lagi diambang pintu.
"Kenapa tuh anak tiba-tiba ngambek?" Tanya Felina heran dengan tingkah laku Vano.
"Kagak tahu gue"
Disaat itu Naila datang menjumpai mereka dan kini kehadiran Vano sudah tidak ada lagi padahal dia ingin menjumpai lelaki yang sudah membuat nya baper.
"Kemana Vano?"
"Udah pergi"
"Lah?" Naila berlari kecil menuju ambang pintu dan melihat kekiri dan kekanan mencari keberadaan Vano tapi hasilnya nihil. Lelaki itu sudah menghilang dari area kelasnya.