Setibanya di rumah, Ethan langsung berjalan memasuki rumah menuju kamarnya dengan langkah lambat. Dia merasa lelah, lelah menghadapi segala fakta menyebalkan yang membuatnya merasa bodoh selama puluhan tahun, bahkan putri satu-satunya juga menjadi korban dari kebodohan itu.
"Sayang," sapa Luna saat menyadari kehadiran Ethan. Dia sedang berada di kursi meja rias dan menyisir rambutnya yang tetap indah, tidak ada satupun yang memutih meski dia sudah menjadi seorang nenek karena memiliki cucu dari Keenan.
"Aku benci diriku sendiri. Aku telah gagal menjadi seorang ayah sekaligus kepala keluarga yang bisa membuat anak dan istriku nyaman." Dengan lesu Ethan berkata, kemudian mendudukkan dirinya di tepi ranjang.
Luna pun beranjak dari kursi dan berjalan menghampiri Ethan. "Kenapa bilang begitu? Apa ada masalah lagi?"