Sejak tadi pagi Yerazel terus saja memerhatikan gadis di hadapannya itu yang sedang menatap foto pernikahan mereka yang terpajang di setiap dinding.
"Hey, apa lehermu tidak merasa sakit?" tanyanya.
"Tidak, aku hanya sedang mencoba mengingatnya saja."
"Percuma saja kau terus menatapnya, Ametsa. Kau tidak akan pernah mengingatnya."
"Kenapa begitu?" tanya Ametsa yang saat ini memutar tubuhnya ke belakang untuk melihat seseorang yang sedang duduk di sofa. "Kalau begitu, apa kau mengingatnya Yerazel?"
"Aku tidak bisa menjawabnya. Tidak, aku pun tak mengingatnya sama sekali bagaimana kita berdua berada pada titik ini."
Ametsa yang mendengarnya pun langsung menghela nafas, kemudian gadis tersebut berjalan mendekat ke arahnya sembari tersenyum.
"Lalu apa kau bahagia dengan takdir kita saat ini?"
"Tentu saja, dulu aku hanya bisa melihatnya dari dunia mimpi, tetapi sekarang aku bisa melihatmu secara langsung tanpa harus menunggumu untuk tertidur."