"Waktu itu aku tidak tahu kenapa dia menghindariku. Sebelum aku menyadari perasaanku yang sebenarnya, aku tidak terlalu memperdulikannya. Dia memang menghindariku tapi selalu ada disana saat aku membutuhkannya. Disaat aku menyadari perasaanku dan mencoba untuk mendekatinya, dia malah memblokirku secara total."
"Kenapa dia melakukannya?"
"Entahlah. Mungkin karena aku terlalu agresif?"
"Kau? Agresif? Memangnya apa yang sudah kau lakukan?"
"Aku menyatakan perasaanku padanya saat itu juga."
"A… Apa?" Anxia nyaris tak sanggup berkata apa-apa mendengar pernyataan ini. " Lalu apa katanya?"
Harmonie menggeleng kepala dengan sedih. "Dia menolakku. Dia bilang dia hanya menganggapku sebagai adiknya."
"Moni. Dia menyayangimu. Aku bisa melihatnya. Tapi…"
"Tapi itu bukan rasa sayang yang kuinginkan."
Anxia tidak lagi melanjutkan kalimatnya yang terpotong karena interupsi dari gadis yang sudah terbiasa dengan patah hati tersebut.
Sebaliknya dia bertanya akan hal lain.