Chereads / Love High School / Chapter 5 - Merubah Seseorang Itu Sulit, Loh!

Chapter 5 - Merubah Seseorang Itu Sulit, Loh!

Pulang dari Sekolah mereka semua berpisah pada alur berbeda. Arca dan Bima lurus ke depan, Romzy ke kiri dan Zita ke kanan. Namun, pada waktu berpisah itu mereka kembali berkumpul kecuali Zita, sengaja untuk menyusun rencana mengubah Zita menjadi wanita cantik. Setelah mereka berdiskusi dan menetapkan rencana, mereka mengirim Zita sebuah pesan. "Zita berpakaian cantik ya, kita berkumpul pukul 3 di bawah pohon beringin belakang taman bermain ^w^".

Setelah berdiskusi mereka pulang dengan semangat. Saat perjalan pulang Arca melirik Bima.

"Bima, kamu mita izin sama ayahku, ya!" harap Arca.

"Eh, kukira kamu di beri izin karena terlalu bersemangat," ucap Bima.

"Sejak kapan aku di bebaskan? Kamu tahukan sejak SD, kalau aku ingin keluar rumah kamu juga harus ikut dan minta izin, kalau tidak mana mungkin aku diberi izin, hehe." Suer Arca.

"Dasar beban! Selalu saja melibatkan aku dalam masalahmu," keluh Bima.

"Ih, kamu itu kan sahabat dan tetanggaku sejak kecil, jadi sudah biasakan dengan hal begitu," ucap Arca.

"Menyebalkan!" Pasrah Bima.

"Oh ya, aku jadi lupa soal tadi pagi," pikir Arca sampai di depan rumah Bima.

"Eh apa! Udah jangan dipikirkan lagi." Bima langsung panik.

"Tapi liat itu!" Tunjuk Arca di lantai depan pintu rumahnya.

"Sandalku, kenapa ada di situ?" heran Bima.

"Itulah yang ingin aku ketahui, kamu tadi malam tidur di rumahku tapi pulang tak memakai sandal," heran Arca, bingung.

Bima memikir alasan yang membuat Arca percaya. "Tadi pagi saat aku terbangun... aku sesak boker dan lari kerumahku," ucap Bima meyakinkan.

"Oh... jadi gitu ya! Okelah," ucap Arca sudah tak penasaran lagi.

"Untung saja," bisik hati Bima.

"Oi, jangan lupa datang kerumahku dulu!" ucap Arca saat memasuki rumahnya.

***

"Arca!Bima sudah datang!" teriak Ibu Arca.

Satu jam sebelum Bima ke rumah Arca....

"Hei sapu, baju apa yang cocok aku kenakan hari ini? Apa? Baju rompi dongker, memangnya aku mau ke pesta?" Bima berbicara pada sapu, padahal itu pikirannya sendiri.

Bima menaruh semua baju favoritnya di kasur dan bingung untuk memilih. Seperti mau ke undangan saja, padahal cuma berjalan di pasar. Jadi seperti inilah penampilan Bima dari dalam, hanya saja tidak percaya diri untuk menampakkannya.

"Kamu bilang jas putih? Oh tidak bisa, sudah ku bilang kita hanya berjalan-jalan di luar saja. Aduh... aku harus bagaimana ini? Sebentar lagi mereka berkumpul." Bima stress memikirkan pakaian, tunggu, ini masih pukul 14.18.

"Sudahlah, aku pakai kaus hitam sweeter armi saja, seperti hidupku yang gelap." Bima memilih pakaiannya dengan hati tak sedang.

Setelah Bima mengenakan pakaian dia merapikan rambutnya, lalu sekejap menatap dirinya di cermin. Bima berpikir beginilah dia, tampan, dewasa, tapi cuwek dan tak peduli, sehingga tak dihiraukan orang-orang. Begitu sepi kehidupannya, namun Bima sekejap tersenyum kecil melihat dirinya di cermin. Senyum itu muncul sejak Bima terus memikirkan Arca dan sahabatnya yang selalu ada untuknya. Walau tak acuh pada mereka, namun sebenarnya Bima sangat peduli pada mereka yang peduli padanya, walaupun secara diam-diam.

"Sapu, memang benar merubah seseorang itu sulit, tapi aku sudah berubah karena mereka berusaha mengubahku dan aku suka perubahan ini. Terima kasih sapu, aku pergi dulu!" Seru Bima pada sapunya dan pergi ke rumah Arca dengan semangat.

Tok tok tok....

"Eh Bima, masuk masuk!" Ibu Arca senang melihat Bima datang.

"Ia Tante."

"Arca! Bima sudah datang!" teriak Ibu Arca.

"Tunggu, sebentar lagi!" balas Arca teriak dari kamarnya.

"Kalau begitu duduk dulu Bima!" perintah Ibu Arca.

"Ah tidak usah Tante, saya ingin bersandar di sini saja," jawab Bima memilih bersandar di dinding samping pintu.

Dalam kamar Arca sibuk menata gaya rambutnya, rambutnya selengan dan berponi imut itu sulit untuk di ubah gaya. Jadi, Arca kesal dan akhirnya dia hanya mengepang sedikit rambut kiri lalu, menaruh pita di rambut kanan hingga telinganya yang tak pernah nampak telah terlihat luas.

Arca keluar dari kamarnya. "Sudah selesai, ayo kita pergi Bima! Ibu karena Ayah tidak ada jadi titipkan pesan aku pergi bersama Bima dan kawan sekolah ke pasar, tolong yah!" ucap Arca cepat sambil keluar dari rumahnya.

"Eh, jangan buru-buru, hati-hati!" Ibu Arca sangat khawatir.

Bima menggeleng kepala melihat tingkah Arca dan sedikit terkejut melihat penampilan Arca yang tak seperti biasanya.

"Eum... tumben kamu berpakaian seperti itu?" tanya Bima.

"Eh, kan rencana kita membuat Zita cantik, jadi aku harus mengenakan pakaian tercantikku, bagaimana menurutmu?" tanya Arca pada Bima sambil memutar tubuh imutnya.

Memang saat itu Bima melihat Arca sebagai wanita cantik untuk pertama kalinya. Atau mungkinkah pemikiran itu muncul karena Bima memiliki perasaan terhadap Arca? Perasaan yang berbeda dari kata sahabat ataupun tetangga.

"Hoi... kalian cepatlah! Aku dan Zita sudah menunggu 2 menit lamanya, lama sekali!" Sapa Romzy dari bawah pohon beringin yang di rencanakan.

Arca lari gesit, Bima berjalan santai. "Ya maaf! Ha? Zita kamu kok masih pakai baju tomboi itu, kan aku bilang pakailah baju cantikmu?" tanya Arca.

"Aku tidak punya baju seperti itu, terus kenapa kamu pakai gaun mini kembang seperti ingin ke pesta?" tanya Zita balik.

"Ahahaha, kan rencanaku ingin membuatmu terkesima, hehe," jawab Arca.

"Wah... kamu cantik sekali Arca, hatiku ingin meledak melihatmu lebih cantik dari putri kerajaan," ucap Romzy dari lubuk hati terdalam.

"Terima kasih, Romzy!" Arca tersipu.

"Baiklah, kalau begitu kita langsung pergi saja!" ajak Romzy.

"Ayo...!" seru Arca.

Langsung mereka pergi, Bima baru saja sampai dan harus berjalan lagi :3.

***