Chereads / Love High School / Chapter 6 - Terjebak Perasaan

Chapter 6 - Terjebak Perasaan

Sampai di pasar Arca langsung mengajak mereka ke Toko Salena Butik, toko milik bibinya Arca. Toko Salena Butik adalah toko yang sangat terkenal di pasar masyarakat.

"Wah besar sekali butik ini!" Kagum Romzy.

"Arca!" Sapa wanita paruh baya.

"Siapa itu?" tanya Romzy.

"Dia anak Bibi, Delia. Ayo kesana!" Ajak Arca.

"Arca lama tidak melihatmu, kamu mau apa?" tanya Delia.

"Iya Delia, ini temanku Zita, tolong ya!" ucap Arca.

Dari kata-kata itu mereka sulit memahami maksud Arca, tapi tidak bagi Delia, dia tahu apa yang di katakan Arca dan harapannya. Yaitu, memberi Zita pakaian tercantik di butiknya. Delia menyuruh beberapa karyawan membawa Zita ke ruang pengantian. Di sana Zita di beri beberapa pakaian cantik, tapi kelihatannya Zita sangat gugup mengenakan pakaian seperti wanita, sedangkan mereka yang lain menunggu Zita di ruang santai.

Setelah selesai Delia mencocokkan baju ke tubuh Zita, Zita keluar dari ruangan dengan pelan dan gemetar saat berjalan. Mereka berdiri saat Zita mengampiri mereka.

"Wah... Zita kamu sangat cantik!!!" Arca terharu.

"Ahaha, aku gak yakin." Zita tersipu malu dan tak pede.

"Tapi wajah dan rambutnya belum cantik, jadi sekarang kita lanjut ke salon!" seru Romzy.

"A... apa? Aku rasa pakaian saja cukup, tidak usah berlebihan," ucap Zita semakin tidak pede.

"Yang berlebihan itu kamu, lakukan saja, lalu kita pulang," ucap Bima lelah.

Setelah Delia membungkus beberapa pakaian untuk Zita, mereka pergi mencari salon terbaik. Sayangnya tidak ada kenalan dari mereka tentang salon. Tiba-tiba Romzy melihat seseorang yang di kenalnya memasuki salah satu salon di situ.

"Di sana saja, tadi kalau tidak salah ada murid sekolah kita yang kukenal, ayo!" ajak Romzy ke toko salon di depannya.

"Tunggu, kamu yakin Romzy!" tanya Arca.

"Sudah pigi saja!" Bima berjalan menyusul Romzy.

Mereka masuk ke salon itu yang dikenal SanHa Salon. Salon itu adalah salon terkenal dengan harga premium.

Romzy melirik kesana kemari untuk mencari tahu orang yang di lihatnya tadi. Romzy menemukannya, ternyata murid itu adalah Sanes. Sanes kaget melihat keberadaan mereka dan tersenyum saat menatap Bima, Bima tak menghiraukan.

"Sanes, kenapa kamu ada di sini?" tanya Arca.

"Seharusnya aku yang bertanya, kenapa kalian ke salonku?" tanya Sanes sombong.

"Apa? Ini salonmu?" kaget mereka.

"Tentu saja, SanHa salon artinya salon Sanes Hanastasya."

"Ohh, kalau begitu bisa tidak kamu menyalonkan Zita?" tanya Arca.

"Tidak. Lebih baik kalian pulang!" ucap Sanes usir.

"Kamu ini, aku minta baik-baik tapi jawabanmu, cih." Kesal Arca.

"Sudah, kita pergi saja! Aku tidak tahan dengan orang seperti dia, tanganku rasanya ingin memukul, tapi aku menahannya," ucap Zita menahan emosi.

"Tunggu! (Bima mendekati Sanes) Aku mulai berpikir kalau salon ini sangat rendah dan tak bisa melakukan hal sepele seperti ini bukankah itu sangat memalukan? Mungkin kepergian kami dengan wajah kesal, kecewa dan sedikit berkata licik tentang hal itu bisa menghilangkan setengah pelanggan yang ada. Baiklah, ayo kawan-kawan kita pergi!" ucap Bima begitu panjang dengan sandiwaranya. Sesuatu yang mengejutkan pastinya.

Mereka pergi dengan kesal. Sanes mulai takut apa yang di katakan Bima itu akan terjadi, khawatir pelanggannya akan pergi.

"Tunggu! Baiklah, akan ku buktikan bahwa salonku adalah yang terbaik, Sai aku serahkan padamu!" perintah Sanes pada karyawan terbaik salon SanHa.

Bima sudah menduga triknya ini akan mempan, walau sedikit licik.

Mereka menunggu selama 30 menit. Bima menyibukkan diri membaca majalah, Arca dan Romzy asik bermain adu jempol, sesekali Bima melirik tak suka melihat permainan mereka, atau sesuatu yang lain. Tapi, ada juga yang sedang memantau Bima dari jauh, tak lain Sanes, sangat menyukai Bima.

"Tada... gimana penampilanku?" Zita memamerkan wajah barunya penuh make up, rambutnya tak lagi terikat, terlepas sudah terurai indah dengan poni tipis yang cantik. Mereka sangat kagum melihat perubahan Zita.

"Waaahhh cantiknya..." puji Arca dengan mata berbinar.

"Keren!" Romzy memberi jempol.

"Terserah," ucap Bima singkat.

"Baiklah, aku sudah mendapat beberapa baju wanita dan beberapa make up, sekarang sudah selesai jadi kita pulang, ya!" ajak Zita kembali.

"Eit, belum selesai, masih ada satu hal lagi yang akan menyempurnakan kecantikanmu, yaitu..." ucap Arca membuat Zita penasaran.

"High heel!" sambung Romzy sambil senyum centil.

"Apa? Oh tidak-tidak, itu sangat mengganggu!" Zita menentang. Zita tidak pernah memakai hak tinggi selama hidupnya, bahkan sandal warna pink tidak pernah sama sekali.

"Ayolah, tinggal satu langkah lagi, jangan sia-siakan kecantikanmu itu, buktikan pada mereka yang menghinamu bahwa kamu juga bisa tampil cantik," ucap Ara meyakinkan.

"Aduh... huh, baiklah satu kali lagi kan?" pasrah Zita.

"Pasti, ayo kita ke tempat toko high heel!" ajak Arca semangat.

Sampai di toko hak tinggi terdekat, Zita mulai menelan ludah melihat hak tinggi yang tingginya di atas 7 cm.

"Arca, apa tidak ada yang lebih pendek?" tanya Zita.

"Entahlah, aku juga sedang mencari," jawab Arca. Sedangkan para lelaki itu memilih duduk diam memantau pelanggan sekitar.

"Mereka lama sekali." Romzy mulai mengeluh, dia tidak bisa duduk diam hingga berdiri lalu jongkok memantau sambil menaruh telapak tangannya di dagu, sangat bosan. Bima memilih menyibukkan diri menghitung manik-manik pink dalam botol kecil milik toko, yang dia temukan di samping kursinya.

Tak lama kemudian Arca dan Zita selesai memilih, high heel yang di pakai Zita itu tingginya hanya 5 cm saja, tapi sulit sekali baginya untuk berjalan. Zita sangat panik memakai sepatu tinggi itu, dia berjalan dengan gemetar.

"Ayo Zita, pelan-pelan saja, kamu pasti bisa!" Arca memberi semangat.

Arca mengikuti Zita berjalan pelan di sampingnya, mereka berjalan ke arah Bima dan Romzy. Romzy memayurkan bibirnya melihat Arca dan Zita yang sangat lambat.

"Aku tidak bisa!" Zita membuka kakinya dari hak tinggi itu dengan rasa takut.

"Aduh, padahal ini sangat mudah, baiklah perhatikan caraku berjalan!" Arca memakai sepatu tinggi Zita dan mempraktekkan cara jalan yang benar.

Hampir sampai Arca berjalan menuju Romzy, dia malah tersandung kerikil kecil hingga langkahnya tak stabil, Arca terjatuh dan mengenai Romzy, menatapnya sangat dekat.

Deg deg...

Romzy canggung, Bima langsung tak menerimanya. Bima mengambil tindakan, menarik lengan Arca hingga Arca langsung berdiri dan dipeluki Bima. Ada apa ini, kenapa tiba-tiba Bima memeluk Arca?

Deg... deg... deg...

***