Apartemen Darlie jam 1 pagi.
"Shela sepertinya kita menulis kontrak saja!" Ujar Darlie Wijaya.
"Tidak perlu, aku tidak akan melanggar syarat yang kau berikan. Lagi pula bagiku, pernikahan kita hanya sekedar untuk mendapatkan keuntungan."
"Apa kau yakin ingin menikah dengan ku? Aku sudah bilang yah di awal, bahwa aku tidak bisa tidur dengan wanita yang sama setiap hari!"
"Aku tahu."
Darlie Wijaya tidak tau harus berkata apa dengan sikap Shela yang seolah-olah tidak peduli dengannya. Baru kali ini dia bertemu dengan wanita yang bahkan tidak terpesona padanya. Menunjukkan ketertarikan pun tidak!
"Apa kau tidak mempermasalahkan nya?"
"Tidak" Jawab Shela datar. "Jangan ganggu aku, aku mau istirahat sekarang! Jika kau mau tidur di tempat lain, terserah saja." Ujar Shela tak peduli.
"Oke, yang pasti aku sudah memperingatkan mu! Aku sudah pesan tiket balik ke Indonesia, besok jam 8 malam kita akan take off." Kata Darlie masa bodoh.
"Iya..." Jawab Shela sambil mengangguk malas.
Darlie memandang Shela yang sedang berbaring di sofa, "Kau bisa tidur di ranjang ku. Aku akan keluar dan mungkin akan pulang di pagi hari."
Ting...tung... Bel apartemen Darlie berbunyi.
"Siapa sih tengah malam gini..." gumam Darlie.
"Cewek panggilan mu kali..." Ledek Shela sambil berjalan ke ranjang Darlie.
Darlie menuju ke arah pintu masuk apartemennya. Dibukanya pintu apartemennya dan didapatinya Polin yang sedang ngos-ngosan seperti akan kehilangan nafasnya.
"Polin? Apa yang kau lakukan di sini? Jam segini pula!"
Polin tak memperdulikan ucapan Darlie dan menyerbu masuk ke apartemen Darlie.
"Kau mencari sesuatu?"
Polin tampak melihat sekeliling. "Ah, aku haus! Biarkan aku minum di apartemen mu..."
Darlie berjalan ke arah kitchen island miliknya, dan di ambilnya segelas air dari kulkas. Di sodorkan nya itu pada Polin yang terus melihat ke arah ranjangnya!
Polin mengambil air itu sembari berkata, "Siapa lagi yang tidur di atas ranjang mu itu?"
"Tunangan ku!" Jawab Darlie datar.
Deg...deg... Jantung Polin berdenyut sangat kencang! Matanya sedikit bergetar sampai tangannya hampir tak sanggup memegang gelas yang ada di tangannya.
"Hei, ada apa denganmu?" Darlie mengambil gelas yang ada di tangan Polin segera.
Polin tertunduk, "Sejak kapan kau memiliki tunangan? Bukannya tadi kau menyangkali bahwa gadis itu bukan siapa-siapa bagimu?" Tanya Polin dengan nada yang berat.
"Aku juga baru tahu. Dia hanya gadis bodoh yang keluarga ku siapkan untuk menjadi pendamping hidupku. Kau tahu kan, mungkin dia hanya akan menjadi boneka yang akan berperan sebagai nyonya rumah saja!" Kata Darlie terus terang dengan apa yang ia pikirkan.
Dia tidak perlu menyembunyikan apapun dihadapan Polin. Toh, Polin sudah mengetahui semuanya tentang Darlie Wijaya yang brengs*k.
"Ekh, kau kenapa sih? Oh iya, pacarmu sangat seksi. Kenapa kau baru memperkenalkan dirinya padaku? Apa kau takut aku akan merebutnya darimu, ha?" Gurau Darlie melanjutkan.
Polin tampak diam saja dari tadi. Dia tampak sedang menahan amarahnya sebisa mungkin. "Hei, apa kau marah? Aku hanya bercanda." Sambung Darlie lagi.
"Ah, bukan apa-apa... Terimakasih atas airnya." Polin bergegas keluar dari apartemen Darlie secepat yang ia bisa.
'Bukannya tadi dia tidak mengakui bahwa Shela adalah tunangannya, kenapa tiba-tiba?... Perjodohan katanya? Ck, yang benar saja!' Pikiran Polin dipenuhi oleh Shela.
"Polin tunggu..." Darlie mengejar Polin yang keluar tanpa penjelasan. Akan tetapi, Polin tak menengok ke belakang sama sekali.
Darlie lalu mengejarnya dan menepuk bahu Polin, sehingga iya terkejut.
"Ada apa denganmu? Kok terkejut begitu!"
"Kenapa kau mengikuti ku?"
"Ayolah, kau terlihat sangat aneh. By the way, besok aku balik ke Indonesia. Malam ini temani aku ke club yuk..."
Ujar Darlie sambil mendorong punggung belakang Polin untuk berjalan lebih cepat ke luar menuju parkiran mobil. Polin pun tidak bisa menolak ajakan Darlie dan hendak menemaninya.
"Hmt, kenapa kau ingin pulang mendadak?" Tanya Polin yang saat itu sedang mengendarai mobil.
"Aku akan segera menikah!"
Mendengar pernyataan Darlie yang tiba-tiba, Polin menginjak rem mobil, dan dengan segera mobil itu terhenti di tengah-tengah perjalanan.
Pip... klakson mobil yang berada di belakang mobil mereka pun mengkomplain mereka yang berhenti mendadak.
"Polin sebenarnya ada apa denganmu? Biar aku yang bawa mobilnya deh. Bisa-bisa kita berakhir di rumah sakit bila kau yang terus membawa mobilnya!"
Mereka mengganti posisi, Polin seakan-akan bermimpi panjang. Iya tidak tahu harus merespon bagaimana!
"Darlie, apa kau ingat aku bertemu seorang gadis saat aku lari dari rumah dulu?" Polin membuka pembicaraan dan membahas masa lalu.
"Ah, gadis kecil yang membuatmu kembali berpikir waras itu, apa kau sudah menemukannya?"
"Ya. Aku sudah bertemu dengannya!"
"Akhirnya, setelah 10 tahun... Jadi apa dia mengenali mu?"
Polin menggelengkan kepalanya, "Padahal aku berharap dia akan mengenali ku."
"Jangan terlalu sedih, lagi pula kalo ngak salah, dia pasti masih sangat muda sekarang! Sudah 10 tahun, lagi pula dia tidak ingat lagi padamu. Berhentilah menyimpannya di dalam hatimu." Ujar Darlie.
Polin tertunduk diam, Pria berusia 28 tahun tersebut memperlihatkan wajah yang letih lesu hanya karena seorang gadis muda!
"Lupakan saja dia, lagi pula kau punya Diana sekarang! Bagaimana jika kita bersenang-senang dengan gadis-gadis club? Mereka sangat memuaskan!"
Mendengar ucapan Darlie entah kenapa Polin menjadi sangat marah.
"Bukankah kau akan segera menikah? Bagaimana bisa kau masih mau bermain wanita!" Teriak Polin kesal tanpa sadar.
"Tenanglah, Shela tidak masalah dengan hal itu! Sebaiknya kau juga cari pasangan yang berpikiran terbuka seperti dia..." Jawab Darlie santai tanpa beban.
"Hah... Dia sepertinya tidak mencintai mu seperti yang aku kira!" Gumam Polin sedikit legah.
"Apa katamu?"
"Bukan apa-apa... Oh iya, kalian take off jam berapa besok?"
"Jam 8 malam, emangnya kenapa?"
"Ngak, aku juga rencana mau balik Indonesia. Kupikir kita bisa berangkat bersama-sama saja besok!"
"Loh, bukannya Diana baru nyampe sini? Masa Loe ninggalin dia sih..."
"Ada urusan mendadak di Indo. Diana juga ngak lama kok di sini, dia datang karena urusan bisnis, bukan hanya untuk ketemu sama aku!"
"Aku pikir dia datang untuk mu... Jangan terlalu dipikirkan, aku akan mengajakmu melihat wanita-wanita cantik malam ini..." Celoteh Darlie.
Darlie berpikir bahwa Polin terlihat kesal dan berkelakuan aneh karena Diana. Jelas dia tidak mengetahui bahwa yang Polin pikirkan adalah tunangannya yang terlihat lugu tersebut.
Darlie adalah pria yang hidup dengan bebas dan selalu bertidak seenaknya. Sedangkan Polin yang merupakan sepupu sekaligus sahabat Darlie tahu akan kehidupan Darlie yang gelap itu. Hanya saja, Polin bukan tipe orang yang akan menegur karena ia berpikir bahwa setiap orang berhak memutuskan apa yang mereka inginkan!
'Mungkin saja masih ada harapan. Aku tidak bisa membiarkan Shela bersama dengan pria seperti dirimu!' Pikir Polin di dalam hatinya, sambil menahan amarah yang timbul entah dari mana.
~To be continued