Shela menantikan jawaban dari mulut Darlie. Ia sendiri tidak berharap bahwa Darlie akan memilihnya, sebab dia sendiri juga plin plan. Antara Polin atau Darlie, mungkin dia akan memilih Polin pada awalnya. Namun ketika dia memberikan tubuhnya untuk Darlie pada kali pertama, hari itu secara tanpa ia sengaja Darlie telah merebut hatinya.
"Shel, tolong jangan bertindak gegabah. Kita bisa membicarakan semuanya dengan kakek, bahwa kejadian yang ada di foto itu adalah salah paham. Bagaimana kalau kau ikut denganku?" Bukannya membalas pertanyaan Shela, Darlie malah menganjurkan hal lainnya untuk dilakukan.
Shela mengangkat sebelah alisnya. Apa yang keluar dari mulut Darlie bukanlah sesuatu yang ingin dia dengar.
Tunggu, tapi sejak kapan Darlie peduli, apakah mereka akan bercerai atau tidak?
"Kok kamu lihatnya gitu sih?" Tanya Darlie, memperhatikan wajah Shela.
Shela menggelengkan kepalanya. "Bukan apa-apa." Kata Shela sambil membalikan badannya, hendak turun dari kursi meja makan.
