Dengan tenang, Satria melangkahkan kakinya menuju meja ijab qobul. Tidak. Dia tidak setenang itu. Sebenarnya dia hanya pura-pura tenang. Hatinya penuh gejolak emosi yang siap meledak kapan saja.
Hanya Kakek dan Andra yang hadir dari pihak keluarganya dalam acara tersebut. Ini peristiwa yang sama sekali tidak diharapkan bagi keluarga Wijaya. Jadi, kehadiran mereka hanya formalitas saja.
"Apa acaranya bisa dimulai sekarang?" tanya penghulu acara, begitu Satria menempati kursinya.
"Langsung saja dimulai, Pak," jawab Mahendra.
"Terima kasih, kamu mau datang," bisik Mia mencondongkan badan ke dekat Satria.
"Aku nggak pernah ikhlas melakukan ini, camkan itu," desis Satria menahan geram.
Sementara itu, penghulu sudah memulai melakukan pembukaan acara. Beberapa kali mata Satria terpejam. Dia sama sekali tidak menyangka kalau masalahnya bisa sampai sejauh ini. Di kepalanya terus mengingat Rea, dan orang-orang yang tersakiti dengan pernikahan ini seperti Papa Firman dan Mama Eli.