Aku menyerahkan gelas susu kosong pada Satria kembali. Dari sini saja aku bisa tahu kalau dia begitu menyayangiku dan calon anaknya.
"Dede bayi udah minum susu, giliran papinya nih sekarang." Satria menyeringai. Tatapan jailnya bersinar nakal. Aku beringsut mundur.
"Memangnya kamu nggak ngantuk, Bang?" tanyaku. Kali saja kan dia berubah pikiran.
"Ini baru pukul sembilan. Masih sore, Sayang. Masa udah mau tidur aja." Setelah meletakkan gelasku ke meja, dia naik ke ranjang, menempati sisi di mana biasa dia tidur.
"Bang, Alia mau ke sini. Boleh?"
"Alia itu teman kamu di kampus kan?"
"Iya."
"Mau apa?"
"Aku suruh dia ambil buku-buku yang mau dia pinjam."
"Ya boleh aja sih temanmu ke sini. Cuma si Alia kan?"
Aku mengangguk. Sebenarnya aku ingin bertanya perihal Boni. Kira-kira diperbolehkan bertemu nggak ya?
"Ada lagi?" tanya Satria seolah bisa membaca apa yang aku pikirkan.
"Sebenarnya ada orang lain lagi yang ngajak ketemu, Bang."