"Huh! Molor dia, Mbak." Axel menowel pipiku.
"Dah, biarin. Lu gendong aja. Masuk ke dalam."
"Berat dia, Mbak."
Astaga, aku cuma 55 kilo. Apanya yang berat? Satria aja cuma satu tangan kalau gendong gue. Tuh kan aku jadi ingat Satria. Aku sedang nggak ingin mengingat apa pun tentang Satria saat ini.
"Udah, cemen amat sih lu. Cepet bawa."
Axel mengangkat tubuhku dari dalam mobil.
"Re, bangun dong. Berat lu tuh." Axel masih terus mengharapkan aku bangun. Aku semakin merapatkan mata. Biarin! Siapa suruh bawa aku balik dari kelab.
"Mbak, di mana kamarnya? Buruan."
"Bentar, Xel."
"Ahelah, lama lu! Ini juga si Rea. Tidur udah kayak kebo."
Mulutnya si Axel minta dilakban banget.
"Bawa ke kamar gue aja. Ntar gue bisa tidur sama Iren," ujar Mbak Anin lagi.
"Iya, kamar lu di mana, Marni! Ahelah! Emang gue tau!"
"Sini, sebelah sini Midun!"