Aku bukannya nggak tahu, gosip yang terus menyebar di seantero divisi. Sudah nggak asing namaku disandingkan dengan Axel. Bak jamur di musim penghujan, menyebarnya cepat. Dan yang wagilazeh, kedok Axel sebagai putra orang nomor satu di Barata Company akhirnya terbongkar. Ngakak aku.
"Lagian ngapain sih ditutupi?" tanyaku setelah tawaku reda.
"Jadi yang lu bilang papi papi itu ternyata Pak Adriano. Ck! Nyesel gue cuma minta traktir makan di kantin kantor doang," komen Mbak Anin dan yang langsung ditanggapi dengan dengusan Axel.
"Pantes kalau ada rapat petinggi lu selalu diundang. Kampret emang. Pake rahasia-rahasiaan." Ini Mas Dika yang bilang. Dari tadi, aku, Mbak Anin, dan Mas Dika terus nyerocos merundung si Axel.
"Kalian udah pada puas belum sih bully gue?" tanya Axel sewot.
"Belum!" Kami serentak menjawab.
"Ebuset, kalian kompak banget jawabnya."
"Kita nggak akan segampang itu maafin lu ya, Xel," ucap Mbak Anin mengayun-ayunkan sendok.