Aku mengawasi punggung Om Barata hingga menghilang di balik pintu lift. Wajahku pasti sudah memerah karena menahan kesal yang memuncak ke ubun-ubun. Saat ini juga ingin rasanya aku mencekik leher Axel yang tampak masih berdadah-dadah ria begitu Om Barata menghilang.
Axel sepertinya paham kalau asap di kepalaku sudah mengepul. Dia meringis padaku dan selang beberapa detik langsung kabur.
"Axeeel!"
Aku segera menyusulnya sebelum dia berhasil masuk unit. Dan berhasil menarik kerah blazernya saat dia dengan panik menekan password unit.
"Ampun Re! Ampun! Sorry, gue beneran nggak tau kalau Papi mau ngajak dinner. Sorry, sorry."
"Sorry, sorry, nggak ada sorry sorry-an!"
Aku terus memukul-mukul lengan Axel. Belum puas, aku mendorong tubuhnya hingga dia terduduk jongkok, meringkuk menerima pukulan demi pukulan yang terus aku layangkan.
"Udah, Re. Astaga, Re!"