"Beberapa orang saja bagaimana maksudmu?" Lexus tidak mengerti keinginan kakaknya ini dan mulai menatapnya dengan sorot wajah yang bingung.
"Aku ingin pernikahan ini hanya dihadiri oleh kolega- kolega bisnis kita yang penting saja dan tidak dipublikasikan secara umum," jawab Ramon.
Lexus mengerutkan wajahnya sebelum akhirnya sebuah pemahaman membuatnya sadar. "Kau ingin merahasiakan pernikahan ini!?" ucapnya setengah menjerit dan membuat Hailee membalikkan tubuhnya, menatap kedua saudara itu dengan tatapan penuh tanya.
"Ada apa?" Hailee mematikan kompor dan berjalan mendekati mereka.
"Tidak ada apa- apa, hanya urusan bisnis." Ramon menjawab sambil lalu, tapi Hailee justru duduk di seberang meja bar dan menatap mereka berdua. "Kenapa tidak kau selesaikan saja masakannya?"
"Tidak, aku sudah selesai." Hailee melambaikan tangannya pada beberapa pelayan yang sejak tadi berdiri di sisi ruangan. "Tolong ditata ke dalam piring ya."
Tiga pelayan segera berjalan mendekat dan melaksanakan apa yang Hailee minta. Mereka saling pandang karena mencium aroma masakan Hailee yang lezat.
Sepertinya, gadis muda ini benar- benar bisa memasak.
"Jadi apa yang kalian bicarakan?" Hailee menumpukkan tangannya di atas meja bar dan mencondongkan tubuhnya, terlihat sangat ingin mengetahui apa yang Lexus tadi katakan, karena biar bagaimanapun juga, Hailee telah mendengarnya.
"Kami tidak membicarakan apapun," Lexus berkilah dan mengangkat kedua tangannya dengan ekspresi wajah yang berkerut. "Kau salah dengar."
"Aku mendengar kau mengatakan; 'kau ingin merahasiakan pernikahan ini?!' itu yang aku dengar saat kau berteriak," Hailee menirukan suara Lexus dan ini membuat Ramon tersenyum samar mendengar betapa anehnya suara gadis itu jadinya.
"Kau salah dengar," gumam Lexus dengan tidak senang. Dia membuang muka dan menatap ke arah lain selain pada Hailee.
Hailee mendengus kesal melihat tingkah Lexus yang kekanak- kanakan dan mengalihkan perhatiannya pada Ramon. "Jadi, kau mau merahasiakan pernikahan ini?"
Tepat pada saat itu, tiga orang pelayan tadi telah siap menyajikan makanan- makanan utama, yang tadi telah dimasak oleh Hailee, di atas meja, di antara mereka bertiga.
Dan aroma dari masakan yang menguar di udara, sanggup membuat Lexus kembali mengalihkan perhatiannya lagi.
"Lalu?" Hailee menatap Ramon dengan sorot mata ingin tahu. "Kau akan merahasiakan pernikahan ini?"
"Kenapa?" Ramon mencondongkan tubuhnya juga dan menatap Hailee dengan sorot mata yang dalam. "Kau ingin pernikahan ini dirayakan dengan meriah?"
"Tidak, tidak! Bukan itu!" Hailee mengibaskan tangannya dengan cepat dan segera menolak ide Ramon. "Justru sebaliknya."
"Hm?" Ramon mengangkat alisnya.
"Bagaimana kalau kita tunda saja pernikahan ini?" Hailee segera mengambil kesempatan untuk bisa melarikan diri dari rencana tidak terduga ini. "Kau kan masih sakit dan pernikahan ini tidak perlu buru- buru, kan?"
"Kenapa tidak perlu buru- buru?" Ramon menikmati ekspresi cemas Hailee. Bagaimana matanya mengerjap dengan cepat dalam usahanya mencari alasan untuk menghindari pernikahan ini. "Kita sudah bersama selama dua tahun, kan?"
"Iya, iya, tapi… tetap saja…" Hailee terbata- bata dalam menjelaskan maksudnya dan sangat kesal karena Ramon tidak cukup sensitive untuk mengerti maksudnya. "Dua tahun bukanlah waktu yang lama untuk kita saling mengenal satu sama lain, bagaimana kalau tahun depan saja?" usul Hailee.
"Begitu? Jadi kau ingin tahun depan?" Tanya Ramon.
"Iya," jawab Hailee dengan pasti.
Dalam kurun waktu satu tahun ini, akan banyak hal yang mungkin terjadi dan Hailee pasti akan memiliki kesempatan untuk melarikan diri dari Ramon, atau mungkin juga Ramon akan memiliki kembali ingatannya.
Kalau seandainya hal itu terjadi dan Hailee masih berada di rumah ini, tentu mereka tidak akan menyalahkan dirinya juga karena telah mengambil kesempatan dalam kesempitan, bukan?
Setidaknya keluarga Tordoff tidak akan memberikan hukuman yang berlebihan atas kebohongannya.
"Lagipula waktu dua minggu itu terlalu cepat untuk mempersiapkan pernikahan. Tidak seharusnya kita mengambil keputusan dengan tergesa- gesa, apalagi untuk hal sepenting sebuah pernikahan," Hailee mencoba membujuk, merasa dirinya berada di atas angin ketika melihat Ramon mempertimbangkan kata- katanya.
Di sisi lain, Ramon menatap Hailee dengan tertarik. Satu hal lagi yang harus dia catat dari Hailee adalah; gadis ini sepertinya tidak ingin kalau dirinya terekspos. Sebenarnya ada apa? Apa yang dia coba hindari? Atau… siapa?
"Okay," jawab Ramon sambil mengambil makanan di hadapannya dan Hailee, dengan baik hati, mengambilkan sepotong udah goreng untuknya, sambil menatap Ramon dengan mata yang berbinar.
"Jadi, kau setuju untuk menunda pernikahan ini?" tanya Hailee hati- hati.
"Tidak," jawab Ramon sambil mengulum senyum menyaksikan ekspresi terkejut Hailee dari sudut matanya. "Pernikahan akan berlangsung sesuai rencana."
Udang yang Hailee akan sendokan ke piring Ramon terjatuh begitu saja saat dia mendengar jawaban pria ini. "Apa?" dahinya berkerut dengan tidak percaya. "Kupikir kau setuju. Kau bilang 'okay'."
"Tidak, aku bilang begitu karena aku memahami alasanmu, tapi bukan berarti aku setuju." Ramon dengan sangat telaten meletakkan sayuran di piring Hailee dan beberapa potong daging. "Kita akan tetap menikah dua minggu dari sekarang."
Hailee tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Sebenarnya, pria ini mengerti tidak sih dengan apa yang dia katakan?!
"Kalau kau pikir kita belum cukup mengenal satu sama lain, kita bisa melakukannya setelah kita menikah." Ramon mengambil sendok dan menggenggamkannya di tangan Hailee. "Lagipula, saat ini aku tidak mengingat apapun. Jadi, kuharap kau bisa membantuku mengingat masa- masa saat kita masih bersama."
'Masa- masa saat masih bersama apanya!?' gerutu Hailee. Mereka bahkan baru bertemu kurang dari satu bulan!
"Kau," Ramon menatap adiknya disebelahnya. "Pastikan acara ini berjalan dengan lancar."
"Baiklah, baiklah…" Lexus mengangguk- angguk, tidak terlalu mendengarkan ketika dia akan mengambil potongan daging yang kedua. Dia tidak menyangka kalau masakan Hailee begitu enak. Sangat cocok di lidahnya!
Tapi, tiba- tiba Hailee memukul tangan Lexus dengan sendok yang tadi digenggamkan oleh Ramon. "Siapa bilang kau boleh makan?! Aku membuat ini hanya untukku dan Ramon!" serunya dengan kesal.
"Hah?" Lexus mengusap- usap tangannya yang sakit dan menatap Hailee dengan tidak percaya. Gadis itu terlihat marah. Tapi, bukankah dia seharusnya marah pada Ramon? Kenapa justru Lexus yang menjadi sasaran?
Tentu saja kekesalan Hailee seharusnya ditujukan untuk Ramon, tapi dia tidak begitu berani untuk marah padanya. Maka dari itu, Hailee menargetkan sasaran yang jauh lebih masuk akal.
"Tidak mungkin, kau memasak sangat banyak untuk hanya dimakan kalian berdua saja," gerutu Lexus, dia kembali mengambil sendoknya dan tidak mempedulikan tatapan galak Hailee.
Pada akhirnya, Ramon tidak bisa makan dengan tenang karena Hailee dan Lexus terus saja bertengkar, tapi dia sama sekali tidak keberatan. Justru cenderung menikmati suasana ini.