Chereads / MARRIED TO A STRANGER / Chapter 12 - MASA KAMU LUPA?

Chapter 12 - MASA KAMU LUPA?

Hailee tidak tahu, apakah dia harus berterimakasih untuk ini, tapi yang dia mengerti adalah dirinya menjadi sulit untuk melarikan diri kalau bodyguard berbadan besar itu berjaga di pintu keluar.

"Ada beberapa hal yang harus ku urus, ku harap kau akan baik- baik saja kalau ku tinggal untuk menjaga Ramon." Lis menatap wajah putranya dan membelai kepalanya dengan lembut sebelum dia mengalihkan perhatiannya kembali pada Hailee.

"Ah, itu…" Hailee tampak ragu- ragu, tapi kemudian dia menyetujui. "Tentu saja," gumamnya.

Meraih ponselnya, dia berkata kepada Hailee sambil membalik badannya. "Kalau begitu, aku akan pergi sekarang."

"Mrs. Tordoff." Hailee segera memanggil Lis, dia sungguh merasa canggung.

"Hm?" Lis membalik badan dan mengangkat alisnya, mempertanyakan tindakan Hailee. "Iya?" tanyanya, karena gadis itu tidak juga membuka mulutnya.

Sambil menggigit bibirnya, Hailee bergerak- gerak dengan gelisah. "Apakah… apakah kau tidak mau mencari tahu dulu siapa saya? Dan latar belakang seperti apa yang saya miliki?"

Hailee tidak bisa berpura- pura selamanya, karena pada saat Ramon terbangun, keadaan akan menjadi pelik saat Lis tahu dia berbohong. Kenyataan bahwa Hailee telah mangaku sebagai tunangan Ramon saja, sudah cukup buruk, belum lagi kalau dia harus berbohong untuk hal lainnya.

Tatapan mata Lis melembut ketika dia menghampiri Hailee dan mengusap pundaknya. "Ramon memiliki alasan tersendiri kenapa selama dua tahun ini dia merahasiakan identitasmu, maka dari itu, aku tidak akan mencaritahu mengenai informasi ini, kecuali kalau kau mau mengatakannya padaku." Lis lalu menambahkan. "Apakah kau mau memberitahuku?"

Melihat Hailee yang tidak menjawab pertanyaannya, Lis segera tahu apa jawabannya. Dia tidak marah, ada sebuah senyum di bibirnya ketika dia menepuk pundak Hailee.

"Kita akan belajar untuk mengenal satu sama lain. Masih banyak waktu untuk itu."

Setelah mengatakan kalimat terakhirnya, sang Bankir wanita, keluar dari kamar dan menutup pintu, meninggalkan Hailee dalam keheningan.

"Ah, kacau!" Hailee menggerutu, menjambak rambutnya sendiri karena frustasi, tapi tidak bisa melakukan apa- apa.

Dia merasa sangat lelah dan lapar, karena di kafetaria tadi, dia tidak memakan apapun kecuali segelas minuman yang tidak sempat dia habiskan.

Mungkin, malam ini Hailee bisa bermalam di sini untuk sementara waktu dan menjaga

Dengan langkah lunglai, Hailee mendekati ranjang dimana Ramon berbaring. Kepalanya di perban dan ada alat bantu pernapasan yang di pasang menutupi hidung dan mulutnya, tapi dari garis dan bentuk wajahnya saja, Hailee tahu kalau Ramon adalah pria yang bisa dibilang; akan dengan mudah meluluhkan hati setiap wanita.

"Siapa wanita beruntung yang menjadi pacarnya?" Hailee jadi penasaran saat dia bergumam sendiri.

Dalam ingatannya yang samar- samar, Hailee mengingat salah satu berita yang menampilkan Ramon Tordoff sebagai subjeknya, tapi Hailee tidak mengikuti topik diskusi tersebut dan segera mengganti saluran televisinya ke chanel lain. Dia bukanlah seorang fans diskusi berat mengenai perekonomian Negara.

Tapi, siapa sangka, bertahun- tahun setelahnya, Hailee justru bertemu langsung dengan bankir muda yang sempat membuat heboh media massa beberapa tahun lalu karena skandalnya.

Sambil menghembuskan nafas pelas, Hailee beranjak pergi dan menuju ranjang yang memang di khususkan untuk orang- orang yang menemani pasien seperti dirinya.

Ranjang ini cukup nyaman, setidaknya sepuluh kali lebih nyaman daripada ranjang keras di rumah Ian. Tapi, Hailee akan memilih untuk tidur di kamar sahabatnya itu kalau dirinya bisa memilih.

Saat ini Hailee terlalu lelah untuk berpikir, tapi yang pasti, besok dirinya akan melarikan diri dari situasi ini sebelum Ramon sadar dan kebohongannya terbongkar di depan Lis.

Dengan rencana itu, Hailee memejamkan matanya dan langsung jatuh tertidur.

Tapi, sama seperti hidupnya beberapa hari terakhir ini, rencananya kali ini pun sepertinya tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang Hailee harapkan.

***

Hailee terbangun keesokan harinya saat dirinya mendengar suara erangan samar dari arah ranjang. Tanpa diduga, tidurnya semalam sangat pulas, mungkin karena dirinya terlalu lelah, atau mungkin karena dirinya merasa aman berada di rumah sakit ini, karena tepat di balik pintu masuk, Hailee tahu kalau bodyguard Lis sedang berjaga di sana.

Suara erangan itu semakin terdengar dan memaksa Hailee untuk membuka matanya yang masih mengantuk.

Ruangan ini memiliki cahaya redup, tapi melihat bagaimana terangnya ke adaan di balik gorden biru yang tebal, yang menghalangi sinar matahari, Hailee tahu kalau hari telah berganti menjadi pagi.

Dengan terhuyung- huyung, Hailee berjalan menghampiri asal suara yang mengganggu tidurnya itu dan mendapati Ramon telah membuka matanya.

"Argh!" Hailee memekik pelan dan buru- buru menutup mulutnya sebelum dirinya dapat berteriak lebih keras lagi.

Di sana, di atas ranjang, Ramon tengah menatapnya dengan dahi berkerut, lalu bibirnya tertekuk membentuk pertanyaan yang Hailee takuti selama ini.

"Siapa kamu?" Ramon bertanya dengan suara serak, dia terlihat tengah berusaha untuk duduk, tapi kesulitan karena dirinya tidak memiliki banyak sisa tenaga untuk di gunakan, dan lagi, Hailee tidak melakukan apa- apa karena dirinya terlalu terkejut untuk memproses apa yang harus dia lakukan selanjutnya.

"Kamu siapa?" Ramon menatap Hailee dengan kesal sambil mengulangi pertanyaannya.

Hailee tergagap, tidak tahu jawaban apa yang harus dia berikan. Tapi, tidak bisa juga membiarkan Ramon menunggu, karena walaupun wajah pria itu yang pucat, sorot matanya benar- benar menakutkan.

Hailee mundur beberapa langkah, walaupun otaknya masih memikirkan kemungkinan apa yang terbaik yang bisa dirinya ambil, tapi tubuhnya bergerak sendiri, mencari jalan keluar dari situasi ini.

Di sisi lain, melihat gadis yang tidak dia kenali bergerak menjauh, Ramon semakin curiga dan segera menakan tombol darurat di samping tempat tidurnya. Tubuhnya terlalu lemah untuk dapat mengejar Hailee dan kepalanya terlalu berat untuk dirinya mengingat kalau pernah bertemu dengan perempuan ini.

Hailee baru akan meraih handle pintu ketika pintu tersebut sudah lebih dulu terbuka dan menyuguhkan Lis dari baliknya.

"Hailee?" Lis menatap Hailee dengan sorot bertanya, melihat kebingungan di wajah gadis itu yang terpampang jelas. "Ada apa?"

Namun, sebelum Hailee dapat menjawab pertanyaan tersebut, Lis telah menangkap sosok Ramon yang telah sadar.

Naluri keibuan Lis membuat dirinya segera bergegas menghampiri anak pertamanya tersebut, tapi tidak lupa menyeret Hailee bersamanya juga.

Hailee benar- benar mau menangis, tangannya mulai berkeringat sementara tubuhnya kaku seperti sebuah balok es.

"Ramon…" Lis baru melepaskan genggamannya pada Hailee setelah dirinya memeluk Ramon dengan hati- hati.

Namun, momen haru tersebut, sama sekali tidak membuat Ramon melepaskan tatapan penuh selidiknya dari Hailee.

"Dia siapa?" tanya Ramon setelah Lis melepaskan pelukannya dan mengusap air mata dari wajahnya.

"Lho? Masa kamu lupa, ini kan kekasihmu?" Lis melemparkan tatapan penuh tanya yang sama pada Hailee.