Semenjak hari itu, aku meminta adikku hana untuk datang menjemput. Kalau berdua, penguntit itu bisa saja tak berani mendekatiku seperti saat aku bersama dengan zabel.
Aku tak tau apa itu nama aslinya atau bukan, tapi mulai sekarang aku akan memanggilnya zabel.
Sudah satu minggu berlalu, namun aku tak dapat menemukannya dihalte bis yang waktu itu. Menurut pendapat adikku, zabel itu siswi SMA sama sepertiku.
Kenapa? Karena saat aku menjelaskan ciri-ciri zabel padanya, dia langsung berpendapat seperti itu. Lagipula tubuh zabel memang pendek, tipe-tipe siswi SMA sekali, katanya.
Semoga saja dia memang seorang pelajar sama sepertiku.
Mengenai penguntit itu, engg....seragam yang dia pakai itu sekolah yang letaknya tepat didepan sekolahku. Tapi wajahnya tak dapat kulihat, karena situasinya saat itu minim cahaya.
Untungnya semenjak hari itu, dia berhenti mengirimkan pesan padaku. Aku pun merasa berhenti diikuti.
"Apa itu zabel? Lihatlah! Ciri-cirinya seperti yang kakak jelaskan!" Ujar hana heboh yang tiba-tiba saja mengagetkanku.
"Hah?! Mana?!" Aku melihat ke sekeliling mencari zabel.
"Aku menunjuk kesana! Dasar bodoh!" Hana menarik rambutku dengan keras karena kesal. Otomatis aku melihat ke arah yang dia tunjuk.
Dan benar saja, itu zabel. Dia memakai hoodie, topi, dan masker yang serba hitam seperti terakhir kali. Tapi kali ini dia memakai celana pendek dan bukan rok.
Kulihat dia menyebrang jalan dan masuk ke dalam minimarket.
"Kenapa malah diam? Ayo ikuti dia!" Hana menarik paksa tanganku dan pergi menyebrang.
Reflekku kurang ternyata.
"Dia membeli pisau?" Tanyaku pada diri sendiri yang melihat zabel dari luar. Dia tampak membeli 1 buah pisau berukuran sedang.
"Itu benda yang wajib ada dirumah!" Omel hana.
"Hei!" Hana menepuk pundak zabel yang barusaja keluar minimarket.
"Ya?" Zabel meresponnya. Dia melihatku sekilas lalu kembali pada hana.
"Kau zabel 'kan? Orang yang membantu kakakku waktu itu!" Adikku hebat sekali, aku bangga padamu.
"Ah itu! Maaf, aku sedang sibuk sekarang!" Zabel pergi berlari dengan cepat. Dari wajahnya terlihat jelas kalau dia sedang mengkhawatirkan sesuatu.
Karena ikut panik, aku berlari mengejarnya. Tak lupa kuserat adikku hana.
Tapi saat dia berbelok, kulihat dia menghilang. Pergi kemana dia? Cepat sekali!. Sebenarnya ada apa dengannya? Kenapa dia tiba-tiba berlari?.
"Dia hilang disini 'kan? Maka lain kali kita bisa mencarinya dengan mudah! Untuk sekarang kita pulang saja, lanjutkan saat libur!"
"Baiklah!"
Akhirnya aku dan hana pulang tanpa membawa informasi apapun.
⋇⋆✦⋆⋇ ⋇⋆✦⋆⋇ ⋇⋆✦⋆⋇
"Selamat pagi, ling!" Sapa ketua kelas, Monica yang barusaja datang dan melihatku berdiri didekat pintu kelas.
"Pagi!"
Sekarang hari rabu, jadwal pelajaran pertama itu olahraga. Jadi begitu sampai dikelas, aku perlu mengganti seragam dengan pakaian olahraga.
"Cepatlah!" Ajakku pada Kiki, teman sebangkuku.
Saat aku berjalan bersama dengan kiki dilorong kelas, didepan ada banyak orang yang menutupi jalan dan suara bising.
Kiki yang penasaran langsung menarikku untuk mendekat. Dia bertanya pada salah satu murid, dan ternyata ada 2 siswi yang bertengkar.
Dia menarikku untuk masuk lebih dalam. Siapa sangka, ternyata siswi yang bertengkar itu salah satunya zabel. Sekarang aku melihat dengan jelas seperti apa wajahnya.
Bagaimana aku tau? Nametag yang terpasang diseragamnya yang memberitauku.
Ah...astaga! Dia sangat cantik~ kulitnya putih, bahkan sepertinya terlalu putih. Dia mirip sekali dengan manekin.
Matanya berwarna hijau, jarang sekali. Rambutnya pirang dan panjang. Bibirnya kecil, bulu matanya panjang dan lentik, dia sangat mungil.
Eh tunggu! Dia satu sekolah denganku? Kenapa aku tidak menyadarinya? Bodoh sekali!.
Aku baru ingat astaga! Apa tak ada yang berani memisahkan mereka?.
"Kenapa kalian tidak memisahkan mereka?!" Tanyaku pada murid lain.
"Kau tidak tau? Bella terkenal garang disini!" -kiki.
"Bella?"
"Bella, manekin cantik!" Jawabnya.
Hmm....bella? Manekin cantik? Maksudnya zabel? Siswi yang tak kukenal itu berkulit coklat. Sebenarnya namanya itu zabel atau bella? Dan dia terkenal? Kenapa aku malah tak mengetahuinya?.
Ah untungnya datang guru olahraga yang memisahkan mereka.
Mengerikan.
Padahal mereka perempuan, tapi mereka bertengkar sampai babak belur dan memecahkan kaca jendela. Entah kepala siapa yang mengenainya.
Yang jelas mereka dibawa oleh guru olahraga itu. Dan karena hal itulah, kelasku kosong sekarang. Yah harusnya guru itu mengajar kelasku, tapi dia mengurusi masalah zabel.
"Ayo ganti baju!" Ajak kiki saat murid-murid lain kembali ke kelasnya masing-masing.
"Gurunya saja tidak mengajar!" Kataku.
"Tadinya aku akan menceritakan mengenai bella pada temanku ini! Tapi sepertinya dia tidak tertarik! Padahal jika kita memakai seragam olahraga, kita bisa berkeliling sekolah! Jika aku membicarakan mengenai bella dikelas, yang ada semua murid mengerumuniku!"
Kiki berbicara panjang lebar, padaku tentunya. Dia ini memang tipe murid penggosip, jadi wajar saja.
"Kenapa kau tak bilang daritadi?" Tanyaku sambil tersenyum riang dan segera menarik kiki menuju ruang ganti.
⋇⋆✦⋆⋇ ⋇⋆✦⋆⋇ ⋇⋆✦⋆⋇