FLASHBACK ON
Tak terasa waktu cepat berlalu, saat ini Ibu Via dan Via sedang dalam perjalanan menuju Sekolah. Via yang telah rapi dengan pakaiannya dan juga Ibu Via yang terlihat cantik dimata Via, anaknya.
Ibu Via membuatkan sarapan terlebih dahulu untuk Via sebelum berangkat. Tak henti-hentinya tersenyum karena akhirnya Via mau bersekolah lagi setelah bertahun-tahun lamanya.
"Bu," panggil Via yang sudah berdiri dihadapannya. Ibu Via menoleh dan langsung menatapnya penuh kagum, melihat penampilan Via dari atas sampai bawah, benar-benar cantik.
"Wah... anak Ibu cantik sekali, ya. Ada apa, Vivi?"
Mendengar itu Via menjadi malu sendiri, pipinya bersemu merah mendengar pujian dari Ibunya langsung.
"Ibu, Via malu tahu!" kesal Via yang sedang menutupi kedua pipinya sembari mengulum senyumnya.
Ibu Via terkekeh melihatnya, kemudian mencubit hidung Via yang mancung itu dengan gemas.
"Sini, duduk. Ibu buatin sarapan kesukaan kamu." Via tersenyum menatap nasi goreng sosis kesukaannya itu, ia pun menuruti perintah Ibunya untuk duduk dengan diikuti Ibu Via yang juga duduk disebelah Via.
Via pun dengan antusiasnya memakan nasi goreng sosis buatan Ibunya itu dengan senang sehingga membuatnya tersedak. Ibu Via yang panik pun langsung memberikan segelas susu untuk diminumnya.
"Vivi, makannya pelan-pelan dong, bahaya." peringat Ibu Via dengan raut wajah yang khawatir.
Via tersenyum mengangguk setelah meminum setengah gelas susu yang diberikan Ibunya, "Iya, Bu. Maafin Via soalnya Via suka banget sama makanan ini, hehe," ujar Via kembali menyuapi sarapannya itu dengan hati-hati.
Ibu Via hanya menggelengkan kepalanya sembari tersenyum, ada-ada saja, pikirnya.
"Vivi, kamu udah isi formulirnya, kan?" tanya Ibu Via sembari mengusap rambut hitam legam milik putrinya itu yang begitu cantik. Sedangkan Via fokus dengan sarapannya itu sembari mengangguk untuk menjawab pertanyaan Ibunya itu.
Selesai menelan makanannya, Via pun mengerutkan keningnya ketika melihat Ibunya yang hanya memperhatikannya dan tidak ikut untuk sarapan bersamanya.
"Ibu gak sarapan?" tanya Via dengan kening yang mengerut.
Ibu Via menggelengkan kepalanya, "Udah, kok. Ibu udah makan duluan tadi," jawab Ibu Via.
Via pun mempercayainya dan mengangguk, "Oh, kirain belum."
Akhirnya Ibu Via dan Via pun telah sampai didepan gerbang Sekolah. Mengingat masa mudanya dulu, Ibu Via langsung teringat pada Sahabat dan juga seseorang yang kini hanyalah tinggal kenangan dalam hidupnya itu.
Sementara itu Via hanya menatap Sekolahannya itu dengan keringat dingin yang mulai keluar, seluruh tubuhnya gemetaran tetapi ia berusaha menahan semuanya, demi Ibunya.
Via tidak ingin membuat Ibunya khawatir karena melihat keadaannya yang seperti ini. Sampai akhirnya Ibu Via pun menarik lengan Via untuk masuk kedalam Sekolahan.
"Pak, ini formulir yang sudah diisi," ujar Ibu Via yang berbicara kepada salah satu pengurus pendaftaran penerimaan siswa baru ke Sekolahan ini.
Bapak-bapak itu pun menatap Ibu Via dengan tatapan terpana. Kemudian melirik anak yang orang itu tahu adalah sebagai anak dari Ibu Via. Mereka berdua sama-sama cantik, pikirnya.
Pukul 10.00 menjelang siang, mereka berdua sedang berada di Taman yang dekat dengan Sekolah itu. Via langsung menunjuk salah satu penjual es krim.
"Tunggu, Ibu belikan dulu," ujar Ibu Via yang langsung diangguki olehnya.
Sembari menunggu, Via melihat-lihat sekeliling yang terdapat banyak anak-anak beserta orang tuanya yang tengah bermain dan juga menjaga anak-anak mereka.
Tak lama datanglah seorang laki-laki seusianya yang baru saja duduk disampingnya. Via terkejut melihatnya yang kini juga tengah menatapnya sembari tersenyum.
"Hai," sapanya dengan senyuman manisnya. Via mengerutkan keningnya, seperti de javu.
Laki-laki itu terkekeh melihat kebingungan diwajah Via, "Kita ketemu lagi, ingat?" tanya nya pada Via yang kini sudah mengingatnya dengan jelas siapa dirinya.
"K-kamu..." Laki-laki itu tersenyum mengangguk sebagai jawaban.
"Jadi, gimana?" Via mengerutkan keningnya.
"Gimana, apa?" tanya Via yang tak mengerti kemana arah pembicaraannya. Laki-laki itu pun tersenyum, lalu melihat jam tangannya dan kembali menatap Via.
Via dibuat terdiam membeku, bagaimana tidak? Laki-laki itu baru saja mengacak-acak puncak kepalanya sembari tersenyum manis kearahnya.
"Mungkin jawabannya masih belum, ya. Ok, mungkin lain kali kalau kita ketemu lagi. Aku pergi dulu ya, soalnya ada urusan lain, bye."
Via masih terdiam berusaha mencerna apa yang telah terjadi barusan. Ia langsung menggelengkan kepalanya ketika ternyata disampingnya sudah mendapati Ibu Via yang kini telah duduk disampingnya dengan es krim ditangannya.
"Kamu kenapa? Kok, kaget gitu." tanya Ibu Via yang melihat Via sedikit terkejut ketika menatap kearahnya.
Via menganga, kemudian menggelengkan kepalanya, "E-enggak kok, Bu. Gapapa, hehe," jawabnya lalu mengambil es krim itu dari tangan Ibu Via.
Langit mulai menggelap pertanda hujan akan datang, terpaksa Ibu Via dan Via pulang ke Rumah. Padahal Via masih ingin bermain di Taman itu berdua bersama Ibunya.
"Vivi," panggil Ibu Via ketika melihat putrinya itu yang tengah melamun dibalkon kamarnya. Via pun menoleh, "Iya, Bu. Kenapa?" Tanya nya sembari tersenyum.
"Jangan sedih, lain kali kita ke Taman lagi, ya," ujar Ibu Via karena melihat putrinya itu yang sedikit bersedih.
Tak lama setelah itu hujan pun turun, akhirnya Ibu Via mengajak Via untuk masuk kedalam kamarnya karena cuaca yang begitu dingin, takut jika Via putrinya itu jatuh sakit.
Kini Ibu Via dan Via sudah berada didalam kamar Via. Mereka berdua tengah berpelukan di tepi tempat tidur dengan Via yang mulai merasa takut ketika suara petir terdengar.
Ibu Via senantiasa menemaninya, memeluknya, memberinya ketenangan pada Via. Ia seketika tidak bisa membayangkan bagaimama jadinya nanti jika dirinya pergi meninggalkan Via seorang diri.
Ia hanya bisa berharap semoga datang seseorang yang bisa menggantikan dirinya, berperan sebagai seseorang yang begitu tulus mencintainya dan menjaganya dengan sepenuh hati.
Tanpa sadar ternyata Via tertidur lelap dalam pelukannya itu. Ibu Via tersenyum melihatnya dan langsung melepaskan pelukannya itu, membenarkan posisi Via agar tertidur dengan nyaman. Menyelimuti tubuh Via hingga sampai ke leher.
Ibu Via menatap Via lama, kemudian perlahan mengecup kening, kedua pipinya, hidung dan juga dagu.
"Mimpi indah, anak Ibu yang cantik," bisiknya kemudian pergi melangkahkan kakinya keluar kamar.
Menutup pintunya dengan pelan, lalu berjalan menuju ke dapur untuk membuat coklat panas. Karena cuaca yang dingin ditambah sedang musim hujan seperti ini, coklat hpasti akan membantu menghangatkan tubuhnya.
Sesaat setelah membuat coklat panas, ia mendengar suara dering ponsel dari dalam kamarnya. Tetapi ia abaikan karena sedang malas menerima telepon dari siapa pun.
Kakinya pun melangkah menuju ruang televisi untuk menghibur dirinya sendiri dari kekhawatiran yang sejak tadi memenuhi pikirannya, juga segelas coklat panas yang akan membantunya.
"Dingin banget," gumamnya lalu mengambil selimut yang berada diujung sofa, lalu menyelimuti tubuhnya sembari meminum segelas coklat panasnya dengan tayangan yang membuatnya sedikit lupa akan beban masalahnya. "Ah... nikmat banget." Lanjutnya lagi sembari terkekeh menertawai dirinya sendiri.
FLASHBACK OFF