Chereads / LOVE OF DREAM / Chapter 15 - SESUAI RENCANA

Chapter 15 - SESUAI RENCANA

FLASHBACK ON

Malam itu setelah membentak Istrinya, John langsung pergi ke rumah teman lamanya, Rudy. Setelah mendapat isi pesan itu, tanpa pikir panjang ia langsung ingin segera bertemu Rudy. Entahlah hatinya benar-benar tak sabar tentang bagaimana kabar selanjutnya mengenai anaknya.

Dalam perjalanan, John bergerak gelisah tak karuan. Entah karena apa, tapi yang jelas ia tak bisa membayangkan jika tak bisa bertemu dengan anaknya lagi untuk selamanya. Dan saat ini John seperti sedang bermimpi karena sebentar lagi bisa bertemu dengan anaknya sendiri.

Ia tak henti-hentinya tersenyum, sesekali menggigit kuku jarinya. Tak lama ponselnya mendadak berdering, ternyata itu dari Yuanita. John malas, pada akhirnya ia memilih mengabaikannya saja. Untuk saat ini ia ingin menyendiri untuk memantapkan pilihannya, jangan lagi goyah hanya karena Istrinya yang terus menerus tak bisa memperbaiki kelakuannya itu.

Ponselnya ia simpan asal didashboard. Pikirannya hanya tertuju pada seseorang untuk saat ini. Setelah sampai ditujuan, John pun memarkirkan mobilnya masuk kedalam rumah sederhana itu.

John mengetuk pintu rumah itu dengan sopan, tak lama pintu pun terbuka ternyata yang membukanya adalah Istrinya.

John tersenyum, "Rudy nya ada?" Tanya John sopan.

"Oh, Ini Pak John, ya? Teman SMA nya suami saya, iya kan?"

John terkekeh, "Iya, saya temannya, Rudy."

Istrinya pun mempersilahkan John masuk dan menunggunya di ruang tamu. Setelah itu pergi memanggil Rudy suaminya untuk memberitahukan kedatangan John. Rudy pun datang dengan pakaian santai ala rumahannya.

Kaos oblong putih, celana pendek dengan kaca mata hitam khas nya yang selalu bertengger dihidungnya. John pun yang melihatnya geleng-geleng kepala, dari dulu hingga sekarang penampilannya masih sama dan tak jauh beda.

"John, gue udah bisa nebak sih. Lo pasti bakal datang ke rumah." John yang sedang terkekeh pun berdeham untuk menetralkan rasa gugupnya setelah mendengar yang dikatakan Rudy yang benar adanya.

Rudy yang melihatnya tersenyum sinis, "Nyesel gak lo udah ngelepas dia? Dia makin cantik John, anak perempuannya juga cantik, persis banget sama dia waktu masih SMA."

John langsung mendongak begitu mendengarnya, entahlah hatinya juga tak karuan begitu mendengarnya. Rasa yang ia kira dulu hanyalah sebatas cinta monyet, ternyata ini adalah rasa yang benar-benar sungguhan pada mantan Istrinya itu.

"Maksud, lo? Lo... udah..." Rudy mengangguk sebagai jawaban. Ia pun membuka ponselnya dan memperlihatkan beberapa foto yang diambilnya secara diam-diam.

John langsung merebut ponselnya hanya dengan sekali tarikan ponselnya sudah berada dalam genggamannya. Matanya sudah memerah bahkan berkaca-kaca. Ia menatap Rudy dan ponsel itu secara bergantian.

"I-ini... anak gue, Rud?! Rud, serius lo, ini anak gue?!"

"Iya, itu anak lo. Gimana, lo seneng?"

John terkekeh dengan air mata yang mengalir dipipinya, entahlah yang ia rasakan saat ini adalah ingin menangis tetapi juga senang sekaligus menyelimuti hatinya saat ini.

"Jangan tanya, Rud. Lo juga tahu jawabannya."

Rudy yang melihatnya tersenyum, membantu John juga tidak ada salahnya baginya. Berkat John pula, Rudy bisa menafkahi keluarganya. Ingat sekali saat itu Rudy seperti gelandangan karena warisan yang menjadi hak nya direnggut paksa oleh orang tua angkatnya sendiri.

Mengingat itu, Rudy benar-benar sedih. Mungkin nasibnya takkan sebaik sekarang jika John tidak cepat datang menolongnya kala itu. Maka dari itu, Rudy pun mau membalasnya dengan menolong John. Rudy akui jika pria dihadapannya ini sebenarnya adalah laki-laki baik, hanya saja ia diperdaya oleh perempuan yang menjadi sekretarisnya dulu sehingga bisa membuat John seperti sekarang ini.

Meskipun Rudy tidak mengenalnya, namun gosip pernikahannya menyebar begitu saja ke media. Tentu saja karena John Sheikh adalah orang tersukses dan terkaya nomor satu di Indonesia. Dan yang membuat Rudy suka adalah meskipun John bukanlah orang sembarangan, tetapi John tidak pernah sombong.

Temannya itu tidak pernah menggunakan kekayaannya untuk berbuat seenaknya. John adalah John, orang yang begitu diidamkan banyak wanita tetapi Rudy yakin hanya satu wanita yang benar-benar John cintai. Wanita itu adalah mantan Istrinya, yang merupakan teman mereka juga saat SMA.

"Rud," Panggil John dan dibalas deheman oleh Rudy. "Gue kaya nya udah ketahuan sama Istri gue." Ujarnya lagi dengan tatapan fokus pada Rudy.

Rudy mengerutkan keningnya, "Maksud, lo?" Tanya Rudy tidak mengerti kemana arah pembicaraan John.

"Pas lo nelepon dan kirim pesan ke gue, gue lagi dikamar mandi. Dan lo tahu itu artinya apa?"

Rudy masih menatap John, hingga ia membulatkan matanya lalu menepuk dahinya berkali-kali sembari merutuki kebodohannya.

"Aduh, John! Sorry banget, gue lupa kalau lo udah beristri. Gue gak mikir kesana, yang ada dipikiran gue cuma satu, bikin lo sama dia bahagia lagi kaya dulu."

John tersenyum mengembang, "Tenang aja, Rud. Lo gak salah, kok. Itu biar jadi urusan rumah tangga gue. Gue ingin memastikan Istri gue bisa berubah atau enggak, kalau enggak gue mau mantapin keputusan yang udah gue pikirin matang-matang selama ini."

"Emangnya lo udah bikin keputusan apa?"

Setelah acara bincang-bincang dengan Rudy, John tak henti-hentinya memandang foto yang berada diponselnya. Tadi ia meminta Rudy untuk mengirimkan semua fotonya, alhasil disinilah sekarang John berada, apartemen Calvin.

Calvin yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala, seperti anak remaja yang baru merasakan jatuh cinta itulah yang dilihat Calvin saat melihat John dengan senyum bahagianya menatap foto anak dan mantan Istrinya itu.

"Udah, lebay amat, lo! Nanti juga ketemu disekolah," Ujar Calvin lalu membawakan nasi goreng buatannya dengan segelas air putih kehadapan John.

John yang melihatnya pun langsung tersenyum, "Thank's, Vin. Lo tahu aja kalau gue belum makan malam." Ujar John menaik turunkan alinya sembari menatap Calvin yang mendengus.

John terkekeh, ponselnya ia simpan asal. Karena tidak tahan dengan nasi goreng yang Calvin buat itu, ia langsung melahapnya. Masakan Calvin selalu enak, memang pria yang satu ini memiliki bakat dalam memasak. Tidak masalah bagi John jika seorang laki-laki pandai memasak.

Calvin pernah ditawarinya untuk bekerja sebagai chef di kapal pesiar, namun anehnya pria itu menolaknya mentah-mentah dan lebih memilih menjadi sekretarisnya. Entah apa yang ada dalam pikiran Sahabatnya itu sampai sekarang.

"John, lo udah sejauh mana?"

"Maksudnya?"

"Lo udah nyoba telepon dia?"

"Udah, tapi gak diangkat." Jawab John lesu, lalu kembali menyuapi nasgor itu kedalam mulutnya sendiri.

Makan malam pun selesai, lalu ia mengambil segelas air putih pada gelas yang besar itu lalu menenggaknya hingga habis tak bersisa. Calvin yang melihatnya pun geleng-geleng kepala.

"Coba," Ujar Calvin singkat yang membuat John mengangkat kedua alisnya tidak mengerti. Calvin yang melihatnya begitu gemas ingin melenyapkan orang yang ada dihadapannya itu saat ini juga.

"Cepetan!" John menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Sumpah demi oreo bentuk kotak, maksud lo apaan sih, Vin? Gua kagak ngarti."

Calvin mengusap wajahnya kasar, "Lo telepon lagi lah, goblok! John... John... astaga, bener ya kata orang kalau cinta itu bisa bikin orang jadi goblok."

John yang mendengarnya bukan marah malah menyengir, "Ok, ok, gue coba lagi nih," Ujar John mengalah karena melihat Calvin yang sepertinya frustasi karenanya.

Sementara itu ada seseorang yang berusaha menghubunginya, namun tetap saja tak berhasil. Ia berjalan mondar-mandir sembari menatap ponselnya.

"Kamu kemana lagi sih, Mas?!"

FLASHBACK OFF