Tersadar, ia pun akhirnya mengerjapkan kedua matanya secara perlahan. Pening dikepalanya benar-benar membuatnya tidak tahan, dirinya belum menyadari dengan apa yang telah tejadi.
Samar-samar Genio melihat seseorang yang berada disampingnya ketika dirinya tidak sengaja menoleh ke sebelah kiri. Ia masih mengerutkan keningnya, rasa sakit dikepalanya benar-benar menyiksanya, akan tetapi sebisa mungkin dirinya tahan.
Ketika laki-laki itu hendak bangun, seseorang yang sedari tadi memunggunginya pun kini menoleh dan ternyata itu adalah sang kakak.
"Jangan bangun, lo harus banyak istirahat," ujar Qinara mencegahnya untuk bergerak bangun.
Akhirnya Genio pun menurutinya saja karena tidak ingin berdebat, ia juga begitu lemas saat ini, dirinya tidak tahu apa yang telah terjadi kepadanya.
Kemudian ia melihat sang kakak yang saat ini sedang mengupas buah-buahan, tetapi raut wajahnya begitu sangat berbeda membuatnya menjadi merasa kurang nyaman.