Hari yang dinanti tiba, hari ini Ayya dan Rafi mengadakan acara syukuran untuk pernikahan Zayn dan Arunika. Mereka semua berkumpul di Kudus.
"Kak Zayn, kenapa Umi dan Abi belum tiba ya.." Arunika merasa agak cemas karena umi dan abinya yang seharusnya menjemput papanya malah belum tiba. Ayya dan Rafi saat ini sedang dalam perjalanan kembali dari Singapura.
"Sayang, tenanglah dulu! mereka belum bisa dihubungi. Mungkin pesawat mereka belum mendarat." Zayn terlihat lebih tenang, dia yakin kedua orang tuanya saat ini baik-baik saja.
"Iya kak, Papaku juga belum bisa dihubungi. Tetapi seharusnya Papa sudah turun dari pesawat dan sekarang seharusnya sudah transit ke Semarang." Arunika sangat mengkhawatirkan papanya, beliau sudah sangat lama tidak datang ke Indonesia. Arunika takut papanya kesasar, hehe.
"Tenanglah sayang, kita tunggu sebentar lagi. Nanti kakak akan meneleponnya. Sekarang, kamu berganti baju lalu kita akan menemui para tamu yang sudah mulai berdatangan," Zayn kemudian mengantar Arunika sampai ke kamar.
Semua tamu adalah kerabat dekat keluarga Ayya dan Rafi, juga Ziyad dan Kirana. Sedangkan dari keluarga Arunika hanya papanya yang akan hadir. Mereka juga tidak mengundang banyak orang, hanya sekitar tiga puluh orang ditambah dengan anggota keluarga inti.
"Iya kak, aku akan berganti baju. Tetapi aku sangat cemas kak," Arunika menundukkan kepalanya. Dia hampir manangis, sebenarnya Arunika sangat merindukan papanya. Zayn menyadari kalau Arunika sedang gelisah, dia pun kemudian memeluknya.
Zayn juga mencium kening istrinya, dia juga sebenarnya ingin mencium bibir Arunika tetapi dia mengurungkannya. Nanti kalau bibir Arunika bengkak, bisa dibully seluruh keluarganya.
"Zayn sendiri sebenarnya agak khawatir sih, tetapi hatinya mengatakan kalau umi dan abinya baik-baik saja karena feeling Zayn sangat kuat. Jadi, kalau terjadi sesuatu pasti dia akan gelisah sejak tadi.
Zayn dan Arunika sudah bergabung dengan Kirana dan Ziyad, juga Kyai Bashori dan umi Hana. Sementara Kaif dan Ashila bersama dengan Ahfaz dan Azka. Alif sedang mengajak Aghnia bermain, semenjak mendengar tangis Najma beberapa hari yang lalu Alif merasa bersemangat. Dia yakin suatu saat nanti, mereka akan dipertemukan kembali. Dia berjanji akan menunggu sampai Najma kembali, dia tidak akan pernah menikah dengan orang lain.
"Kakak, kenapa Umi, Abi dan Papaku belum juga tiba? coba kau telepon mereka." Arunika semakin cemas, acara hampir dimulai tetapi si pemilik hajat malah belum tiba.
"Baiklah sayang, kita akan menelepon mereka! sebentar ya.." Zayn kemudian mengambil ponselnya lalu dia mulai menekan nomor abinya. Nada tersambung tetapi abinya tidak segera mengangkat telepon Zayn sampai nada dering berhenti. Lalu Zayn mencoba menelepon uminya. Sama, nada tersambung tetapi, uminya tidak mengangkat teleponnya.
Lalu Arunika tidak sabar, dia menelepon papanya, nah saat arunika mendengar nada tersambung, suara dering telepon terdengar diruangan itu. Arunika segera mencari kesegala arah kenapa no telepon papanya berbunyi disini. Padahal, Arunika tidak melihat papanya berada disini.
"kakak, apakah kau mendengar dering ponsel Papa? aku sangat yakin itu ponsel Papa, tetapi dimana beliau?"Arunika celingukan mencari orang sangat ingin ditemuinya.
"Sebentar sayang, kakak akan akan cari diluar. Siapa tahu papamu memang sudah datang." Baru jasa Zayn akan keluar, Ayya Rafi dan Haedar muncul dipintu. Senyum mereka semua membuat Zayn dan Arunika merasa lega.
"Arunika, Zayn, selamat ya! kalian sekarang sudah benar-benar resmi menjadi suami istri baik secara agama maupun hukum. Ayya, Rafi dan Haedar masuk secara bersamaan. Mereka membawakan surat nikah Zayn dan Arunika yang baru saja jadi.
"Umi, Abi, Papa, kenapa kalian bisa datang bersamaan? kenapa kalian tidak menghubungi kami! apakah kalian tahu kalau aku mencemaskan kalian semua?" Arunika menghambur kedalam pelukan papanya, Haedar juga membalas pelukan putrinya. Mereka berdua sama -sama saling merindukan.
"Zayn, Arunika, maafkan kami.! kami sengaja tidak menghubungi kalian karena kami ingin memberikan kejutan kepada kalian berdua. Jadi maafkan kami jika kami membuat kalian berdua menjadi cemas." Ayya memeluk Zayn dan Arunika memeluk papanya. Sementara Rafi, dia tidak mendapat pelukan dari siapapun. Semua orang mentertawakan wajah memelas Rafi, kemudian Ziyad dan Kyai Bashori memeluk Rafi mereka kasihan kepada putra dan menantunya ini. Semua orang akhirnya tertawa bahagia.
Acara makan malam pun dimulai, semua orang bersenang-senang dan juga mengucapkan selamat kepada Zayn dan Arunika. Mereka juga mendo'akan semoga keduanya hidup bahagia dan segera diberi momongan.
"Boro-boro momongan, bikin saja belum. Boro-boro bikin, baru pegang saja sudah gagal karena kakeknya tiba-tiba mengganggunya saat itu. Padahal mereka hampir saja melakukannya. Hanya tinggal selangkah lagi." suara hati Zayn. Semua yang datang juga mengaminkan do'a tersebut.
Akhirnya acara pun selesai, acara terakhir yaitu pembagian santunan untuk para santri dan santriwati yang yatim, piatu, juga yatim piyatu. Sedangkan semua santri mendapat bingkisan dari Arunika dan Zayn berupa seragam baru.
"Profesor Haedar kemudian berbincang dengan Ahfaz dan Azka juga dengan Ayya dan Rafi. Sementara Ziyad dan Kirana sudah beristirahat, keduanya besok sudah harus kembali ke Bandung bersama dengan Zayn dan Arunika. Begitu juga dengan Zayn, Arunika dan Alif, mereka juga sudah masuk kedalam kamar mereka masing-masing.
"Ahfaz, kamu masih sama seperti dulu padahal putramu sudag sebesar itu." Haedar memeluk Ahfaz. Mereka dulu adalah teman satu kelas, meski hanya beberapa bulan karena saat itu Ahfaz dan Ayya langsung masuk universitas.
"Alhamdulillah, terima Kasih atas pujiannya. Kamu juga masih terlihat muda. Seharusnya kamu mencari istri lagi agar ada yang mengurus. Untung saja putraku mau tinggal denganmu, kalau tidak apakah kau akan hidup menyendiri selamanya?" mereka semua tertawa, mereka kalau sudah bertemu menjadi lupa kalau mereka sekarang sudah mulai menua.
"Haedar, perkenalkan ini adik bungsu kami,Kaif dan yang tadi mengajak seorang bayi itu istrinya. Dia adalah putri dari adik Abi." Ayya memparkenalkan Kaif kepada Haedar. Mereka pun berbincang hingga larut malam, setelah dirasa semua orang mulai mengantuk mereka semua segera beristirahat dikamar masing-masing.
Sementara itu, Zayn dan Arunika ternyata juga belum memejamkan matanya. Tubuh mereka lelah tetapi mata masih enggan terpejam.
"Kakak, apakah kakak bahagia bersama ku?" Arunika dan Zayn kini sudah berbaring ditempat tidur mereka, Zayn terlihat murung makanya Arunika bertanya demikian.
"Tentu saja sayang, aku sangat bahagia akhirnya aku menikah denganmu. Apakah kamu juga bahagia memiliki suami sepertiku? aku tidak bisa romantis, aku juga tidak bisa merangkai kata-kata yang indah. Aku hanya bisa menjadi diriku sendiri..." Arunika tersenyum mendengar kata-kata suaminya, dia juga sama seperti Zayn.
Mereka adalah orang yang setipe, keduanya sama-sama jenius dan keduanya sama-sama tidak memiliki banyak teman. Jadi mereka berdua memanangat cocok.
"Tetapi, mengapa kakak terlihat murung dan bersedih, apa karena aku?" Arunika merasa takut kalau-kalau dia telah menyinggung Zayn secara tidak sengaja.
"Tidak sayang, aku hanya sedang memikirkan Bikka. Dirumah sedang ada acara tetapi dia malah berada jauh dari kami, tentu saja kakak menjadi kepikiran." Zayn tersenyum dan mengusap rambut Arunika. Istrinya itu mengangguk dan tersenyum kepada suaminya.
"Oh..syukurlah.."Arunika menjadi lega sekarang.