"Langkah bayangan"
Ryuu bersama dengan Fenrir dikepalanya menggunakan langkah bayangan tepat dikerumunan orang banyak. Ini adalah langkah bayangan yang terakhir yang dapat dipakai untuk hari ini karena sisa mana sihir milik Ryuu tidak mencukupi untuk menggunakan sihir menengah atau atas hingga mana miliknya pulih.
Ryuu berakhir dengan meneleportasikan dirinya dan Fenrir ke sebuah atap bangunan di tengah kota. Pemandangan kota sangat indah dari atas sana, obor-obor yang menyala disepanjang jalan, keramaian kota yang menenangkan hati, keindahan malam yang tidak ada bandingannya. Ryuu menidurkan dirinya dengan kedua tangan dibelakang kepalanya sebagai pangkuan.
Fenrir melompat ke perut Ryuu dan kembali menguap. "Kakak, aku mengantuk" katanya.
"Bagaimana kau bisa mengantuk, bukankah kau baru saja tertidur?" balas Ryuu mengelus rambut perak Fenrir
Perlahan mata Ryuu mulai menutup karena mengantuk. Ia langsung membuka matanya ketika tiba-tiba mendengar suara langkah kaki tak jauh darinya. Ia membangunkan Fenrir dan memutuskan untuk menyelidikanya.
Tak jauh dari tempat Ryuu berada. Seorang anak laki-laki yang seumuran dengan Ryuu melompat dari satu bangunan ke bangunan yang lain sambil menghidari sekumpulan sihir yang menyerangnya. Anak itu berambut hitam dengan telinga dan ekor kucing pada tubuhnya.
Semakin lama berlari, anak itu makin lama makin kelelahan. Tubuh fisiknya sudah tak kuat menghindari semua sihir yang dilontarkan padanya. Di belakangnya, terdapat tiga orang yang mengejarnya. Orang pertama adalah seorang beaskin harimau berambut biru yang terus menerus menggunakan sihir penembak dengan atribut es.
Orang kedua adalah seorang perempuan berambut merah yang selalu menembakan bola api bertubi-tubi. Sedangkan orang terakhir berbadan kurus dengan rambut kuning bergaya punk yang hampir mirip seperti preman jalanan.
Anak yang mereka kejar adalah seorang beastkin kucing yang berhasil kabur dari pemiliknya. Badannya dipenuhi oleh luka memar dan sayatan, mungkin bukanlah luka yang fatal. Tetapi setiap kali angin berhembus, anak itu menahan tangis karena rasa perih di sekujur tubuhnya.
Ketika tenaga anak itu mulai habis dan ia kehilangan harapannya. Mata kucingnya melihat Ryuu yang berada di salah satu atap didekatnya. Ia memutuskan untuk bertaruh dalam hal ini.
Ryuu tidak memiliki penglihatan malam seperti seorang kucing. Tapi ia memiliki kemampuan untuk merasakan bahaya yang mendekat. Ryuu menoleh, dan melihat anak itu disana.
"Tolong... tolong aku.... "
*Brukk*
Anak itu pingsan, tetapi Ryuu menahan kepalanya jatuh. Dengan matanya sendiri, ia melihat bola api, jarum es, dan kilatan petir dan menuju kearahnya. "Fenrir, tolong bantu aku" ujar Ryuu menoleh ke Fenrir.
"Serahkan saja padaku" Fenrir sangat percaya diri dengan kemampuannya. Ia menggunakan angin untuk membalikkan setiap sihir yang hampir mengenai mereka.
Ketiga orang yang mengejar anak kucing itu berhenti dan langsung menghindar begitu menyadari sihir mereka telah dibalikkan. Ketiga orang itu menatap Ryuu dan Fenrir dengan tatapan mengintimidasi sekaligus mengancam.
"Hei nak, cepat serahkan kucing hitam itu dan aku akan melepaskan kalian" Seorang laki-laki beastkin dengan penekanan pada perkataannya.
Dari dalam lubuk hatinya, Ryuu sangat membenci dengan orang semacam mereka. Orang yang hanya dapat menginjak kehidupan orang lain dibawahnya. Ryuu melihat anak beastkin kucing yang saat itu berada dipangkuannya. Dengan perlahan Ryuu menidurkan anak itu dan berdiri didepan tubuhnya. Ia berusaha menghadang ketiga orang itu untuk lewat lebih jauh.
"Ohoho, anak yang pemberani. Sayangnya ini akhir untukmu" Seorang laki-laki berambut punk mengalirkan listrik pada tinjunya dan berusaha memukuli Ryuu. Sebelum hal itu sempat terjadi, waktu tiba-tiba berhenti dan kedua mata Ryuu, bercahaya terang. Biru yang melambangkan kekejaman dan ketenangan secara bersamaan. Kuning keemasan yang melambangkan energi tak terbatas. Gigi giginya menajam, dan sepasang tanduk emas muncul di kepalanya.
Ryuu mengangkat tangannya dan memunculkan tiga buah lingkaran sihir yang mengelilinginya.
"Crimson Chains" bisiknya. Rantai perak dengan mata pesang serta diliputi oleh aura gelap dan niat membunuh muncul dari ketiga lingkaran sihir tersebut. Crimson chains yang dipanggilnya kali ini memiliki aura yang lebih berbahaya dari sebelumnya.
Waktu kembali berjalan diantara mereka. Sebuah rantai ber-atribut gelap berhasil memotong kedua tangan lelaki berambut punk sebelum sempat menyentuh Ryuu.
"Argh! Tanganku.... tanganku!!" teriaknya
"Puas?" tanya Ryuu dengan mengitimidasi
Kedua orang yang tersisa menyadari betapa anehnya tempat ini, meskipun rekannya berteriak sangat keras kenapa tidak ada satupun warga sipil yang mengetahuinya. Seakan-akan mereka tidak terlihat.
"Jangan takut, ini adalah sebuah ruang kecil yang kusiapkan untuk pertarungan kita. Apapun yang kalian lakukan disini, apapun yang kalian katakan tidak akan diketahui oleh orang luar sampai aku membatalkan sihir ini" Ryuu tidak butuh penjelasan apapun lagi. Luka disekujur tubuh beastkin kucing itu sudah menjadi alasan yang cukup untuk tidak membiarkan ketiga orang itu hidup.
Ryuu mengerakkan jari-jarinya dan membuat crimson chains langsung menyerang dengan cepat. Kedua orang yang lain berhasil menangkis serangan rantai pedang itu, tetapi hal itu tidak berlaku bagi manusia berambut punk itu. Crimson chains membunuhnya tanpa sisa, rantai pedang itu memotong tubuhnya menjadi potongan potongan kecil.
Beastkin dan wanita itu terkejut dan menelan ludah saat melihat rekannya yang mati begitu saja tanpa bisa memberikan perlawanan. Sekarang satu orang telah tersingkirkan, Ryuu menatap mereka yang masih tersisa.
Tatapan kedua orang itu berubah. Dari tatapan mengitimidasi dan mengancam, berubah menjadi ketakutan akan kematian. Ryuu menyeringai, "Padahal hari ini aku tidak mau menunjukan sisiku yang ini. Karena suasana hatiku sedang baik bagaiamana jika aku melepaskan kalian berdua?"
Kedua orang itu saling menatap satu sama lain kemudian mengangguk. 'Jangan pikir kau dapat lolos setelah mempermalukan kami disini. Setelah kembali kami akan membawa pasukan yang lebih besar untuk memburumu' batin perempuan berambut merah yang menatap Ryuu didepannya.
"Maaf, tapi aku berubah pikiran"
Kata-kata Ryuu membuat mata beastkin harimau dan wanita itu terbelalak. Ternyata selama ini Ryuu hanya mengulur waktu untuk menyerang mereka berdua dari belakang. Jantung kedua orang itu kini telah ditembus oleh crimson chains yang berhasil disenyapkan oleh Ryuu kebelakang mereka saat berbicara.
"Seharusnya kau senang untuk menjadi pengorbanan bagi raja ini" Ryuu menggunakan crimson chains untuk menyerap setiap esensi darah dari mereka berdua. Setelah itu Ryuu menggendong beastkin anak kucing itu dan pergi bersama Fenrir ke suatu tempat yang jauh.
Teriakan warga mulai muncul ketika Ryuu meninggalkan tempat itu. Mayat yang telah mengering kehilangan darah dan adanya potongan daging di sekitarnya membuat banyak orang di sekitar sana berteriak histeris.
Ryuu sekarang hanya fokus untuk memulihkan dirinya setelah kejadian itu. Sihir terakhir yang dipakainya adalah dragon rage yang menggunakan masa hidup penggunanya sebagai sumber kekuatan. Tubuhnya menjadi lebih lemah daripada yang sebelumnya. Ryuu nekat saat itu karena ia tahu ketiga orang didepannya termasuk orang yang tidak dapat ia lawan dengan kekuatan biasa.
Demi menyelamatkan satu nyawa, ia rela mengorbankan semuanya. Ya, itulah Ryuu. Dia adalah orang yang menggunakan musuh dari musuhnya dan membuatnya menjadi temannya, sekutunya. Apapun yang terjadi setelah kejadian satu ini tidak akan berjalan dengan mudah baginya, tapi apa boleh buat. Jalannya masih sangat panjang dan sangat berat. Tapi itulah yang harus dilalui seorang raja yang ingin membangun kembali kerajaannya.