Chereads / The Last Dragonoid / Chapter 6 - Twilight: Light dan Darkness

Chapter 6 - Twilight: Light dan Darkness

10 menit yang lalu.....

Ryuu berusaha menahan agar kekuatan kegelapan tak meninggalkan tubuhnya. Saat itu rohnya terbagun diruangan hitam yang gelap dan tak berujung. Tiba tiba sebuah mana murni mengalir dan ruangan itu berubah menjadi putih.

Ryuu mengambil langkah untuk berjalan dan melihat sekelilingnya. Kemanapun mata memandang tak ada apapun di ruangan itu, hanya ada kekosongan yang ia temukan. Ryuu berhenti melangkah, ia mendengar suara langkah kaki dari belakang. Ia berbalik dan disanalah Ryuu pertama kali bertemu dengan mereka.

Seorang kakek dengan rambut dan jenggot panjang yang sudah memutih, seorang wanita cantik yang dikelilingi oleh harumnya bunga dan seorang pria berambut merah dengan pedang besar dibelakangnya.

"Halo Ryuu, ini pertama kalinya kita bertemu bukan?" Kakek tua itu memulai pembicaraannya sambil memegangi jenggotnya seperti sedang berpikir.

Ryuu meneguk ludah. Walaupun ini merupakan pertama kalinya mereka bertemu, Ryuu dapat merasakan aura yang kuat dari ketiga orang tersebut. Bahkan hanya dengan aura yang mereka keluarkan, Ryuu merasa tubuhnya masih tak kuat menahannya.

"Hei kakek! Kau membuat ia ketakutan tahu, berhenti memancarkan auramu!" ujar pria berambut merah dilanjuti dengan anggukan dari wanita bunga itu

"Maaf, maaf. Aku jarang berinteraksi seperti ini selain dengan para pahlawan" Kakek itu masih memegangi jenggotnya tetapi setidaknya aura yang ia keluarkan sudah mulai berkurang

"Baiklah, aku bisa mengerti dengan itu. Tapi apa yang para dewa inginkan dariku?" Perkataan Ryuu membuat ketiga orang itu terkejut. Satu-satunya mahkluk yang cukup kuat yang dapat menciptakan ruang hampa dan dapat berinteraksi dengan pahlawan adalah para dewa itu sendiri.

"Anak kecil yang menarik, kau bisa langsung mengetahui siapa kami" Wanita itu tersenyum dan memancarkan aura pekat disaat yang sama.

Tubuh Ryuu tertekan oleh kekuatan itu dan memaksanya untuk berlutut. Ryuu berusaha untuk bangun dengan seluruh kekuatannya tetapi dorongan gravitasi terus mendorongnya kebawah.

Dewa penciptaan, dewi keseimbangan dan dewa perang, apa yang sebenarnya mereka pikirkan. Ryuu hanya bisa berbisik pelan kepada dirinya sendiri.

"Kami bukan musuhmu, atau lebih tepatnya kami membutuhkan bantuanmu" Pria berambut merah itu adalah salah satu dari tiga dewa besar di daratan Elysien, Dewa Perang, Anglad.

"Sekarang ayo kita lakukan ritualnya" Kakek berjanggut itu adalah yang mereka sebut sebagai rajanya dewa, Dewa Penciptaan, Raed.

Yang terakhir adalah wanita bunga itu atau yan harusnya disebut sebagai Dewi Keseimbangan, Lux. Masih tertekan oleh kekuatan Dewi Lux, Ryuu masih tidak menyerah dengan keadaan. Ia tak akan pernah tunduk kepada siapapun kecuali kedua orang tuanya. Maka itu tidak ada yang bisa menghentikannya.

Dewa Raed memulai sebuah ritual yang membuat Ryuu sangat penasaran. Tubuh anak dragonoid itu dipenuhi oleh energi suci yang membuat energi kegelapan meninggalkan tubuhnya.

"Kekuatan kegelapan telah menolongku hingga sejauh ini, aku tak akan membiarkannya lenyap!" Ryuu berteriak kesal. Dengan menggunakan seluruh kekuatannya Ryuu memblokir mana kegelapan keluar dari tubuhnya.

Hal tersebut membuat para dewa semakin tertarik dengannya. Energi suci dan kegelapan menyatu menjadi satu kesatuan dalam tubuh Ryuu. Hal nekat yang ia lakukan dengan mempetaruhkan nyawanya akhirnya menghasilkan sesuatu yang setimpal. Sihir baru yang diciptakan oleh dirinya sendiri. Sihir yang memiliki kekuatan untuk menghancurkan sekaligus memperbaiki.

Dewa Raed tersenyum, lalu berkata "Karena waktu kita tak banyak lagi, kami ingin mempertemukanmu dengan seseorang"

Dewa itu memberi isyarat kepada Dewi Lux dan ia mengangguk. Ryuu dilepaskan dari kekuatan yang mengekangnya. Pada saat yang sama sebuah portal terbuka dan memunculkan sepasang suami istri. Mereka berdua langsung berlari dan memberi Ryuu pelukan hangat.

"Ayah.... Ibu... Kalian...?" Ryuu menerima pelukan itu dengan senyuman di wajahnya. Sebuah senyuman tulus dari lubuk hatinya.

"Ryuu ingatlah satu hal dariku. Kau tidak perlu membawa semua beban ini sendiri. Carilah orang bernama Clevis di kota Elkano dan kau akan mengerti. Bunuh yang harus kau bunuh, lindungi apa yang harus kau lindungi tetapi ingat untuk tidak pernah kehilangan hatimu" Kalimat terakhir dari sang Ayah dan senyuman hangan dari sang Ibu membuat Ryuu bahagia walaupun hanya sebentar.

Tubuh ayah dan ibunya mulai memudar, bahkan ketika dewa didepannya telah menghilang. Seakan-akan yang baru terjadi adalah sebuah mimpi.

Ryuu terbangun dan mendapati dirinya dipenuhi oleh energi sihir yang unik. Ia menoleh dan melihat Fenrir dan Noir sedang menatapi dirinya dengan tatapan yang sangat aneh. Ryuu menatap kembali mereka berdua seperti hewan buas yang menemukan mangsanya. Fenrir dan Noir mendapatkan perasaan tidak enak tentang ini. Ryuu mencoba menggunakan sihir barunya dan menjadikan Fenrir dan Noir sebagai target pelatihannya.

"Pfft... ayolah aku hanya bercanda. Kalian seharusnya melihat wajah kalian" Ryuu tersenyum sambil menahan tawanya

"Kakak, kau membuatku takut" ujar Fenrir

"Yah, aku juga hampir kena serangan jantung" Noir mengangguk

"Aku tak sehebat itu, kenapa kalian takut sekali" balas Ryuu

"Jadi apa yang akan kita lakukan setelah ini" Tanya Noir penasaran

Ryuu menggendong Fenrir dan meletakkan serigala itu dikepalanya. Ia memegang tangan Noir dan memaksanya berlari keluar dari gua tersebut. Ryuu mengeluarkan sepasang sayap seputih salju dan seindah malaikat. Aura yang mengelilingi sayap itu bewarna biru dan kuning-emas membuat mata yang melihatnya akan langsung takjub kepada keindahannya.

Ryuu mengepakkan sayap sihirnya dan membawa Noir serta Fenrir ke angkasa. Fenrir sangat antusias dengan hal ini, tetapi berkebalikan ceritanya jika kita membahas Noir. Mukanya menjadi sangat pucat.

Ryuu tidak menyadari itu selama ia terbang. Itu membuat Noir harus menahan rasa takutnya untuk 15 menit kedepannya. Bayangkan saja 15 menit kau harus terbang dengan kecepatan secepat pesawat jet yang bahkan tak ada pengamannya.

Setelah itu Ryuu mendaratkan mereka di sebuah tempat yang sudah dimakan oleh usia. Tempat itu adalah bangunan besar yan sepenuhnya terbuat dari batu dihiaskan dengan ukiran-ukiran gambar yang menceritakan bagaimana dunia tercipta. Tentu saja tidak semua, hanya sebagian kecilnya saja.

Bahkan tidak perlu masuk kedalamnya, mereka bertiga sudah dapat merasakan hawa dingin yang berhembus dari dalam gua.

"Aku akan masuk sendiri, tolong jangan biarkan siapapun masuk kedalam gua sebelum aku keluar. Aku harus menyelesaikan ini sendiri" Nada suara Ryuu tiba-tiba menjadi serius. Tak menunggu jawaban dari kedua temannya, Ryuu langsung melangkah masuk dan menghilang ditengah kegelapan.

Noir dan Fenrir yang melihat itu hanya bisa menggangguk mengiyakan. Walau mereka heran dengan sikap Ryuu yang berubah tiba-tiba, sebagai seorang kawan mereka merasa harus menghargai keputusannya.

.

.

.

"Es beku diliputi dengan iri hati.

Hawa astral yang senantiasa berhembus.

Kenyataan bahwa semuanya adalah ilusi.

Cermin yang menjadi pembatas antara dua dunia. Aku akan selalu menunggumu rajaku, sampai waktunya tiba kita bertemu lagi"