"Zenata Venaya...." ucap seorang pria dengan setelan dosennya di depan Zenata.
"Iya pak??" tanya Zenata.
"Sudah sampai pada tahap mana kamu? Saya belum mendapatkan surat hasil magang kamu.. "
"E-a-i-.."
"Jawab saya!! Jangan berbicara huruf vocal!"
"Ma-maaf pak... duhh gimana ya... Saya belum magang pak"
Brak!!
Pak Bimo menggebrak meja.
"Bagaimana bisa Zenata?????" kesal Pak Bimo
"Jadi sewaktu magang waktu itu, saya sering gak hadir dan telat pak.. Jadinya saya dikeluarin dari tempat magang."
"Kenapa bisa begitu?"
"Saya merawat ibu saya pak... beliau masuk rumah sakit pada saat itu. Tidak ada yang menjaganya di sana.. Jadi saya harus menjaga ibu saya"
"Lalu, bagaimana keadaan ibumu sekarang?"
"Ibu saya sudah tiada pak..." lirih Zenata. Ia menunduk membayangkan Almarhumah ibunya.
"Ah maafkan saya... Saya tahu ini sulit untuk kamu"
"Iya pak.. "
"Saya akan bantu kamu agar kamu bisa magang sekaligus pengajuan skripsi"
"Benar pak?"
"Iya ze.. Nanti saya akan minta bantuan ponakan saya untuk mengizinkan kamu magang di sana"
"Bapak sungguh?"
"Iya... Saya tidak ingin kamu telat wisuda.. Pokoknya kamu harus wisuda tahun ini. Saya tahu kamu pintar kok ze.."
"Makasih banget pak... Saya bener-bener makasih sama bapak yang sering bantu saya"
"Sama-sama ze.. Lusa saya akan antar kamu ke sana.. "
"Baik pak makasih.. Kalau begitu saya permisi pak. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam ze"
********
#RumahZenata
"Assalamualaikum..." ucap Zenata pada saat memasuki rumahnya.
"AYAH!!! Zeze pulangggg" teriaknya antusias. Namun tak ada jawaban dari sang Ayah.
Zenata kemudian mencari ayahnya di seluruh tempat di rumah itu. Namun, nihil. Ia memutuskan untuk ke kamarnya dan sholat.
.....
Kini Zenata tengah memasak sesuatu untuk makan malam dengan ayahnya. 1 jam... 2 jam... 3 jam...
Ayahnya tak kunjung pulang. Ia duduk lesu dengan kedua tangannya menangkup wajahnya. Kemudian ia meletakkan wajahnya di atas meja makan dengan bantalan tangannya sendiri.
Sesaat, ada panggilan masuk di hpnya.
+628******
Zenata mengernyit menatap nomor tak dikenal yang menghubunginya.
"Siapa ya?? Semoga bukan hal yang buruk" gumam Zenata. Ia kemudian mengangkatnya.
"Halo..." ucap Zenata.
'Atas nama Zenata Venaya?'
"Iya, saya sendiri. Dengan siapa ya?"
'Saya Aldo ... Saya ingin mengabari bahwa ayah anda saat ini sedang berada di Rumah Sakit Melati.'
"APA!??! Ba-bagaimana bisa?"
'Tadi, saya menemukan ayah anda pingsan di jalan. Lalu warga meminta saya untuk membantu membawa ayah anda ke Rumah sakit.'
"Baik saya akan segera ke sana.. terima kasih telah menghubungi saya."
.....
Aldo baru pulang dari kantornya. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan normal. Fokusnya menatap keramaian di trotoar.
"Ada apa ya?? Sepertinya ada kecelakaan.. Gue harus bantu" ucap Aldo pada dirinya sendiri.
Aldo menepikan mobilnya. Ia turun dari mobil dan melihat apa yang sebenarnya terjadi. Ia menerobos keramaian itu.
"Permisi, ada apa ya??" Tanya Aldo sambil menerobos keramaian itu. Tepat pada saat itu, dirinya menemukan seorang lelaki paruh baya pingsan.
Aldo langsung berjongkok di depan lelaki itu.
"Oh astaga... Apa yang terjadi?" tanya Aldo pada orang-orang di sana .
"Bapak ini pingsan mas.. kami gak tahu kenapa" ucap salah seorang di sana.
"Pak, tolong bantu saya membawa beliau ke mobil"
ucap Aldo.
"Baik mas.." ucap mereka dan menggotong lelaki itu ke mobil.
Aldo pun membawa lelaki itu ke Rumahnya Sakit.
"Ya Allah kasihan banget bapak itu.." gumam Aldo.
.....
#Rumah Sakit.
"Suster!! Tolong tangani bapak ini!" ucap Aldo pada perawat di sana
"Baik pak akan kami lakukan" para perawat membawa lelaki itu ke IGD.
Tadi, Aldo sempat menemukan tas lelaki itu dan ia membawanya. Ia meninggalkan itu di mobil. Segera ia berlari ke parkiran untuk mengambil tas lelaki itu di mobilnya.
....
Aldo kembali ke dalam Rumah Sakit. Ia mencoba memeriksa isi tas tersebut.
"Maaf pak saya lancang" gumamnya sambil membuka tas itu. Ia pun menemukan sebuah note. Ia membuka lembaran note itu. Di lembaran pertama.
'Putri Ayah.. Zenata Venaya..
+62813*****
Ini nomor handphone putri ayah... Kalau terjadi
sesuatu dengan ayah.. tolong hubungi ke nomor ini ya.. Ayah gak punya handphone.. Jadi tolong hubungi nomor putri ayah... Zenata sayang ayah...'
Aldo membuka lembar berikutnya.
'Ayah Zenata itu bukan gak bisa bicara.. tapi ayah gak mau bicara sejak kepergian ibu.. Tolong jangan jahatin ayah.. Zenata cuma punya ayah..'
Aldo tak menyadari bahwa air matanya menetes. Ia pun menghapus nya dan merogoh sakunya untuk mengambil handphonenya. Ia menghubungi nomor Zenata.
....
Zenata telah sampai di Rumah Sakit. Ia terlihat panik dengan air mata yang terus menetes. Tepat di depan IGD, Ia menemui Aldo.
"Mas Aldo bukan?" tanya Zenata sambil menghapus air matanya. Aldo yang awalnya melamun terkejut dengan kehadiran Zenata.
"Zenata?" tanya Aldo.
"Iya.. Mas, gimana keadaan ayah? Kenapa ayah bisa pingsan?" tanya Zenata.
"Saya gak tahu pasti kronologi kejadiannya. Tapi tadi saya temuin ayah kamu pingsan... "
"Mas, makasih ya udah bantuin ayah... Ayah itu seperti kehilangan arah saat ibu meninggal.. Bahkan ayah juga udah gak ada semangat hidup" ucap Zenata dengan air matanya.
"Iya sama-sama... kamu yang kuat ya.. saya paham ini berat tapi kamu pasti bisa melewatinya."
"Makasih banyak mas... "