1 minggu kemudian....
Elven, Felix dan Ivi menyusul Revin,Adri dan Veni di New York.
"Semuanya sudah dikemas kan?" Tanya Ivi pada Elven dan Felix saat mengisi koper.
"Sudah donk... Hati aku juga sudah dikemas buat kamu" Gombal Felix
"Bukan saatnya gombal Dad" Elven
"Bocah ikut mulu" Felix
"Husss... Sudah ayo buruan .. Biar langsung ke Bandara" Lerai Ivi
"Let's go!" Teriak Elven dan Felix serempak, membuat Ivi geleng-geleng kepala.
"2 manusia ini ada-ada saja kelakuannya" gumam Ivi saat kedua lelaki itu telah meninggalkannya.
.....
New York
"O..ma..." gumam seorang remaja berumur 13 tahun. Ia baru saja sadar dari komanya.
"Cucu oma... Ada apa sayang? Oma bersyukur kamu sudah sadar" Veni
"Ma..afin a..ku.. A..ku.. Su..dah me..repot kan.. O..ma"
"Ssttt... Gaboleh bicara gitu sayang.. Oma tulus jagain kamu.. Begitu pun Opa"
"Iya sayang... Opa, Oma dan semua keluarga sangat menyayangi kamu" Adri
"Ma..ka..sih.." Keduanya mengangguk.
"Daddy,Mommy, Bg Elven?" lirih Revin.
"Mereka akan tiba sebentar lagi.. Kamu tunggu ya" Adri. Veni menggenang air matanya.
"Oma... Ja..ngan sedih" Revin
"No.. Oma bahagia sayang.. Bahagia karena kamu akhirnya sadar"
Revin tersenyum.
....
Bandar Udara Internasional John F. Kennedy ~ New York
"Daddy... Cepatlah... Kita akan sampai sesaat lagi" Elven.
"Hey bocah, sabar donk... Kita harus mengambil barang kita dulu.." Felix
"Menyebalkan" kesal Elven
"Jangan berantem terus donk... Sebentar lagi kita akan tiba" ucap Ivi menengahi
"Lagian kenapa sih gak pakai Heli Opa Adri aja?" ucap Elven kesal.
"Kamu ini mau enaknya saja.. sesekali kamu juga harus merasakan hidup sederhana..." Felix
"Kalau ada yg mudah kenapa harus dipersulit, Dad?!" geram Elven
"Sst... Berisik.. Ayo buruan" Ivi
"Putramu memang seperti itu" bisik Felix
"Dia benihmu" Ivi
"Aku mendengarnya! Jangan membicarakan aku Daddy!!" teriak Elven yg berada di belakang keduanya.
Mereka menahan tawa. Setelah selesai, mereka menuju mobil jemputan yg diperintah oleh Adri.
...
"Apa dia sudah sadar Mom, Dad?" tanya Elven saat berada di dalam mobil.
"Hmmm alhamdulillah sayang... tadi, Oma chat bahwa beberapa jam yang lalu, dia sudah sadar" ucap Ivi senang.
"Alhamdulillah.. Elven benar-benar merindukannya.." senang Elven.
"Kita do'ain ya... semoga kondisi adik kamu bisa semakin membaik ke depannya" Ivi
"Aamiin..."
Felix tengah sibuk dengan handphonenya.
"Kamu kenapa? kok kayaknya gelisah gitu?" tanya Ivi khawatir pada Felix. Felix menoleh.
"Ada masalah di perusahaan sayang" ucap Felix sedikit panik.
Ivi menggenggam tangan suaminya.
"Kamu jangan khawatir ya... kita lewati semua masalah ini sama-sama... Aku, Elven dan seluruh keluarga akan slalu dukung kamu" ucap Ivi lembut. Elven melihat prihatin pada kedua orangtuanya.
'Semoga Allah segera memberi jalan keluar atas masalah Mommy and Daddy... Ya Allah... tolong bantu keluarga Elven' Batin Elven.
"Dad, Elven akan slalu ada buat Daddy" ucap Elven yang berhasil membuat Felix tersenyum.
"Thanks boy... Kamu memang lelaki sejati" ucap Felix sambil mengusap kepala Elven.
"Aku dan Akel Calvin akan mengusut masalah ini.."
Elven
"Daddy tahu kamu anak yang hebat... Semoga kamu dan Calvin bisa segera menemukan titik permasalahan nya ya boy" Felix
"Aamiin Dad... Mom, jangan terlalu dipikirin.. Biar masalah perusahaan menjadi urusan aku, akel dan Daddy. Mommy fokus saja untuk kesembuhan Revin" ucap Elven dewasa.
Ivi menatap lekat putra tunggalnya.
"Mommy bangga memiliki anak seperti kamu sayang"
ucap Ivi bangga.
"Aku yang seharusnya bangga karena memiliki Mommy dan Daddy yang hebat seperti kalian" ucap Elven terharu.
Keduanya tersenyum.
"Kami, menyayangi kamu hingga akhir hayat kami" ucap Ivi dan Felix bersamaan.
"Aku akan slalu menyayangi kalian sampai kapan pun.." balas Elven dengan senyuman.
.....
Lenox Hill Hospital ~New York
"Oma.. Aku sudah kenyang" tolak Revin saat Veni akan kembali menyuapinya.
"Baiklah... Sekarang kamu minum obat nya ya" Veni
Revin mengangguk.
"Pa, ambilkan obatnya di meja" suruh Veni pada Adri.
Adri pun mengambil obat itu dan menyerahkannya pada Veni.
"Cepat sembuh sayang opa" ucap Adri sambil mengusap kepala Revin. Revin mengangguk tersenyum.
"Pelan-pelan aja minumnya" ucap Veni sambil meminumkan obat pada Revin.
Revin pun meminum obat itu.
"Yasudah kamu istirahat dulu" Saat Revin akan bersiap kembali pada posisi tidur, pintu ruangan diketuk.
...
Elven, Ivi dan Felix telah berjalan di koridor Rumah Sakit di mana Revin dirawat.
"Mommy and Daddy tahu kan di mana ruangan Revin?" tanya Elven
"Tentu sayang... kita akan sampai" ucap Ivi
"Sebenarnya, aku juga ingin menyelidiki Kasus Revin" ucap Elven sedikit ragu.
"Jangan dulu sayang... Kita fokus pada kondisi perusahaan dulu ya..." Ivi
"Benar kata Mommy boy... Kita selesaikan big problemnya dulu.. setelah itu, kita akan usut beberapa masalah selanjutnya" Felix
"Baiklah.. aku akan terus selidiki ini dengan akel calvin dan akel Joe"
"Cerdas" ucap Felix tersenyum.
Mereka kembali berjalan di koridor Rumah sakit.
"Lantai berapa Dad?" tanya Elven saat mereka akan memasuki sebuah Lift.
"Lantai 5.. ayo masuk" mereka pun memasuki lift itu. Beruntung, kondisi lift sepi dan hanya ada mereka bertiga. By the way, koper dan bawaan mereka sudah dibawa ke penginapan oleh sopir yang menjemput mereka tadi di bandara.
"Cukup sepi ya Mom" ucap Elven menatap sekeliling lift.
"Iya sayang.. mungkin penjenguk belum datang.. ini kan lift khusus penjenguk" jelas Ivi
"Oh begitu... Rumah Sakit ini sangat baik dalam pelayanan... Elven juga akan membangun Rumah Sakit seperti ini suatu hari nanti" ucap Elven semangat.
"Aamiin... semoga ya" Ivi. Felix hanya tersenyum.
"Elven ingin menjadi seperti Akel Calvin... Dia mampu mengobati orang-orang sakit.. Selain itu, dia juga pengusaha yang baik dan sukses.. Elven bangga sama akel"
"Iya sayang... Tapi, Elven juga harus bangga dengan Daddy" ucap Ivi agar Felix tak tersinggung. Mereka telah keluar dari lift dan berjalan di koridor.
"Kenapa Mom?"
"Karena Daddymu jugalah orang hebat.. Dulu, Daddy adalah seorang kapten kapal di usia yang sangat muda. Selain itu, Daddymu sewaktu kuliah bisnis mendapat gelar cumlaude pada saat wisuda.. Daddymu akhirnya memutuskan untuk meninggalkan dunia laut pada saat kamu terlahir di dunia... Daddy rela meninggalkan impiannya demi kita.. Sampai akhirnya Daddy menjabat sebagai CEO di perusahaan yang diberikan oleh Opa.. Daddy itu hebat sayang" ucap Ivi dengan senyuman agar Felix pun tidak merasa rendah.
'Thanks honey... kamu slalu berusaha melindungi aku.. Aku slalu beruntung memiliki kamu' Batin Felix.
"Wahhh ternyata Daddy jauh lebih hebat dari Akel..." ucap Elven bangga.
"Saat di rumah nanti, akan Mommy ceritakan tentang Daddy pada masanya... Bagaimana Mommy bisa jatuh cinta dengan Daddymu" Ivi tersenyum tulus.
"Siap..."
"Itu ruangan Revin" tunjuk Felix. Elven tersenyum dan segera berlari dan mengetuk pintu ruangan itu.
Tok Tok Tok....
"Sepertinya itu mereka" ucap Adri antusias. Revin pun tersenyum bahagia.
Adri membuka pintu dan....
"Assalamualaikum... Elven cowok paling ganteng seantero SMP Classic Star datang.." Ucap Elven antusias.
Mereka semua hanya cengengesan melihat tingkah Elven, si bocah es.
"Kenapa pada bengong sih? Tahu kok aku tambah ganteng" ucapnya sambil menyisir rambutnya dengan jari-jari tangannya.
Elven berjalan menuju brankar Revin.
"Hai bro... Gimana keadaan lu?" Elven menyapa Revin
"Baik... Abang?" Revin.
"Woah.. As you see donk"
"Heheh... Alhamdulillah"
"Kapan balik ke rumah?" Elven
"Doain ya bg"
"Hm lo sakit apa?"
"Aku gatau... Padahal aku gak ngerasa sakit apapun"
"Aneh"
....
Hayo....
Kira-kira yg berantem siapa ya??
Tebak hayooo wkwk...