Ivi baru selesai memasak sarapan pagi. Ia menghidangkan sarapan itu di meja makan. Suami dan putranya sedang duduk di kursi meja makan menunggu Ivi selesai masak.
"Taraa... Fried rice with Ayam Kalasan Mommy finish...." Ucap Ivi dengan senyum bahagia sambil menyajikan makanan di meja makan.
"Wahhh... So delicious" ucap Elven dengan mata berbinar.
"Belum dicoba hmmm ...." Felix
"Belum dicoba juga sudah tahu kok kalo masakan Mommy Elven itu selalu delicioussss.... Sayang mommy..." Elven langsung memeluk Ivi.
"Eh... Sayang Elven juga donk" Ivi membalas pelukan Elven.
"Mommy, suapin Elven ya" mamah Elven.
"Siap bos!"
"Yeay..."
Sementara Felix, ia memasang muka masam.
"Huahah.. Muka daddy jelek banget" Elven mengejek wajah Felix yang cemberut, sedangkan Ivi, ia hanya menahan tawanya melihat wajah suaminya yg masam.
"Elven, jangan ledekin Daddy! Entar Daddy potong uang jajan kamu" Ancam Felix
"Ihhh Daddy mah baperannn" ucap Elven dengan menjulurkan lidahnya.
Felix menatap tajam putranya.
"Mom, seminggu lagi kan ultah Elven yg ke 15, jadi, Kita buat perayaan apa buat ultah Elven tahun ini?"
Ya, Elven sudah beranjak ke usia 15tahun guys... Tapi, sikapnya masih seperti anak-anak.
"Anak mommy sudah mau 15 tahun hm"
"Iya donk... Sudah boleh pacaran donk Mom?" ucap Elven dengan senyum bahagia.
"No Pacaran, Focus on study" tegas Felix
"Mom??" Elven menunjukkan wajah puppy eyes nya.
"Elven, dengerin mommy ya, Elven masih terlalu muda untuk mengenal dunia asmara. Mommy gak mau pikiran Elven terganggu karena pacaran. Pacaran itu ribet. Kalo Elven mau, nanti, setelah Elven berhasil menyelesaikan sekolah Elven ya. Mommy dan Daddy gak akan larang kamu berteman dengan perempuan, asalkan mereka gak bawa pengaruh buruk buat kamu. Okay?"
"Hm Elven ngerti... Lagian Elven juga belum kepikiran ke situ kok heheh.. Tadi aku bercanda.." kekeh Elven.
"Good boy.. Jangan jadi playgirl kayak Mommy kamu ya.. Alhasil walau sudah nikah masih aja dikejar-kejar sama masa lalunya." sindir Felix.
"Felix! Jangan mulai!" ancam Ivi
"Heheh iya sayang iya maaf" cengir Felix
"Mom, Revin kenapa gak pulang-pulang ke rumah ini? Elven kangen banget sama dia" ucap Elven sendu.
Revindo Devanno. Putra kedua pasangan Relivia Zenata dan Felix Devanno yg harus tinggal di rumah sakit karena suatu hal.
Mendengar pernyataan Elven, sontak membuat mereka semua sedih.
"Kamu berdoa aja ya supaya kita bisa cepat bawa Revin pulang dan bisa berkumpul lagi. " ucap Ivi menahan air matanya.
"memangnya Revin sakit apa Mom?"
"Kamu cukup doain adik kamu aja ya... Revin cuma sakit biasa kok.." perlahan tapi pasti, air mata Ivi jatuh.
Felix yg melihat itu langsung merengkuh tubuh istrinya.
"Sayang, sudah.. Jangan sedih.. Aku tahu kamu juga merindukan Revin, begitupun aku dengan yg lain. Tapi ini adalah jalan terbaik. Kita harus bisa ikhlas. Jangan putuskan harapan dan doa pada Allah.. Percaya, Allah akan segera kembalikan Revin ke kita.. Revin akan segera sehat sayang.." ucap Felix menenangkan.
Ivi mengangguk. "Iya sayang.. Aamiin.. Semoga.."
Elven mendekati orangtuanya dan menghapus air mata ibunya.
"Maaf ya mom karena Elven sudah tanya soal Revin dan akhirnya Elven buat Mommy sedih.." Elven memeluk Mommynya.
"Iya sayang kamu gak salah kok" Ivi mengusap lembut kepala Elven.
...
New York
"Pa, sampai kapan cucu kita terbaring lemah seperti ini? Mama gak kuat lihat dia terus-terusan seperti ini.. sudah berbulan-bulan dia tidur di brankar rumah sakit ini... Hiks" Veni
"Kita harus tabah ma... Bagaimanapun ini adalah ujian untuk kita. Papa akan mencari siapapun orang yg sudah mencelakai cucu kita.. Yang Papa heran, kenapa dia bisa dengan cepat menghilangkan jejak? Dia pasti bukan orang sembarangan." ucap Adri sambil berpikir.
"Iya pa, mama juga mikirnya gitu. Semoga di birthday Elven nanti, Revin bisa sadar ya pa.. Supaya dia bisa ikut rayain birthday abangnya.. Dan semoga semuanya bisa segera terungkap.." Ucap Veni penuh harap.
"Aamiin ma"
...
Elven, Felix sudah berangkat menuju tujuan masing-masing. Elven pergi ke sekolah dan Felix pergi ngantor. For your information, semenjak kejadian komanya Revin, Felix memutuskan untuk benar-benar berhenti dari berlayar.
Ivi sedang bersiap menuju kursusnya.
"Dah lama banget aku gak cek kursus. Huh... Kayaknya hari ini pas deh. Mending aku prepare dan langsung ke sana.." Ivi bersiap untuk ke kursus.
Setelah selesai, ia beranjak ke ruang tamu. Ia duduk terlebih dulu untuk menghubungi Felix, meminta izin.
"Izin dulu deh ke Felix" gumam Ivi dan menghubungi Felix.
...
Felix sedang melaksanakan meeting dengan beberapa Kepala Divisi.
"Jadi, bagaimana progress brand perusahaan kita?" Felix
"Maaf pak, brand perusahaan kita menurun. Ini semua diakibatkan ada perusahaan lain yg menirukan produk perusahaan kita. Mereka juga memasang harga di bawah dari harga yang perusahaan kita tawarkan pak.." ucap salah satu staf.
"Perusahaan siapa? Bagaimana bisa ia meniru brand kita? Bukankah semua file tersimpan dengan baik? Mereka benar-benar ingin menghancurkan kita!"
"The Real Corp pak.. Saya juga tidak tahu pak bagaimana bisa perusahaan mereka mencuri data perusahaan kita.. Saya yakin bahwa ini ada campur tangan orang dalam pak.. "
"Saya rasa ucapan kamu ada benarnya.. Apa kamu tahu siapa ceo nya?"
"Ceo mereka Atas nama Alfi Bravino pak"
Felix sedikit mengingat nama itu.
"Alfi Bravino? Kamu punya profil Ceo itu?"
"Saya sudah search pak.. Saya akan email ke bapak nanti.."
"Ok, sekarang tugas kalian adalah mencari pengkhianat perusahaan kita.. Saya yakin orang itu sangat licik sehingga ia bisa mencuri data kita."
"Baik Pak... Bapak tidak perlu khawatir, kami akan bekerja sama dalam mencari pengkhianat itu. Kami semua sangat berhutang budi terhadap perusahaan bapak, oleh sebab itu kami akan melakukan apapun untuk menaikkan kembali nama perusahaan ini.. Kami berjanji pak secepat mungkin kita akan menemukan dalang di balik masalah ini.."
"Terima kasih atas kesetiaan kalian terhadap perusahaan ini. Semoga kita bisa segera menemukan tikus itu" Felix berjabat tangan dengan beberapa kepala Divisi.
Saat meeting, ia meninggalkan hpnya di ruang kerjanya.
"Sama-sama pak.. Aamiin... "
"Saya permisi"
"Silahkan pak"
Setelah Felix pergi, mereka pun menyusun sebuah rencana.
"Gue rasa pengkhianat itu adalah dia" ucap staf atas nama Dino.
"Gue juga mikirnya gitu... Tapi, kita belum punya bukti apapun no" ucap Aldi
"Itu berarti kita harus awasi dia..."
"Ya bener tuh.. Gue gak nyangka sih dia bisa sejahat itu.. Padahal kan keluarga pak Felix baik banget sama dia" Tio.
"Ya namanya juga gak tahu diri" Dino
"Yaudah balik kerja lah.." Aldi
Mereka pun kembali bekerja.
.....
"Ish! Felix kenapa gak angkat sih? Dah ah aku pergi aja. Ntar palingan dia telpon balik" gumam Ivi dan menuju mobilnya.
Hayooo???
Kepo ya?? Wkwk
Mohon maaf di sini masih konflik kecil donk... :v